RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Jangan Memanfaatkan Jemaat

Renungan Harian Virtue Notes, 31 Maret 2011

Jangan Memanfaatkan Jemaat



Bacaan: Matius 23: 13-19


23:13. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.

23:14 (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.)

23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.

23:16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.

23:17 Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?

23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.

23:19 Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?



Pemahaman banyak orang tentang melayani Tuhan adalah aktif dalam kegiatan rohani di lingkungan gereja, yaitu dengan mengambil bagian dalam tugas tertentu. Sesungguhnya anggapan seperti ini justru membuat mereka tidak pernah melayani Tuhan secara benar, sebab yang terbangun adalah anggapan bahwa segala kegiatan di luar lingkungan gereja bukanlah pelayanan bagi Tuhan.


Manakala seseorang tidak mengerti apa yang dimaksud dengan melayani Tuhan, ia dalam masalah besar karena ia tidak pernah melayani Tuhan secara benar. Bagaimana bisa ia melayani Tuhan dengan benar, kalau ia tidak mengerti artinya? Buktinya, bila berbicara mengenai pelayanan, pikiran mereka selalu diasosiasikan pada kegiatan para rohaniwan yang bekerja sepenuh waktu di gereja atau para aktivis gereja dengan tugas kegerejaan tertentu. Pengertian yang salah mengenai melayani Tuhan ini memperbodoh banyak umat pilihan Allah.


Sejatinya yang dimaksud dengan melayani Tuhan adalah melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Tentu ini bukan hanya dalam melakukan kegiatan gereja, tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan sampai di gereja kita menjadi pelayan Tuhan, di luar gereja menjadi pelayan setan.


Konsep yang salah mengenai pelayanan membuka kemungkinan bagi beberapa pemimpin jemaat untuk memanfaatkan jemaatnya demi kepentingan pribadi dan lembaganya, dengan dalih pelayanan. Dengan mengungkapkan “visi” dan “nubuat” yang mereka nyatakan dari Tuhan, mereka mengadakan banyak kegiatan yang menguras potensi jemaat tanpa mengarahkannya kepada Kekristenan yang sejati. Mereka berhasil membuat jemaat menjadi fanatik terhadap nama gereja atau organisasi, dengan loyalitas hampir tanpa batas kepada pemimpinnya. Kalau pimpinan yang diidolakan atau bahkan didewakan ternyata tidak mengajarkan kebenaran, maka akan terjadi penyesatan yang sangat sistematis dan kuat.


Di kalangan jemaat, dampaknya adalah mereka tidak merasa perlu melayani Tuhan. Mereka berpikir bahwa pelayanan adalah dominasi gereja terhadap individu-individu. Akhirnya mereka bersikap pasif terhadap Tuhan; tanpa sadar, menjauhi-Nya. Keengganan melayani Tuhan juga disebabkan oleh fakta adanya manipulasi-manipulasi yang semakin membutakan mata pengertian banyak orang untuk hidup bagi Pencipta-nya secara benar. Praktik “rohaniwan busuk” seperti inilah yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi di zaman Yesus. Waspadalah terhadap mereka, dan teguhlah berprinsip melayani Tuhan dalam segala kegiatan.



Melayani Tuhan adalah melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya, tidak hanya dalam kegiatan gereja, tetapi juga dalam kehidupan kita sehari-hari.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Perjuangan Dan Mahkota

Renungan Harian Virtue Notes, 30 Maret 2011

Perjuangan Dan Mahkota



Bacaan: Yakobus 1: 12


1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.



Tuhan Yesus dengan tegas menolak bujukan untuk menyembah dan berbakti kepada Iblis, dengan mengesampingkan perkara-perkara dunia ini. Maka kita pun harus bersikap demikian, sebab kehidupan Tuhan Yesus merupakan teladan yang harus kita ikuti. Dengan membuktikan keperkasaan-Nya, yaitu ketaatan-Nya kepada Bapa di Surga. Ia taat, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8). Itulah kemenangan-Nya. Jadi kemenangan Yesus bukan pada saat Ia membuat mukjizat atau mengusir setan-setan, tetapi ketaatan-Nya yang mutlak kepada Bapa di Surga.


Tuhan Yesus berkata, bahwa yang menang akan didudukkan bersama dengan-Nya dalam kemuliaan (Why. 3:21). Hanya kalau kita sungguh-sungguh bersikap seperti Yesus, barulah kita dapat menjadi manusia rohani dan menjadi pemenang yang sejati. Dengan demikian kita akan dibuat-Nya semakin memahami kebenaran-kebenaran Allah, jika kita bersungguh-sungguh tekun belajar. Kedewasaan kita akan bertumbuh cepat. Di tengah-tengah suasana dunia yang materialistis ini, kita harus tetap berpegang teguh kepada kebenaran Allah. Pada suatu hari nanti kita akan menerima kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.


Allah ingin membawa bangsa Israel ke Kanaan. Namun bangsa Israel melawan Musa karena mereka berniat untuk menikmati Mesir kembali. Itulah yang menghalangi rencana Allah membawa mereka sampai di Kanaan. Ini sama dengan orang Kristen yang berniat menikmati dunia dan kesenangan hari ini, sehingga menghalangi rencana Tuhan membawa orang percaya kepada kemuliaan kerajaan-Nya.


Untuk itu kita tidak boleh menyerah, tetapi harus melakukan perjuangan berat. Ini tidak dikerjakan oleh Tuhan Yesus lagi, tetapi kitalah yang mengerjakannya. Kitalah yang harus bergumul melawan segala pencobaan. Kitalah yang harus memikul salib kita sendiri (Mat. 10:38). Tidak ada mahkota tanpa salib (no crown without cross).


Maka kita tidak boleh berpikir bahwa Tuhan Yesus memborong semua perjuangan, dan setelah menang menyerahkannya kepada kita. Kita mempunyai bagian yang harus kita kerjakan sendiri. Bagian yang tidak dapat kita kerjakan memang dikerjakan oleh Tuhan. Kalau Tuhan Yesus mengerjakan semuanya bagi kita, maka kita tidak layak menerima mahkota apa pun. Tetapi karena Allah menjanjikan mahkota kehidupan bagi kita yang bertahan melalui berbagai ujian, maka kita harus berjuang.



Kita harus melakukan perjuangan kita dengan meneladani Yesus, agar menerima mahkota.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Tawaran Iblis

Renungan Harian Virtue Notes, 29 Maret 2011

Tawaran Iblis



Bacaan: Lukas 4: 1-13


4:1. Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.

4:2 Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.

4:3 Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti."

4:4 Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."

4:5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.

4:6 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.

4:7 Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."

4:8 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

4:9 Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,

4:10 sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau,

4:11 dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."

4:12 Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

4:13 Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.



Sebelum memulai pelayanan-Nya di muka umum, Tuhan Yesus dicobai oleh Iblis. Tetapi ada yang menarik dari kisah ini, yaitu Yesus tidak menyangkal bahwa Iblis memiliki kekuasaan atas materi, yaitu dunia. “… semuanya itu telah diserahkan kepadaku…” kata Iblis (ay. 6). Dalam teks aslinya, “μο παραδέδοται” (emí paradédotai). Kata paradédotai berarti “sudah dilepaskan”, “sudah diizinkan”.


Berarti Bapa melepaskan atau mengizinkan Iblis untuk menguasai materi—sesuai dengan batas yang mungkin, sebab Iblis tidak mahakuasa. Dalam hal ini dapat dimengerti mengapa Iblis dapat memberikan kekayaan kepada siapa saja yang dikehendakinya. Cara ini dapat menjadi umpan yang jitu untuk menjerat manusia supaya binasa.


Iblis memberikan berbagai tawaran seperti ini dalam usahanya menjerat Yesus. Dalam ay. 7 Iblis berkata kepada Tuhan Yesus, “… sembah aku, seluruh harta dunia akan kuberikan kepada-Mu.” Tuhan Yesus tidak terkecoh oleh tawaran Iblis, tetapi banyak manusia bisa terbeli oleh Iblis melalui jerat harta dunia. Sekalipun harus menyembah Iblis, manusia bersedia asalkan mendapatkan harta dunia.


Memahami kebenaran ini bukan berarti mengatakan bahwa semua orang kaya pasti terjerat tipu daya Iblis. Tidak salah kalau kita menjadi kaya; yang salah adalah jikalau karena harta, kita melakukan kehendak sendiri dan tidak melakukan kehendak Bapa. Itulah yang dikategorikan sebagai menyembah Iblis.


Kita harus sadar bahwa tidak seperti bangsa Israel yang diberkati Tuhan secara jasmani, sebagai Israel Rohani—yaitu umat Perjanjian Baru—tujuan Tuhan memilih kita adalah agar kita mewarisi Kerajaan Allah yang akan datang, bukan kerajaan dunia ini. Karena itu berkat jasmani bukanlah prioritas.


Hal ini sering kurang dicamkan oleh banyak orang Kristen. Kita sering terlalu jauh bertoleransi terhadap praktik hidup yang sebenarnya sangat duniawi menurut ukuran Tuhan. Bahkan kegiatan-kegiatan rohani pun tidak sedikit yang digerakkan oleh semangat duniawi ini.


Kita harus sadar bahwa harta dunia telah turun dari takhtanya, dan sekarang yang boleh kita sebut harta satu-satunya adalah Tuhan Yesus sendiri. Dengan demikian kita tidak akan jatuh akibat tawaran Iblis, karena kita mempunyai harta yang tak ternilai. Kalau kita diberkati secara jasmani dan memperoleh segala keberhasilan di dunia pun semuanya harus kita jadikan alat bagi kemuliaan Tuhan, bukan sarana membangun keangkuhan hidup.



Dengan berprinsip bahwa harta kita satu-satunya adalah Tuhan Yesus sendiri, kita tidak akan jatuh akibat tawaran Iblis.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kemenangan Yang Sejati

Renungan Harian Virtue Notes, 28 Maret 2011

Kemenangan Yang Sejati



Bacaan: Roma 8: 17-39


8:17. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.

8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,

8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.

8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.

8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.

8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?

8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.

8:26. Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

8:29. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

8:31. Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."

8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.



Kita lebih daripada pemenang (ay. 37). Ungkapan ini kerap disebut-sebut dalam khotbah dan menjadi muatan syair lagu yang digubah oleh komponis lagu-lagu rohani. Tetapi kita biasanya menerima kata “menang” itu tanpa mendalami artinya.


Kata “menang” artinya mengatasi lawan, mengungguli musuh, lulus, menaklukkan. Jadi pemenang artinya orang yang mengatasi lawan, mengungguli musuh, lulus dan menaklukkan lawannya. Kalau demikian, seseorang bisa dikatakan sebagai pemenang kalau sudah bergumul melawan musuh atau menghadapi ujian.


Mari kita perhatikan dengan teliti dan seksama teks ini. Dalam konteks apa Rasul Paulus berbicara mengenai kemenangan? Untuk memahami ini, kita harus memperhatikan tulisannya secara lengkap. Ia mengatakan bahwa kita adalah umat pememang karena kita adalah ahli waris Kerajaan Surga (ay. 17). Oleh kemenangan Yesus di kayu salib, Ia bisa menyediakan langit baru dan bumi baru, yaitu Kerajaan-Nya; tetapi kita harus menderita bersama dengan-Nya untuk mewarisi kemuliaan Kerajaan-Nya itu (ay. 17–18). Untuk menerima warisan itu butuh proses (ay. 28–30) dan itu bukan proses yang sederhana. Dalam proses itu, sangat mungkin orang percaya menghadapi keadaan keuangan yang sulit, penindasan, kesesakan atau penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, atau pedang. Tetapi hal itu seharusnya tidak membuat orang percaya menjadi murtad meninggalkan Tuhan atau lemah dalam pengiringannya kepada Majikan Agungnya (ay. 35-36).


Jadi keadaan-keadaan yang sulit bukanlah kekalahan. Justru ketika dihadapkan dengan keadaan-keadaan yang sulit itu, kita tetap setia kepada Tuhan, sehingga oleh kasih-Nya kita beroleh kemenangan yang gemilang atas Iblis dan dosa. Dengan demikian kita baru bisa disebut lebih daripada pemenang.


Perhatikan sejarah bangsa Israel. Tuhan tidak sulit untuk menaklukkan Mesir dengan kuasa-Nya, tetapi ternyata Ia menghadapi kesulitan untuk menaklukkan watak atau karakter bangsa itu. Itulah sebabnya Tuhan harus membawa bangsa itu berkelana selama 40 tahun di padang gurun. Ini sama dengan keadaan kita. Tuhan tidak sulit untuk memberkati kita dengan berkat jasmani dan berbagai keberhasilan dalam hidup, tetapi untuk menghancurkan hati kita yang menjadi pangkalan Iblis agar dapat diubah menjadi berkarakter yang menyukakan hati-Nya, kita harus melalui proses yang menyakitkan. Dalam proses yang menyakitkan tersebut kita yakin Kristus tetap mengasihi kita. Yang perlu dipertanyakan adalah, apakah kita tetap bersedia mengasihi Dia dengan segala pengorbanan kita?



Kita lebih daripada pemenang jika tetap setia mengasihi Tuhan dalam keadaan-keadaan yang sulit.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kemenangan Palsu

Renungan Harian Virtue Notes, 27 Maret 2011

Kemenangan Palsu



Bacaan: Efesus 6: 10-20

6:10. Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.

6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;

6:12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

6:14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan,

6:15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;

6:16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat,

6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,

6:18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,

6:19. juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil,

6:20 yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.

Salah satu topik khotbah yang kerap diperdengarkan adalah kehidupan Kristen sebagai pemenang, dengan mengalahkan dunia. Diajarkan bahwa mengalahkan dunia berarti dapat menghindarkan diri dari masalah-masalah kehidupan. Tanda-tandanya misalnya selalu dengan cepat menyelesaikan masalah dengan kuasa Tuhan, keadaan keuangan yang memadai bahkan berlimpah-limpah, fasilitas yang cukup bahkan mewah, terhormat di mata orang lain, menonjol dalam bidang-bidang kehidupan yang digumuli orang, kalau sakit segera disembuhkan oleh mukjizat Tuhan, dan sebagainya.


Konsep kemenangan seperti ini adalah salah dan dapat menyesatkan. Oleh sebab mengadopsi konsep kemenangan palsu inilah banyak orang Kristen tidak mengerti bagaimana menjalani hidup Kekristenannya. Mereka yang mengalami kesuksesan duniawi merasa sudah benar di mata Tuhan, sementara mereka yang tidak sukses menjadi frustasi dan menyalahkan diri. Lebih konyol lagi mereka bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan, “Mengapa Tuhan tidak adil? Mengapa Tuhan memberi kemenangan kepada orang lain, tetapi tidak memberi kemenangan kepadaku?” Persungutan seperti inilah yang dilakukan oleh bangsa Israel saat berkelana di padang gurun. Mereka tidak mengerti untuk apa Tuhan membawa mereka ke padang gurun; yang pasti, bagi mereka itu tidak mengenakkan mereka.


Menang atas masalah-masalah kehidupan bukanlah kemenangan yang sejati, sebab masalah-masalah itu semata-mata merupakan dampak atau akibat dari dosa manusia. Kita harus sadar bahwa masalah seperti kemiskinan atau sakit-penyakit bukanlah musuh utama orang percaya.


Alkitab jelas menunjukkan bahwa musuh kita adalah kuasa kegelapan, yaitu si Iblis (ay. 11–12). Tuhan memberikan perlengkapan senjata Allah agar kita dapat melawan Iblis. Senjata-senjata tersebut memungkinkan kita bertahan saat ada penyerangan rohani Iblis terhadap kita. Dengan demikian bahaya Iblis bukanlah saat ia merusak jasmani kita—ekonomi, kesehatan, fasilitas hidup kita—melainkan ketika ia berhasil merusak rohani kita, menghambat pertumbuhan karakter Kristus dalam diri kita. Caranya bisa dengan tipu muslihat melalui berbagai keinginan duniawi. Kalau seseorang menyia-nyiakan karya keselamatan Kristus, maka Iblis menang.


Maka janganlah kita puas dengan kemenangan palsu, tetapi kita harus sadar bahwa kita baru dapat dikatakan menang apabila kita mampu melakukan kehendak Bapa, bertumbuh dalam Kristus, dan tidak jatuh oleh tipu muslihat Iblis.

Bahaya terbesar Iblis adalah saat ia menghambat pertumbuhan karakter Kristus dalam diri kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Harus Belajar

Renungan Harian Virtue Notes, 26 Maret 2011

Harus Belajar



Bacaan: Ibrani 2: 3-11

2:3 bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan

2:4 Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

2:5. Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini.

2:6 Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

2:7 Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat,

2:8 segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya." Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya.

2:9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

2:10. Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.

2:11 Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,

Dengan menyadari fakta bahwa Iblis masih kuat dan masih berdaya guna membinasakan manusia, maka kita akan bersikap lebih berjaga-jaga. Kita harus sadar bahwa kita ada dalam peperangan melawan Iblis. Seperti kata Sun Tzu dalam bukunya Seni Berperang (The Art of War), untuk memenangkan 100 pertempuran kita harus mengenal musuh kita dan mengenal diri kita sendiri.


Dengan menganggap Iblis sudah lemah dan tidak berdaya, itu berarti kita tidak mengenal musuh kita. Tetapi lebih parah lagi, banyak orang Kristen bahkan tidak mengenal dirinya sendiri, sebab mereka merasa sudah menang dengan masih ke gereja dan melakukan kegiatan yang tidak melanggar moral. Padahal itu belum dapat dikatakan sudah menang di dalam Tuhan. Ukurannya bukan demikian.


Kita ada dalam sekolah kehidupan. Mari berpikir dalam metafora sekolah ini. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib mengalahkan kuasa kegelapan adalah keberhasilan-Nya untuk bisa memberikan potensi kepada manusia kembali kepada rancangan Allah yang mula-mula. Ini kita bayangkan bagai keberhasilan orang tua dalam bisnisnya, yang memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bisa mengikuti pendidikan di sekolah yang terbaik dengan biaya yang sangat tinggi.


Di sekolah yang semakin berkualitas, tugas-tugasnya semakin beragam, dan pelajarannya lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan pelajaran di sekolah biasa. Apa tanggung jawab anak-anaknya? Mereka harus belajar dengan baik, karena merekalah yang bersekolah. Memang orang tua yang membayar biaya sekolah, tetapi tidak boleh mengerjakan tugas-tugas sekolah anaknya. Bayangkan apa yang terjadi bila selain membiayai sekolah, ternyata orang tua juga mengerjakan tugas anaknya sementara anak-anaknya bebas jalan-jalan, main game, main futsal dan Internetan. Bisakah anak-anak itu disebut menang?


Nyatanya tindakan anak-anak yang tidak bertanggung jawab itulah yang dilakukan oleh banyak orang Kristen kepada Tuhannya. Mereka menganggap setelah menjadi Kristen, semuanya ditanggung oleh Tuhan Yesus dan mereka langsung menjadi pemenang. Toh Iblis sudah tidak berdaya, sehingga mereka bebas melakukan apa saja dan tidak perlu belajar meningkatkan kesucian hidupnya.


Apabila kita masih berpikir seperti demikian, kita harus bertobat. Anak-anak sekolah baru bisa dikatakan menang apabila mereka mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik serta lulus ujian dengan baik, oleh kemampuannya sendiri. Maka kita masih harus belajar, dididik Tuhan; dan kalau nakal, dihajar oleh-Nya.

Kita harus belajar dalam sekolah kehidupan untuk meningkatkan kesucian hidup kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Masih Sangat Berbahaya

Renungan Harian Virtue Notes, 25 Maret 2011

Masih Sangat Berbahaya



Bacaan: 1 Petrus 5: 8; Efesus 4: 27


1 Petrus 5: 8

5:8. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.


Efesus 4: 27

4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.



Salah satu bahaya yang tidak disadari dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini adalah terlalu meremehkan Iblis, menganggap Iblis tidak berdaya lagi, sudah kalah. Lagu-lagu yang dinyanyikan di banyak gereja hari-hari ini memuat syair-syair yang mengesankan bahwa iblis tidak perlu diwaspadai, karena Yesus sudah menang.


Menganggap Iblis tidak berdaya membuat orang Kristen menjadi tidak waspada terhadap gerakan kuasa kegelapan yang cerdik. Rasul Petrus menyatakan bahwa Iblis berjalan keliling, sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1Ptr. 5:8). Kalau Iblis masih berjalan keliling, tentu belum knocked out, belum tergeletak tak berdaya.


Rasul Paulus juga mengingatkan jemaat bahwa orang percaya harus waspada agar tidak memberi kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27). “Kesempatan” dalam teks aslinya adalah τόπος (tópos) yang artinya “pangkalan” atau “tempat berpijak”. Berarti Iblis masih bisa berpijak dalam kehidupan orang percaya.


Dalam Efesus 4:17, Paulus juga mengingatkan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang telah mengenal Allah bisa hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Jadi, ada orang-orang Kristen yang telah berubah sebagai orang-orang yang telah mengenal Allah, tetapi oleh karena sesuatu maka ia bisa kembali hidup seperti sebelum mengenal kebenaran.


Dengan demikian harus dimengerti bahwa kemenangan Tuhan Yesus di kayu salib bukan berarti Iblis telah dibuat-Nya tidak berdaya sama sekali. Para rasul menasihati jemaat agar waspada, sebab Iblis masih sangat berbahaya.


Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa bisa terjadi kemungkinan bahwa orang yang telah menerima pelepasan dari kuasa kegelapan dapat kembali dikuasai kuasa kegelapan yang lebih banyak, sehingga keadaannya menjadi lebih parah (Mat. 12:43–45). Peringatan Tuhan jelas, bahwa kuasa kegelapan dapat memobilisasi pasukannya untuk membinasakan kehidupan seseorang.


Maka kita harus sadar bahwa sekalipun Kristus sudah menang, Iblis masih memiliki peluang untuk merebut manusia guna menjadi miliknya, agar suatu hari nanti bersama menghuni kerajaan kegelapan. Oleh karena bahaya ini, Tuhan Yesus berdoa untuk murid-muridnya agar Bapa melindungi mereka dari yang jahat. Tentu doa ini masih berlaku bagi kita sekarang, bahwa kita harus memberi diri hidup dalam tuntunan Bapa di Surga agar tidak terjangkiti kejahatan.



Kita harus waspada, sebab Iblis masih sangat berbahaya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Zona Berbahaya

Renungan Harian Virtue Notes, 24 Maret 2011

Zona Berbahaya



Bacaan: Lukas 16: 19-31


16:19. "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.

16:20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,

16:21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.

16:22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.

16:23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.

16:24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.

16:25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.

16:26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.

16:27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,

16:28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.

16:29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.

16:30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.

16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."



Saat seseorang terlepas dari segala miliknya, barulah ia menyadari kebutuhan yang sesungguhnya dalam hidup ini. Inilah yang terjadi pada orang kaya yang dikisahkan dalam cerita Yesus mengenai orang kaya dan Lazarus. Kehausan yang dimilikinya tentu bukan haus akan air, melainkan Tuhan sebagai Air Kehidupan.


Sesungguhnya jiwa manusia didesain untuk menjadi kekasih abadi Tuhan. Manusia adalah makhluk kekal, berarti kalau terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya sama dengan mati, binasa sekalipun jiwanya hidup selama-lamanya sebab ia menjadi tidak bernilai. Sementara yang dimaksud dengan “hidup kekal” adalah hidup yang berkualitas tinggi, hingga bersama Tuhan selama-lamanya.


Tingkatan kualitas untuk memiliki hidup kekal bagi umat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berbeda. Kalau seseorang masuk ke dalam zaman Perjanjian Baru, harus berani meninggalkan segala sesuatu agar memiliki hidup yang berkualitas yang dijanjikan Tuhan (Mat.19:27–30).


Hanya segelintir manusia di Perjanjian Lama yang menyadari dan mengalami hal ini, karena itu sungguh suatu anugerah kalau kita diperkenankan hidup pada masa di mana kita bisa dipulihkan menjadi anak-anak Allah. Umat Perjanjian Lama tidak bisa dipulihkan, sebab mereka tidak memiliki hak seperti yang dimiliki umat Perjanjian Baru. Hak ini memuat pelepasan dari pemilikan kuasa kegelapan, anugerah Roh Kudus, Firman Kebenaran yang diajarkan Tuhan Yesus atau Injil, penggarapan Tuhan dan pemeliharaan-Nya.


Raja-raja dan nabi-nabi di Perjanjian Lama rindu mengalami hidup kekal yang diberikan oleh sang Mesias. Kita yang sudah mengenal Sang Mesias, harus mengenal damai sejahtera yang diberikan. Tanpa mengetahui apa yang diperlukan untuk damai sejahtera-Nya, kita tidak akan memperoleh hidup kekal yang dirindukan oleh raja-raja dan nabi dalam Perjanjian Lama.


Mengapa orang tidak tahu apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka? Salah satu penyebab utama adalah percintaan dunia. Orang yang masih menghargai miliknya secara tidak proporsional tidak akan mampu mengerti apa artinya kebutuhan hidup ini. Inilah yang dicontohkan dengan orang kaya dalam cerita ini. Ia menikmati dunia sampai melupakan Tuhan dan tidak memperhatikan keselamatan orang lain. Jangan lupa, cinta akan uang adalah akar segala kejahatan (1Tim. 6:10). Bila kita masih dalam posisi hidup mencintai dunia, kita berada di zona yang sangat berbahaya. Keluarlah dari zona itu, dan utamakan kehadiran Tuhan.



Keluarlah dari zona berbahaya, dan tinggalkan segala sesuatu untuk meraih hidup yang kekal.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kehidupan Yang Dipersembahkan

Renungan Harian Virtue Notes, 23 Maret 2011

Kehidupan Yang Dipersembahkan



Bacaan: Matius 16: 21-23


16:21. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."



Petrus menegur Yesus saat Ia mengatakan bahwa diri-Nya akan menanggung penderitaan dan dibunuh. Pikiran Petrus logis dari sudut pandang manusia; apalagi kata para motivator yang mengajarkan berpikir positif (positive thinking), mana boleh orang mengatakan hal negatif tentang dirinya sendiri? Tapi reaksi Yesus sangat berbeda. Ia malah mengatakan kepada Petrus, “Enyahlah Iblis!” (ay. 23).


Dari fragmen ini kita belajar bahwa kebenaran Tuhan sering berbeda dengan kebenaran yang dipahami manusia pada umumnya. Maka untuk dapat mewujudkan hidup untuk kemuliaan Tuhan semata-mata, atau hidup bagi Tuhan, kita harus mulai mengenal kebenaran Tuhan yang bertalian dengan tujuan hidup manusia, bahwa hidup ini memang hanya untuk Sang Pencipta kita.


Kita tidak boleh mengikuti pola hidup manusia pada umumnya, yaitu hidup untuk diri sendiri dan orang-orang yang mereka cintai secara terbatas. Inilah irama hidup yang diinginkan kuasa kegelapan untuk dimiliki manusia, sebab seperti Tuhan Yesus menegur Petrus, pikiran manusia yang bukan dari Allah adalah pikiran Iblis. Pikiran Allah akan membawa seseorang kepada tujuan hidup yang benar.


Kalau kita sudah mengerti tujuan hidup yang benar dan menerimanya dengan sukacita, kita tidak perlu memaksa diri untuk berusaha mengingat bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, tetapi irama hidup kita sudah merupakan gerak melakukan segala sesuatu hanya bagi Tuhan.


Ciri-ciri dari kehidupan seperti ini adalah pertama, berusaha mengerti dan melakukan Firman Tuhan. Kedua, saat menjalankan profesi, akan berusaha meletakkan kegiatan dalam terang Firman Tuhan. Otomatis kita tidak akan melakukan pekerjaan atau profesi yang bertentangan dengan etika kehidupan. Ketiga, selalu melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan. Keempat, tidak menyukai hiburan-hiburan dunia seperti yang dicari oleh anak-anak dunia. Kelima, merasa puas dengan fasilitas hidup yang telah dimilikinya; tidak lagi menjadi korban iklan dan semangat konsumerisme tanpa batas (afluenza). Keenam, tidak lagi terikat dengan penampilan lahirah, yang biasanya dihiasi dengan baju modis dan perhiasan. Ketujuh, berusaha menemukan tempat yang konkret dalam pelayanan pekerjaan Tuhan; berusaha berperan dalam pelebaran Kerajaan Allah, pelaksanaan Amanat Agung Tuhan dan proses penyempurnaan orang percaya bagi Tuhan.


Mari kita belajar untuk rela mempertaruhkan seluruh hidup kita tanpa batas bagi Tuhan, sehingga ini bukan menjadi beban, melainkan suatu kehormatan.



Kalau kita mengerti tujuan hidup yang benar, melakukan segala sesuatu hanya bagi Tuhan harus menjadi irama hidup kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger