RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Servis Hati

Rabu, 31 Maret 2010

Bacaan : Mazmur 139 : 1-4, 23-24

Biasanya sebelum melakukan perjalanan mudik Lebaran, para pemilik kendaraan bermotor akan melakukan servis dan perawatan untuk kendaraannya. Hal ini dengan tujuan agar sampai di tempat tujuan dengan aman, kondisi kendaraan yang prima, dan tanpa halangan.

Kita ingat untuk servis kendaraan kita, namun mungkin kita sering lupa untuk melakukan servis hati : Mengecek, apakah ada yang kurang berkenan bagi TUHAN dan apakah ada sikap atau tindakan kita yang tidak mencerminkan Kristus. TUHAN adalah ALLAH yang Maha Tahu, yang mengetahui seluruh kondisi kita. Sehingga jika menginginkan keselamatan dalam perjalanan hidup kita hingga tiba di tujuan dan bertemu dengan TUHAN di Surga, kita perlu senantiasa mengoreksi diri sendiri. Hati nurani kita yang sudah di terangi oleh Firman TUHAN akan menuntun kita untuk dapat mengenali, memeriksa dan menyelidiki apa pun yang membuat hubungan kita dengan TUHAN kurang beres.

Kita pasti percaya bahwa TUHAN mampu menuntun kita di jalan yang kekal, sebab Firman-NYA sudah mengatakannya. Masalahnya justru ada pada kita : Maukah kita sungguh-sungguh di tuntun-NYA di dalan-NYA? Atau kita lebih memilih berjalan di jalan pilihan kita sendiri yang kita anggap benar? Atau yang lebih parah, kalau sebenarnya kita berusaha menggiring TUHAN agar menyetujui jalan kita?

Agar bisa membedakan apakah suatu jalan adalah jalan kita sendiri atau kehendak TUHAN, kita harus tinggal di dalam TUHAN dan TUHAN tinggal di dalam kita. Dengan tinggal di dalam TUHAN, maka -seperti yang Rasul Paulus katakan- akal budi kita akan senantiasa di baharui oleh Roh Kudus, dan kita tidak akan mau serupa dengan dunia ini (Roma 12 : 2), sehingga pikiran kita dapat memahami pikiran TUHAN dan kehendak TUHAN juga menjadi kehendak kita (Yohanes 15 : 4-7).
Read more
0

Take Me Out, LORD

Selasa, 30 Maret 2010

Bacaan : Matius 25 : 1-13

Pernah menonton acara "Take Me Out" (tahun 2009)? Di acara pilih2 'jodoh' ini terdapat segmen, dimana sang tamu akan menanyakan pertanyaan kepada para peserta. Jawaban yang dirasa berkenan di hati tamu itulah yang akan dipilih. Setiap peserta (yang memang tertarik kepada si tamu) tentu mengharapkan dirinya dipilih. Sebisa-bisanya peserta merangkai kalimat menjawab pertanyaan si tamu agar dirinya terpilih. Padahal jawaban yang keluar belum tentu sesuai dengan fakta dan kenyataan yang ada. Yang penting adalah bagaimana jawaban itu bisa disukai oleh si tamu.

Di hadapan manusia, memang kita bisa memberikan jawaban yang sesuai dengan keinginan si penanya agar kita dipandang berkenan. Kita bisa tampil palsu, munafik, dan bahkan bisa berbohong. Namun tidaklah demikian ketika kita bertemu muka dengan muka dengan TUHAN Yesus kelak. Di hadapan-NYA kita harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan yang kita lakukan selama kita hidup (Roma 14 :12). Apa yang kita tabur hari ini akan menjadi sesuatu yang harus kita tuai suatu hari, dipertanggungjawabkan di hadapan TUHAN. Itulah sebabnya kita harus terus bergumul dalam hidup ini, tetap mengerjakan keselamatan yang TUHAN sudah berikan kepada kita, terus mencari kehendak TUHAN dalam hidup kita, dan melakukan kehendak-NYA dalam hidup kita sehari-hari.

Sebagian orang tidak mau tahu dan peduli akan hari penghakiman tersebut, sehingga mereka hidup ceroboh seperti lima gadis yang bodoh dalam perumpamaan yang diberikan TUHAN Yesus. Salah satu penyebab-NYA adalah karena nilai kebenaran Firman TUHAN telah didegradasi sehingga keselamatan itu kelihatannya gampang. TUHAN akan mempersilakan kita masuk dalam kemuliaan abadi bukan karena jawaban kita yang menyenangkan hati TUHAN saat itu, namun lewat iman kita kepada-NYA, yang dibuktikan dengan perbuatan kita selama kita hidup di dunia ini. Apa pun yang kita lakukan selama hidup akan berdampak pada kekekalan. Karena itu, marilah kita memperhatikan bagaimana cara kita hidup : Jangan seperti orang bodoh, namun kita harus berusaha mengerti dan melakukan kehendak TUHAN (Efesus 5 : 17). Suatu hari kelak kita dapat berseru, "Take me out, LORD," bukan karena jawaban kita yang munafik, namun karena TUHAN melihat bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi DIA dan beriman kepada-NYA selama hidup di dunia ini.
Read more
0

Jangan Mengatur TUHAN

Senin, 29 Maret 2010

Bacaan : Efesus 5 : 15-18

Salah satu tanda seseorang yang telah hidup baru dalam TUHAN ialah hidup dalam penurutan terhadap kehendak TUHAN Yesus. Sebagai Gembala Yang Baik, IA menuntun kita dalam segala hal supaya kita menikmati damai sejahtera dan berkat-berkat-NYA. Iblislah yang mengacau keadaan, agar manusia tidak mengerti apa yang direncanakan-NYA. Iblis terus menerus membujuk orang percaya untuk tidak melibatkan TUHAN dalam seluruh gerak hidup ini.

Dalam pikiran orang Kristen, akhirnya banyak pertimbangan yang bukan berasal dari ALLAH. Kalau sudah demikian, berarti orang itu dalam pemilikan iblis, sebab ia tidak melaksanakan rencana ALLAH, tetapi rencananya sendiri yang dimotori oleh kuasa dari neraka. Contohnya, ada orang yang biasa berdoa, "Berkati rencanaku TUHAN," dan ada juga yang berkata, "Aku ingin hal ini TUHAN, berikanlah." Ini sama saja dengan minta legitimasi (pengesahan) tanpa terlebih dahulu mohon konfirmasi (persetujuan). Atau dengan bahasa yang sederhana : main todong aje! Sejatinya ini adalah sikap mengatur TUHAN. Dosa ini memiliki risiko atau konsekuensi yang berat. Oleh sebab itu anak-anak TUHAN dalam menyusun rencana, mencanangkan program harus berada dalam pimpinan TUHAN.

Mengapa orang tidak minta pimpinan TUHAN? Karena mereka tidak menganggap-NYA nyata, sebab IA tidak kelihatan. Kita harus belajar memperlakukan TUHAN sebagai ALLAH yang nyata, sebab memang demikianlah IA. IA adalah ALLAH yang lebih nyata dari apa yang dapat kita lihat dan sentuh, karena IA tidak berubah. Sebagaimana tokoh-tokoh iman dalam Alkitab begitu karib dengan ALLAH dan menerima pimpinan-NYA secara konkret, maka kita pun dapat menerima pimpinan-NYA secara nyata pula. IA akan menghargai kesediaan kita memohon pimpinan-NYA, dan IA akan bertindak menuntun langkah kita dan menunjukkan kita, apa yang baik dan apa yang membahayakan hidup kita.

Latihan demi latihan untuk menangkap dan menemukan pimpinan-NYA akan membuat kita semakin peka, sehingga dalam segala hal, kita dapat berjalan menurut pimpinan-NYA. Untuk itu, mulai sekarang kita harus mulai mempercakapkan : apa yang terjadi dalam hidup kita, rencana-rencana, kerinduan, keinginan, dan segala hal dalam hidup ini dengan TUHAN. Kita senantiasa hidup di hadirat-NYA. Kebiasaan ini akan membuat kita tidak akan melangkah tanpa doa, tanpa memohon pimpinan TUHAN. Kita jadi terbiasa bergaul dengan TUHAN dalam kehidupan kita, dan menghayati bahwa IA memang nyata. Kehidupan seperti ini indahnya tiada taranya.

Read more
0

Bila TUHAN Menghendakinya

Minggu, 28 Maret 2010

Bacaan : Yesaya 2 : 3-4; Yakobus 4 : 13-17

Apabila kita mau membeli rumah atau barang lain, memilih sekolah, mencari jodoh, pekerjaan, dan sebagainya, apa dasarnya? Biasanya itu dari selera, pertimbangan, dan keinginan kita sendiri. Berarti yang kita lakukan itu di bawa pengaturan kita sendiri. Tanpa sadar, jika terus seperti itu, kita bisa disesatkan oleh roh-roh jahat, sehingga tidak mengalami rencana ALLAH yang digenapi dalam hidup kita.

Menyedihkannya, banyak orang tidak mau mendiskusikan rencana-rencana, cita-cita dan keinginan-keinginan hatinya dengan TUHAN. Di lingkungan gereja, masih didapati segudang program yang dirancang tanpa persetujuan ALLAH. Ternyata mendengar suara TUHAN sudah digantikan sistem lain yang dianggap lebih canggih, yaitu pola kerja berdasarkan pikiran manusia. Memang di dunia modern ini, orang sangat mengagungkan pikiran manusia. Mereka mengatakan, apa yang dipikirkan pasti terjadi, dan karena hukum tarik-menarik (law of attraction), alam semesta akan membantu mewujudkannya. TUHAN menentang hal ini, sebab ini menempatkan manusia sebagai pusat -bukan TUHAN- dan sejatinya ini suatu kesombongan.

TUHAN menginginkan kita rendah hati dan mengakui kedaulatan-NYA sebagai TUHAN Semesta Alam yang menentukan segala sesuatu. Ini diukur juga dari sejauh mana kita melibatkan TUHAN dalam perencanaan kita. Yakobus menasihati agar kita tidak melupakan TUHAN dalam perencanaan kita (Yakobus 4 : 13-17).

Kita harus selalu memohon pimpinan TUHAN dalam seluruh hidup kita, agar apa yang kita lakukan sesuai dengan kehendak-NYA. Memang kita tidak perlu selalu bertanya, "TUHAN, bolehkah saya beli barang ini?" Dan karena kita bukan robot, juga tidak perlu menunggu suara TUHAN yang terdengar secara audibel, "Wahai anak-KU, belilah roti yang coklat itu, jangan yang keju." Tetapi dengan mengerti kebenaran Firman TUHAN dan berhasrat dengan sungguh-sungguh mau menyenangkan hati TUHAN, kita akan memiliki kepekaan untuk membedakan apakah suatu yang kita lakukan sesuai kehendak-NYA atau tidak, sebab IA akan menunjukkan jalan-jalan-NYA (Yesaya 2 : 3-4).

Yang menyulitkan kita mengerti kehendak TUHAN adalah kita sendiri, yang telah memplot apa yang kita ingini. Dengan itu pastilah kita makin sulit menangkap atau makin bingung mengerti apa kehendak TUHAN. Sebaliknya, semakin kita memiliki kesediaan berserah kepada kehendak TUHAN dan berkerinduan menyenangkan hati-NYA, semakin kita peka terhadap apa yang TUHAN kehendaki. Oleh sebab itu, mulailah mengawali rencana kita dengan kalimat, "Jika TUHAN menghendakinya."
Read more
0

Melepaskan Semua Cita-cita

Sabtu, 27 Maret 2010

Bacaan : Kisah Para Rasul 18 : 18-23

Kita sering diajar menggantungkan cita-cita setinggi langit. Apa yang kita cita-citakan akan dapat kita peroleh. Seperti membuat perusahaan software sebesar Microsoft, restoran sebanyak McDonald's. Namun pernahkah kita pikir, untuk apa dan siapakah cita-cita tersebut? Hampir semua cita-cita yang kita pancangkan itu adalah untuk kita sendiri, agar kita dapat meraih prestise, harga diri, gengsi, kehormatan atau nilai diri dan kesenangan.

Semestinya sebagai orang yang telah ditebus oleh darah Yesus, kita harus menyadari dan menerima bahwa yang berhak memiliki visi atau cita-cita adalah pemilik hidup kita, yaitu TUHAN, dan bukan manusia. Oleh sebab itu kita tidak boleh mudah mengatakan "aku punya visi", sebab hidup kita hanya untuk melakukan kehendak ALLAH dan menyelesaikan pekerjaan-NYA, bukan cita-cita kita sendiri. Karena itu cita-cita yang kita tujukan untuk diri kita sendiri sesungguhnya dipandang oleh TUHAN sebagai dosa.

Mari kita belajar menyadari bahwa kehidupan kita harus diatur dan dikendalikan oleh TUHAN. Rasul Paulus mengatakan, dirinya adalah "tawanan Roh" (Kisah Para Rasul 20 : 22). Ia juga mengajarkan bahwa semua yang kita lakukan -baik makan, minum, atau apa pun juga- haruslah untuk kemuliaan ALLAH (1 Korintus 10 : 31).

Apakah Paulus itu anak TUHAN super yang memiliki ukuran iman dan kesusilaan khusus? Tidak. Ia adalah model anak TUHAN yang normal, yaitu pengikut Kristus yang sejati. Oleh sebab itu dari kehidupan dan pelayanannya kita dapat meneladani hal-hal yang indah. Juga dalam pernyataan yang ditulis tabib Lukas di Kisah Para Rasul 18 :21, "Aku akan kembali kepadamu, jika ALLAH menghendakinya". "Jika ALLAH menghendakinya" menunjukkan sikap Paulus terhadap TUHAN yang dilayaninya, yaitu tidak akan bertindak jika TUHAN tidak memerintahkannya. Ini adalah kehidupan yang menyerah kepada pengaturan ALLAH. Tidak mengatur dirinya sendiri, tetapi mengijinkan ALLAH mengatur dirinya. Kehidupan semacam ini menunjukkan kedewasaan rohani seseorang.

Maka semua cita-cita kita yang hanya kita tujukan untuk kesenangan diri kita sendiri harus kita lepaskan, dan sebagai gantinya marilah dengan sekuat tenaga mengejar cita-cita yang sesuai dengan kehendak TUHAN. Dengan demikian semua yang kita lakukan hanyalah untuk kemuliaan-NYA.
Read more
0

Domba atau Kambing?

Jum'at, 26 Maret 2010

Bacaan : Matius 25 : 31-46; Yakobus 4 : 6

Kita sering merasa sudah di pihak TUHAN dan membela pekerjaan-NYA serta telah berprestasi dalam pelayanan. Salahkah ini? Mari belajar dari Alkitab, tentang penghakiman terakhir oleh TUHAN Yesus. Digambarkan bahwa domba adalah kelompok orang yang berkenan kepada TUHAN, karena mereka telah melayani TUHAN tepat seperti apa yang dikehendaki-NYA : Menolong sesama manusia. Uniknya kelompok domba tidak merasa melakukan semua ini, karena mereka melakukannya karena komando Roh Kudus, bukan dari kehendak diri mereka sendiri. Perbuatan mereka memperoleh perkenanan dari TUHAN Yesus.

Kelompok kambing pun melakukan hal yang sama seperti kelompok domba. Namun mereka tidak berkenan di hati TUHAN. Mengapa demikian? Bukankah apa yang mereka lakukan persis sama dengan apa yang dilakukan kelompok domba?

Perlu diketahui, yang dimaksud kambing disini bukanlah orang non-Kristen, sebab baik kambing maupun domba sama-sama melayani TUHAN Yesus yang datang sebagai Hakim yang adil pada hari terakhir. Namun perbedaannya adalah pada sikap hati.

1. Kesombongan rohani
Domba menyadari bahwa ia adalah anak tebusan yang sebenarnya tidak layak hidup karena dosa. Maka ia tidak merasa telah melakukan apa pun bagi TUHAN. Sebaliknya, kambing merasa telah melakukan banyak hal, berprestasi dalam pelayanan, dan menolong banyak orang. Sikap hati merasa sudah melakukan banyak hal dalam pelayanan inilah yang membuat TUHAN menggolongkan mereka ke dalam kelompok kambing yang tidak tahu diri dan akhirnya tertolak, bahkan sebelum si kambing berkata-kata TUHAN sudah memisahkan mereka -si kambing- karena TUHAN sudah mengetahui isi hati mereka. Dalam diri orang yang telah merasa melakukan banyak hal dalam pelayanan pasti akan timbul kesombongan rohani. Inilah yang membuat ia tertolak, sebab ALLAH menentang orang yang congkak (Yakobus 4 : 6).

2. Lalai
Seringkali sebagai orang percaya kita lupa untuk hidup seimbang. Maksudnya, selain kita tertib dan disiplin menjalankan aktivitas keagamaan kita, menjaga tutur kata dan perbuatan, seharusnya kita tidak boleh lupa untuk menolong sesama manusia yang memang membutuhkan pertolongan (ada juga sesama manusia yang sebenarnya tidak membutuhkan uluran tangan kita, namun lebih karena malas berusaha saja). Nah seringkali kita lupa. Supaya tidak terlupa, maka patrikan selalu bahwa : Hidup suci itu harus, menolong sesama manusia yang membutuhkan pertolongan pun wajib. Karena kedua hal ini termasuk kehendak TUHAN yang harus kita lakukan.
Read more
0

Menikmati akan Kehendak TUHAN

Kamis, 25 Maret 2010

Bacaan : Kejadian 1 : 27-28; Mazmur 4 : 8-9; Yohanes 15 : 7

Menanggalkan segala keinginan kita yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN, bukan berarti kemanusiaan kita hilang. Kita tetap sadar bahwa kita tetap manusia dengan segala unsur kemanusiaan yang tidak pernah lenyap. Dalam hal ini, TUHAN tetap mengizinkan kita menikmati kesenangan-kesenangan sebagai manusia dengan berkat-berkat yang disediakan-NYA bagi kita, baik segala berkat rohani maupun berkat jasmani. Di satu pihak kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh TUHAN, di sisi yang lain, kita tetap menjadi manusia dengan menikmati segala kesenangan yang TUHAN berikan.

Sebetulnya dalam melakukan kehendak TUHAN itu sendiri kita menikmati kesenangan hidup. Misalnya, TUHAN memerintahkan manusia untuk memenuhi bumi (mandat prokreasi) melalui pernikahan. Di sini ada kenikmatan melakukan rekreasi dalam rangka mencari dan menempati bagian bumi. Kenikmatan hidup itu juga termasuk tidur nyenyak, menikmati makanan yang tersedia, dan segala kebahagiaan bersama dengan orang-orang yang mengasihi TUHAN. Orang yang mau melakukan kehendak TUHAN akan dikenyangkan TUHAN dengan sukacita dan kesenangan, tanpa berbuat salah memberhalakan kesenangan-kesenangan tersebut.

Jadi orang yang benar-benar hidup baru dalam TUHAN tetap memiliki kemanusiaan, tetapi keinginannya tak lagi seperti yang dimiliki oleh anak-anak dunia. Misalnya, jika ia ingin memiliki sesuatu, dasarnya adalah hendak menggunakannya bagi TUHAN. TUHAN lah yang menaruh keinginan itu dalam dirinya (Yohanes 15 :7). Hal ini berbeda anak-anak dunia, yang mengingini atau mau mencapai sesuatu dengan dasar untuk memberi nilai diri lebih atau kebanggaan bagi diri sendiri. Kebanggaan-kebanggaan inilah yang menjerat manusia menjadi gila hormat.

Kalau kita mau melakukan keinginan TUHAN, dasarnya bukan karena harus berbuat demikian atau karena peraturan atau takut dihukum, tetapi karena kita mau menyukakan hati-NYA. Kalau kita diberi kesempatan untuk menyukakan hati TUHAN, bukankah itu suatu anugerah yang luar biasa? Oleh sebab itu hal melakukan keinginan TUHAN dengan terlebih dahulu menanggalkan keinginan kita harus diterima dengan sukacita dan rela sebagai suatu anugerah.

Orang yang mau melakukan keinginan-keinginan TUHAN adalah orang-orang yang menjadikan TUHAN kesukaan atau kegembiraan hidupnya. Orang yang tidak menjadikan TUHAN kegembiraan, hidupnya kotor di mata TUHAN.
Read more
0

Peka akan Kehendak TUHAN

Rabu, 24 Maret 2010

Bacaan : Matius 7 : 6; Amsal 23 : 9

Menanggalkan keinginan kita bukan berarti kita tidak memiliki keinginan, tetapi kita mengisi jiwa kita dengan keinginan TUHAN semata-mata. Ini akan membuka kesempatan dimana kehendak TUHAN lah yang menguasai kehidupan kita. Dalam hidup ini, kita hanya mau melakukan kehendak-NYA. Orang yang berhasrat melakukan kehendak TUHAN akan diberi kepekaan oleh-NYA untuk mengerti apa yang dikehendaki-NYA, tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak TUHAN, TUHAN tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-NYA, ia tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak TUHAN.

Ingat, bahwa TUHAN tidak akan memberikan barang yang kudus kepada anjing dan tidak memberikan mutiara kepada babi (Matius 7 :6). Ucapan TUHAN Yesus ini jelas menunjukkan bahwa IA tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang tidak layak menerimanya atau yang tidak berkerinduan mengerti Firman untuk dilakukan.

Banyak orang merasa mengerti kehendak TUHAN itu tidak bagi semua orang, sebab mereka berpikir bahwa TUHAN tidak memberitahukan kehendak-NYA kepada manusia. Padahal bukan TUHAN yang tidak mau memberitahukan kehendak-NYA, tetapi sebenarnya memang dasarnya orang-orang itu tidak mau tahu kehendak TUHAN dan tidak bersedia melakukan kehendak-NYA. Orang-orang seperti ini dapat digolongkan sebagai manusia celaka. Sangat mengerikan, karena jumlah manusia yang celaka ini lebih banyak dari yang dilayakkan menerima kemuliaan bersama TUHAN Yesus Kristus.

TUHAN adalah pribadi yang lembut. IA tidak memaksa orang untuk mengerti kehendak-NYA dan melakukan kehendak-NYA tersebut. IA memberi kebebasan kepada setiap individu untuk bersikap terhadap TUHAN. Jadi, kalau hari ini TUHAN berkesan diam dan tidak peduli dengan keadaan hidup kita yang sering tidak melakukan kehendak-NYA, bukan berarti IA masa bodoh dan tidak peduli terhadap hal tersebut, TUHAN menghendaki kerelaan untuk melakukan kehendak-NYA. Hanya orang-orang yang haus akan kebenaran yang dipuaskan (Matius 5 : 6). Kalau seseorang tidak mengerti kehendak-NYA dan tidak bersedia melakukan kehendak-NYA dengan sukacita, maka TUHAN tidak memaksa orang tersebut mengerti kehendak-NYA dan melakukannya. Milikilah hati yang haus akan kebenaran dan berdoalah agar kita mengerti kehendak TUHAN.
Read more
0

TUHAN Sebagai Sahabat Abadi

Selasa, 23 Maret 2010

Bacaan : Ibrani 12 : 16,17; Kejadian 25 : 33; Yohanes 4 : 34; 1 Yohanes 2 : 6; Roma 8 : 29

Di saat sudah di ujung maut atau pada suatu keadaan fisik yang sudah tidak berfungsi lagi, seseorang tidak akan mampu memiliki keinginan apapun kecuali mengingat TUHAN yang dapat menjadi sahabat abadi.

Kalau selama hidupnya seseorang tidak menjadikan TUHAN sebagai sahabat abadi, maka di saat seperti itu -di ujung maut- sudah terlambat baginya untuk bertobat dan menggalang hubungan dengan TUHAN. Ia tidak berkesempatan lagi untuk membangun hubungan sebagai sahabat atau kekasih abadi-NYA. Pintu anugerah-NYA tertutup sehingga tidak ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Inilah yang dialami Esau. Ia menukar hak kesulungannya untuk semangkuk makanan (Kejadian 25 : 33), dan ketika merasa membutuhkan hak kesulungan itu, ia tidak dapat memperolehnya kembali.

Firman TUHAN berkata hendaknya kita tidak menjadi cabul atau mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau (Ibrani 12 : 16). Kata cabul (bebelos) di sini menunjuk kepada "meninggalkan TUHAN" atau selingkuh : Melakukan percintaan dunia, yaitu menjadikan dunia sebagai sahabat abadi. Parahnya, manusia sekarang berselingkuh secara terang-terangan, dengan cara memohon TUHAN sebagai penolong untuk dapat menjadi sarana menjalin percintaan dengan dunia. Ini sama saja dengan kegilaan, di mana seorang istri meminta kepada suaminya seorang suami baru.

Sebelum kita berada pada situasi di ujung maut, marilah belajar dengan rela dan sukacita untuk mengenakan gaya hidup yang diajarkan TUHAN Yesus : "Makanan-KU ialah melakukan kehendak DIA yang mengutus AKU dan menyelesaikan pekerjaan-NYA" (Yohanes 4 : 34). Ini sebab setiap orang percaya wajib hidup sama seperti DIA hidup (1 Yohanes 2 : 6). Sehingga TUHAN Yesus "menjadi yang sulung di antara banyak saudara" (Roma 8 : 29).
Read more
0

Menanggalkan Keinginan Diri

Senin, 22 Maret 2010

Bacaan : Yohanes 21 : 18-19

Semua keinginan kita harus disalibkan, artinya : Kita menanggalkan keinginan yang berasal dari diri kita sendiri, dan kita menginginkan hal-hal yang sesuai dengan kehendak TUHAN. Ini mutlak harus dilakukan setiap orang yang telah ditebus oleh darah-NYA.

Bukan hal yang mudah, karena sudah terlalu lama kita hidup menuruti berbagai hasrat dan keinginan diri sendiri, meski hal itu dianggap wajar oleh manusia pada umumnya. Tetapi kalau kita mengerti dan menerima bahwa kehidupan ini diciptakan oleh suatu Pribadi yang memiliki kehendak atau keinginan, serta pikiran dan perasaan, maka kita harus mulai mempertimbangkan : Bolehkah kita sebebas-bebasnya mengumbar keinginan kita, tanpa mempertimbangkan apakah keinginan tersebut sesuai dengan kehendak, pikiran, dan perasaan Pribadi yang menciptakan kita? Harus dipahami bahwa sikap hidup dan segala gerak kehendak, pikiran dan perasaan kita sebagai anak-anak TUHAN sangat memengaruhi hati dan perasaan-NYA.

Sebelum kita bertobat dan mengikut TUHAN Yesus, kita merasa memiliki diri kita sendiri. Kita seperti Petrus yang masih muda, "mengikat pinggang sendiri dan berjalan ke mana saja yang kita kehendaki", tetapi setelah kita tua atau makin dewasa rohani, kita harus mengulurkan tangan dan orang lain akan "mengikat kita dan membawa kita ke tempat yang tidak kita kehendaki" (Yohanes 21 : 18). Inilah menyalibkan keinginan kita. Ini sejajar dengan doa TUHAN Yesus yang berbunyi , "Bukan kehendak-KU yang jadi, tetapi kehendak-MU" (Lukas 22 : 42), serta pelaksanaan dari Doa Bapa Kami yang berbunyi, "Jadilah kehendak-MU di bumi seperti di Surga" (Matius 6 : 10).

Maka kehendak TUHAN lah yang harus berdaulat penuh dalam kehidupan kita, bukan keinginan kita. Sebagai hamba-hamba-NYA, kita harus memberi diri tunduk terhadap kedaulatan dan otoritas-NYA secara penuh. Inilah hidup dalam ketaatan penuh (total submission). Manusia memang dirancang untuk ini sejak manusia itu diciptakan.
Read more
0

Kebutuhan Jasmani Bukanlah Tujuan

Minggu, 21 Maret 2010

Bacaan : Yohanes 6 : 24-27; Filipi 3 : 19; 2 Timotius 4 : 3; 2 Korintus 4 : 4; Matius 6 : 33

Injil seharusnya tidak boleh dihubungkan langsung dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, karena akan menyebabkan orang Kristen tidak akan mengerti karya keselamatan ALLAH dalam Yesus Kristus. Hal ini bukan berarti Injil tidak memiliki keterkaitan dengan kebutuhan jasmani, namun pemenuhan kebutuhan jasmani bukanlah tujuan.

TUHAN memang sumber berkat dan pertolongan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani (kesembuhan, ekonomi, dsb). Tetapi bila itu menjadi alasan seseorang menjadi percaya kepada Yesus, yaitu berusaha untuk menemukan kegembiraan di dunia ini, berarti ia meminta TUHAN memberikan 'allah lain' (Filipi 3 : 19).

Menjadikan TUHAN tujuan hidup kita bukan berarti kita akan menjadi miskin secara materi jika menjadi Kristen. Justru ketika kita tidak menjadikan materi sebagai tujuan dan kegembiraan hidup, TUHAN akan memercayakan kepada kita segala berkat jasmani yang dapat kita gunakan untuk mengabdi kepada-NYA (Matius 6 : 33).
Read more
0

Melihat ALLAH

Sabtu, 20 Maret 2010

Bacaan : Matius 5 : 8; Matius 15 : 17-20

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat ALLAH". Suci disini maksudnya tidak bernoda dan dicemari oleh pengaruh dunia dan iblis. Dan konteks kesucian disini adalah batiniah dan bukan lahiriah. Maksudnya sikap hati yang tidak melakukan kejahatan kepada sesama.

Dalam Matius 15 : 17-20 TUHAN Yesus memberikan arahan yang sangat jelas mengenai kesucian yang intinya adalah mengendalikan hati ini. Karena semua tindakan yang jahat bersumber dari pikiran yang jahat, dan pikiran yang jahat keluar dari hati yang jahat.

Seringkali kita datang kepada TUHAN mengharapkan pengampunan dan penyucian dosa kita oleh TUHAN. Namun bagaimana dengan sikap hati kita? Jangan-jangan sikap hati kita seperti ini : "asyik dosa saya sudah dihapus....besok berdosa lagi ahhh" Karena menjadi tanggung jawab kita untuk mengendalikan hati kita, yg kemudian tercermin dalam sikap hidup kita. Harus diingat kita memiliki kehendak bebas untuk memilih berpikir apa dan berhasrat apa. Yang kemudian akan mewujud menjadi perbuatan kita.

Jika kita merasa sebagai Anak TUHAN, Warga Negara Kerajaan Surga tentu kita harus memastikan kehidupan kita mencerminkan hal itu melalui perbuatan-perbuatan kita yang memuliakan TUHAN. Dan perbuatan kita timbul dari pikiran yang senantiasa memikirkan Kebenaran Firman TUHAN. Pikiran kita timbul dari sikap hati kita yang memilih senantiasa ingin menyenangkan TUHAN, memuliakan TUHAN, melekat dengan TUHAN.
Read more
0

Roh Kita Adalah Milik ALLAH

Jum'at, 19 Maret 2010

Bacaan : Yakobus 4 : 4-7; Pengkhotbah 12 : 7; Kejadian 2 : 7; Matius 4 : 4; Amsal 20 : 27; Yohanes 15 : 15; Lukas 4 : 5-8; Matius 6 : 24; Matius 16 : 25.

Mengapa ALLAH mengingini roh yang ditempatkan-NYA dalam diri kita dengan cemburu? ALLAH tidak ingin roh itu binasa bersama dengan jiwa kita. Karena jiwa kita yang rusak oleh filsuf dunia, sehingga ikut membinasakan roh yang ditempatkan ALLAH dalam diri kita. Karena roh itu adalah milik ALLAH, sehingga sangat beralasan ALLAH tidak ingin roh yang adalah milik ALLAH ikut terseret ke neraka api kekal bersama dengan jiwa kita.

Pada saat penciptaan manusia, ALLAH menghembuskan nafas hidup (dalam bahasa aslinya, nafas hidup ini bertuliskan jamak) yang terdiri dari roh dan insani kita. Persenyawaan roh dan manusia insani ini menghasilkan jiwa. Pada peristiwa manusia jatuh ke dalam dosa, manusia insani dibukakan pengertian memahami apa yang benar dan salah. Kecendrungan manusia insani kita adalah melakukan hal yang jahat. Meskipun jika diri kita berada pada lingkungan yang baik, dan mendapatkan pendidikan yang baik, manusia insani kita pun dapat melakukan hal yang baik meskipun baik disini belum berarti benar. Namun kecendrungan manusia insani kita adalah melakukan hal yang jahat. Sehingga jangan sampai insani kita menguasai jiwa kita, namun seharusnya roh yang ditempatkan ALLAH yang menguasai jiwa kita sehingga kita melakukan apa yang baik, yang berkenan pada ALLAH dan yang sempurna (Rm. 12 : 1).

Seharusnyalah kita gusar karena jiwa kita yang keruh akan menyeret roh kita yang berasal dari ALLAH ke neraka. Jadi inilah yang harus kita gusarkan. Bukan kegusaran karena : Belum punya kerja, belum punya jodoh, belum punya rumah, dsb.

Untuk memutuskan persahabatan manusia dengan ALLAH, iblis menawarkan dunia (lihat kejatuhan manusia di Taman Eden). Dan banyak orang Kristen yang datang ke Gereja agar TUHAN memberkati persahabatannya dengan dunia. Jadi motivasinya datang ke Gereja karena dunia. Jika manusia menghasrati dunia berarti menyembah iblis, manusia tidak dapat menghasrati dua arah : TUHAN dan dunia (Lukas 4 : 5-8; Matius 6 : 24; Yakobus 4 : 4). Orang yg mengingini dunia pasti orang yg congkak, karena menginginkan terhormat dan ALLAH membenci orang yg congkak (Yakobus 4 : 6). Cara untuk membuat iblis lari: 1. Tunduk kepada ALLAH; 2. Memiliki komitmen melawan iblis (Yakobus 4 :7).

Untuk dapat mengalahkan insani, roh yang ditempatkan ALLAH harus dibangkitkan/dikuatkan (karena selama ini, roh yang ditempatkan ALLAH tersebut tidur/mati) dengan cara : Mendapatkan Firman TUHAN yang benar dan murni.

Mendapatkan Firman TUHAN yang benar dan murni akan mengakibatkan :
1. Memberikan kekuatan pada roh yang ditempatkan ALLAH (dengan pertolongan ROH KUDUS).
2. Mendewasakan roh yang ditempatkan ALLAH (dengan pertolongan ROH KUDUS).
3. Menghidupkan roh yang ditempatkan ALLAH (dengan pertolongan ROH KUDUS).
Hal ini pada gilirannya akan membuat diri kita berpikir, berperasaan seperti ALLAH berpikir dan berperasaan.

Setelah mengetahui Firman TUHAN yang benar dan murni, maka roh yang ditempatkan ALLAH akan mendorong jiwa kita untuk melakukan kebenaran Firman TUHAN tersebut. Namun karena diri kita diberikan free will (kehendak bebas), terserah pada jiwa kita untuk melakukannya atau tidak, tentu dengan konsekuensinya masing-masing. Nah jika roh yang ditempatkan ALLAH lebih mendominasi jiwa kita, maka free will kita akan senantiasa terarah pada melakukan kebenaran Firman TUHAN.
Read more
0

Cinta Uang

Kamis, 18 Maret 2010

Bacaan : 2 Raja-raja 5 : 1-27; 1 Timotius 6 : 10; Matius 19 : 24.

Ketamakan atau cinta uang adalah sifat yang sangat dibenci TUHAN. Karena sifat ini pasti menggeser fokus hidup seseorang. Tidak perduli hamba TUHAN sekalipun, jika sudah cinta uang pasti pelayanannya tidak murni lagi.

Ayat dalam Matius 19 : 24 yang menyatakan bahwa lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan ALLAH adalah untuk kita semua. Yang dimaksud orang kaya di sini adalah jika kita menggantungkan hidup kita pada harta atau menganggap harta lebih berharga melebihi apapun. Jadi meski secara materi kita miskin namun jika kita lebih cinta uang daripada TUHAN, berhati-hatilah karena kita tidak mempunyai harapan untuk masuk Surga.

Beberapa ciri orang yang cinta uang :
1. Rela bertengkar dengan sesama demi uang.
2. Membenci sesama demi uang.
3. Melakukan kejahatan (meski kejahatan kecil sekalipun) demi uang.
4. Bermusuhan karena uang.
5. Ke Gereja/menjalankan perintah TUHAN karena mengharapkan TUHAN memberkatinya dengan berkat materi (yang biasanya uang, atau setidaknya berhubungan dengan uang).

Sekalipun uang itu adalah hak kita, namun jika kita 'ngotot' dalam mempersoalkan hak kita tersebut sampai bertengkar, bermusuhan, memaki, bisa dikatakan kita cinta uang.
Read more
0

Arti Menjadi Hidup Baru

Rabu, 17 Maret 2010

Bacaan : Kolose 3 : 1-6

Apa arti menjadi hidup baru? Mengakhiri kehidupan lama. Lalu, apakah kehidupan lama itu? Kehidupan yang tidak bernafas surgawi, kehidupan yang menunjuk segala sesuatu yang meyangkut pola berpikir, cita-cita, gaya hidup, keinginan dan segala hasratnya. Ini yang dimaksud 'diri sendiri'. Jadi mengakhiri kehidupan lama bukan hanya 'sekedar' menjadi orang yang mulai rajin ke Gereja dan bermoral lebih baik, tetapi benar-benar meninggalkan 'diri sendiri'.

Telisik segala keinginan dan cita-cita Anda, meski kelihatannya untuk TUHAN, namun jika penuh dengan ambisi manusiawi artinya Anda masih memiliki diri sendiri. Kehidupan yang baru tidak akan bertumbuh dengan baik bila belum mengakhiri kehidupan yang lama, kehidupan "memiliki diri sendiri". Hal ini harus selalu melalui proses dan proses tersebut harus benar-benar berlangsung atau dilewati. Proses ini disebut sebagai belajar mengakhiri kehidupan yang lama dan memulai kehidupan yang baru.

Banyak orang tidak sanggup karena tidak berani mengambil tindakan yang dianggap konyol : keluar dari zona kenyamanan dan mengikuti TUHAN Yesus yang 'kelihatannya' tidak menjanjikan masa depan yang jelas.

Pada akhirnya hanya ada dua tujuan jiwa kita : Surga kekal atau neraka kekal. Kalau kita sudah tahu mengenai hal ini namun tidak berani mengambil tindakan untuk mengikut TUHAN Yesus dan mengakhiri kehidupan lama, apakah sebutan yang tepat untuk kita???
Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger