RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Harus Belajar

Renungan Harian Virtue Notes, 26 Maret 2011

Harus Belajar



Bacaan: Ibrani 2: 3-11

2:3 bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan

2:4 Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

2:5. Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini.

2:6 Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

2:7 Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat,

2:8 segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya." Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya.

2:9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

2:10. Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.

2:11 Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,

Dengan menyadari fakta bahwa Iblis masih kuat dan masih berdaya guna membinasakan manusia, maka kita akan bersikap lebih berjaga-jaga. Kita harus sadar bahwa kita ada dalam peperangan melawan Iblis. Seperti kata Sun Tzu dalam bukunya Seni Berperang (The Art of War), untuk memenangkan 100 pertempuran kita harus mengenal musuh kita dan mengenal diri kita sendiri.


Dengan menganggap Iblis sudah lemah dan tidak berdaya, itu berarti kita tidak mengenal musuh kita. Tetapi lebih parah lagi, banyak orang Kristen bahkan tidak mengenal dirinya sendiri, sebab mereka merasa sudah menang dengan masih ke gereja dan melakukan kegiatan yang tidak melanggar moral. Padahal itu belum dapat dikatakan sudah menang di dalam Tuhan. Ukurannya bukan demikian.


Kita ada dalam sekolah kehidupan. Mari berpikir dalam metafora sekolah ini. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib mengalahkan kuasa kegelapan adalah keberhasilan-Nya untuk bisa memberikan potensi kepada manusia kembali kepada rancangan Allah yang mula-mula. Ini kita bayangkan bagai keberhasilan orang tua dalam bisnisnya, yang memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bisa mengikuti pendidikan di sekolah yang terbaik dengan biaya yang sangat tinggi.


Di sekolah yang semakin berkualitas, tugas-tugasnya semakin beragam, dan pelajarannya lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan pelajaran di sekolah biasa. Apa tanggung jawab anak-anaknya? Mereka harus belajar dengan baik, karena merekalah yang bersekolah. Memang orang tua yang membayar biaya sekolah, tetapi tidak boleh mengerjakan tugas-tugas sekolah anaknya. Bayangkan apa yang terjadi bila selain membiayai sekolah, ternyata orang tua juga mengerjakan tugas anaknya sementara anak-anaknya bebas jalan-jalan, main game, main futsal dan Internetan. Bisakah anak-anak itu disebut menang?


Nyatanya tindakan anak-anak yang tidak bertanggung jawab itulah yang dilakukan oleh banyak orang Kristen kepada Tuhannya. Mereka menganggap setelah menjadi Kristen, semuanya ditanggung oleh Tuhan Yesus dan mereka langsung menjadi pemenang. Toh Iblis sudah tidak berdaya, sehingga mereka bebas melakukan apa saja dan tidak perlu belajar meningkatkan kesucian hidupnya.


Apabila kita masih berpikir seperti demikian, kita harus bertobat. Anak-anak sekolah baru bisa dikatakan menang apabila mereka mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik serta lulus ujian dengan baik, oleh kemampuannya sendiri. Maka kita masih harus belajar, dididik Tuhan; dan kalau nakal, dihajar oleh-Nya.

Kita harus belajar dalam sekolah kehidupan untuk meningkatkan kesucian hidup kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger