Renungan Harian Virtue Notes, 31 Agustus 2011
Belenggu Keangkuhan Hidup
Bacaan: Yakobus 4: 6
4:6 Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
Keangkuhan hidup adalah belenggu jiwa yang bertalian dengan kehormatan dan kebanggaan atas sesuatu yang membuat diri merasa bernilai. Banyak hal yang bisa membuat orang merasa bernilai, misalnya pendidikan, harta kekayaan, pangkat dan kekuasaan, keberhasilan karier, penampilan !sik—cantik atau ganteng, perhiasan, keberhasilan putra-putrinya, sampai pada kesuksesan dan popularitas dalam pelayanan—jumlah jemaat banyak, gedung gereja besar dan megah, aset gereja berlimpah.
Harus dengan jujur kita akui bahwa di dalam diri kita mengalir hasrat untuk dianggap bernilai di mata orang lain. Hampir semua manusia menjalankan roda kehidupan agar berkehidupan layak di mata orang lain; bahkan kalau bisa juga menjadi terhormat. Keinginan inilah yang menyebabkan seseorang menjadi congkak, seperti Lucifer yang tergerak untuk memberontak kepada Sang Pencipta. Manusia yang sudah jatuh pun memiliki warisan dosa ini.
Jika jiwa kita terbelenggu oleh keangkuhan hidup, tak akan mungkin kita memiliki kecanduan rohani yang benar. Orang yang congkak tidak akan haus akan Allah dengan benar; karena itulah dikatakan bahwa Allah menentang orang yang congkak. Karena itu sebagai anak-anak Tuhan kita harus memiliki kesungguhan untuk keluar dari kubangan keangkuhan hidup ini.
Dalam kehidupan orang-orang non-Kristen, ada yang menekankan nilai batin dan kehidupan di balik kubur. Mereka berusaha menampilkan gaya hidup orang yang tidak mencari nilai diri; ada dari mereka yang sengaja menjadi orang yang tidak bernilai, bahkan diajar untuk menjadi pengemis. Dengan praktik itu mereka berusaha merendahkan diri. Gereja Tuhan pada abad kegelapan pun pernah terjerumus pada pola kesalehan seperti ini. Kita tidak harus memiliki fanatisme seperti itu; kita harus belajar merasa bernilai karena dikasihi Tuhan, namun tidak angkuh. Memang tidak mudah, tetapi kalau orang non-Kristen bisa, apalagi kita.
Seperti kedua belenggu lainnya, jika kita menyerah kepada belenggu keangkuhan hidup, kita tidak akan dapat terlepas sampai selama-lamanya. Tetapi dengan mengerti kebenaran Firman Tuhan, kita dapat melepaskannya secara bertahap sampai kita bisa berkata, “I am nothing.” Aku ini tidak ada apa-apanya. Sampai tingkat ini, barulah kita dapat mengabdi kepada Tuhan dan memuliakan Tuhan secara benar.
Dengan mengerti kebenaran Firman Tuhan, kita akhirnya bisa berkata, “I am nothing.”
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar