RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Tidak Nyaman Lagi

Jum'at, 30 April 2010

Bacaan : Lukas 12 : 16-21

12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."


Perubahan-perubahan oleh kuasa Firman TUHAN atas seseorang akan membuat ia tidak merasa nyaman lagi hidup di bumi ini. Ia melihat ketragisan hidup ini, namun tetap bisa menikmati semua berkat yang TUHAN sediakan. Selanjutnya ia makin menghayati apa artinya bahwa di dunia ini bukan rumahnya. Dunia ini adalah tempat persinggahan sementara. Inilah yang harus terus menerus diajarkan kepada jemaat TUHAN bahwa TUHAN memilih kita untuk meninggalkan dunia ini, sama seperti Abraham diperintahkan untuk meninggalkan Ur-Kasdim. Apakah pola hidup ini membuat seorang anak TUHAN nampak tidak wajar? TUHAN tidak mengajarkan kita hidup secara tidak wajar di mata manusia. Kita tetap hidup wajar, dalam pengertian tidak kehilangan "kemanusiaan" kita. Menjalani hidup seperti manusia lain dalam bekerja mencari nafkah, makan dan minum, menikah, menikmati alam, mengembangkan dan menikmati kreasi seni, menikmati hobi-hobi yang menyukakan hati, berolahraga, berekreasi, dan lain sebagainya.

Jadi, menyangkal diri pada prinsipnya bukan hanya menyangkut masalah tindakan-tindakan lahiriah yang dianggap tidak bermoral seperti membunuh, berzinah, mencuri, dan lain sebagainya; tetapi juga kesediaan untuk mengubah tujuan dan motif hidup. Jadi yang paling dipersoalkan bukanlah "buah" semata-mata, tetapi akarnya. Mengertilah kita mengapa Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1 Timotius 6 : 10), tradisi yang diturunkan nenek moyang kita.


Inilah yang ditunjukkan TUHAN Yesus mengenai orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri tetapi tidak kaya di hadapan TUHAN. Filosofi hidupnya adalah, "Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati" (1 Korintus 15 : 32). Bukankah ini filosofi dunia hari ini? Ungkapan "tidak kaya di hadapan TUHAN" hendak menyerukan kita agar kita kaya di dalam TUHAN. Untuk kaya di dalam TUHAN, kita harus mengumpulkan harta di Surga, dengan memiliki motivasi dan tujuan hidup yang benar mulai sekarang juga. Dengan memiliki harta di Surga, wajar kalau kita tidak nyaman lagi hidup di dunia ini. Mengumpulkan harta di Surga, dengan memiliki motivasi dan tujuan hidup yang benar harus diajarkan terus menerus kepada Jemaat, dan juga dari orang tua kepada anak-anaknya. Mengumpulkan harta di Surga, dengan memiliki motivasi dan tujuan hidup yang benar bukan hanya sekedar membantu pelayanan Gereja, terlibat dalam aktivitas Gereja dan berbagai kegiatan rohani lain yang kita golongkan melayani TUHAN, melainkan menyangkut seluruh irama hidup setiap hari. Di dalamnya TUHAN akan mengajar, membentuk dan memproses orang percaya.



Read more
0

Lonely

Kamis, 29 April 2010

Bacaan : Matius 13 : 24-30

13:24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 13:25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 13:26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 13:27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 13:28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 13:29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."


Proses menuju kesempurnaan melalui pembaruan pikiran terus menerus akan membuat pola hidup seorang anak TUHAN semakin berbeda dengan pola hidup anak-anak dunia. Kenyataan ini tidak mungkin dapat dihindari. Kalau seorang Kristen hidupnya tidak berubah seperti yang dipolakan oleh TUHAN, maka ia bukanlah orang Kristen sejati, tetapi orang Kristen palsu. Demikianlah dikatakan bahwa gandum bercampur dengan lalang tumbuh bersama. Gandum adalah Kristen sejati (anak-anak TUHAN), dan lalang adalah Kristen palsu (anak-anak iblis). Sekarang ini dibiarkan, tetapi nanti TUHAN akan mengadakan pemisahan di akhir zaman.

Pola hidup yang diinginkan TUHAN bagi kelompok gandum adalah pola hidup yang sesuai dengan Injil Kerajaan Surga, atau yang dikatakan Paulus sebagai hidup yang berpadanan dengan Injil (Filipi 1 : 27). Pola hidup yang berpadanan dengan Injil adalah pola hidup yang seperti pola hidup TUHAN Yesus, yaitu hanya melakukan kehendak BAPA dalam hidupnya, berprilaku mulia dan terus memperjuangkan Kerajaan ALLAH. Perluasan Kerajaan ALLAH artinya bagaimana Injil bisa didengar sebanyak mungkin orang dan mendewasakan mereka.

Adalah wajar jika perubahan pola hidup tersebut membuat seseorang semakin sulit menemukan teman yang bisa sehati. Dengan demikian ia akan merasa sendirian (lonely), sebab pola hidup manusia di sekitarnya semakin berbeda dari yang seharusnya, pola hidup yang berpadanan dengan Injil. Gandum memang kesepian di tengah lalang. Kesepian seperti ini justru membuat kehidupan rohaninya semakin sehat, sebab ia dibawa kepada suatu kesadaran bahwa ada rongga kosong dalam dirinya yang tidak dapat diisi oleh siapapun dan apapun kecuali oleh TUHAN sendiri. Kalau ia merasa dunia sekitarnya semakin berbeda, sebenarnya yang berubah bukanlah orang lain atau dunia sekitarnya, tetapi dirinya sendiri.

Inilah yang membuat seorang anak TUHAN yang bertumbuh secara benar di dalam TUHAN tidak bisa akrab lagi dengan teman-teman lamanya yang tidak mengenal kebenaran. Bahkan kadang-kadang dengan saudara dan keluarga dekat sendiri pun ia merasa asing. Jadi kalau seseorang masih bisa akrab dengan orang yang tidak takut TUHAN, sangat besar kemungkinannya bahwa ia belum bertumbuh secara benar di hadapan TUHAN. Kesepian seperti ini adalah kesepian kudus yang mendorong seseorang makin mencari TUHAN dan bersekutu dengan saudara seiman yang satu roh. Baginya ke Gereja bukan lagi kewajiban tetapi kebutuhan, sebab di sana ia menemukan orang-orang yang bisa diajak sehati.


Read more
0

Yang Disebut Anak-anak ALLAH (2)

Rabu, 28 April 2010

Bacaan : Yohanes 1 : 13

1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melakinkan dari ALLAH.


Menerima kuasa sebagai anak-anak ALLAH sama dengan kelahiran baru. Namun sekali lagi sungguh suatu misteri apakah seseorang sudah benar-benar lahir baru atau belum. Alkitab menggambarkan kelahiran baru ini dengan beberapa istilah : Menjadi ciptaan yang baru (2 Korintus 5 : 17), Hidup yang baru (Roma 6 : 4; Kolose 2 : 12), Manusia baru (Efesus 4 : 21-24), dan Dibangkitkan (Kolose 3 : 1). Kelahiran baru terjadi ketika TUHAN membangkitkan roh yang ditaruh-NYA di dalam diri manusia untuk kembali menguasai kesadaran dirinya (aka. Jiwa). Jadi kelahiran baru tidak boleh dipahami secara dangkal. Kita tidak boleh serta merta menganggap seseorang yang sudah maju ke altar mengaku menerima Yesus berarti sudah lahir baru dan menjadi anak ALLAH. Jadi kelahiran baru ini memang misteri, namun merupakan fakta dalam kehidupan orang percaya, dan dapat dilihat atau dibuktikan dari buahnya.

Kelahiran baru membuka peluang agar roh dari ALLAH yang dalam diri manusia menguasai kesadaran diri manusia sehingga menerima dan memahami bimbingan ROH KUDUS untuk kemudian memilih melakukan kehendak BAPA dan menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5 : 24). Roh yang ditaruh ALLAH dalam diri kita memiliki standar kehendak ALLAH. Di dalamnya terdapat hati nurani yang berstandar moral TUHAN, yang mampu mengerti kehendak TUHAN, apa yang baik, yang berkenan kepada TUHAN dan yang sempurna (Roma 12 : 2). Tetapi kelahiran ini berarti kehadiran bayi, yang masih lemah dan rentan untuk mati. Tentu untuk menguasai kesadaran diri (aka. Jiwa), roh dalam diri kita ini harus didewasakan dan dikuatkan.

Mendewasakan roh berarti mengisi jiwa dengan kebenaran Firman TUHAN memlaui persekutuan yang erat dan melekat dengan TUHAN dalam setiap nafas hidup kita, yang pada gilirannya memperkuat dan mendewasakan roh untuk menguasai kesadaran diri (aka. Jiwa). Itulah sebabnya TUHAN Yesus berkata bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut ALLAH (Matius 4 : 4). Karena tanpa menerima Firman ALLAH, roh kita akan kembali mati, yang jikalau tidak bertobat sampai pada kematian menjemput berarti jiwa kita menuju neraka kekal. Firman TUHAN yang benar tersebut mampu membedah atau membedakan yang jiwani dan yang rohani (Ibrani 4 : 12). Jiwani disini adalah unsur-unsur yang bertalian dengan keinginan daging, tetapi rohani bertalian dengan keinginan roh. Jika mengkonsumsi firman yang tidak murni juga bisa melahirkan sikap-sikap beragama yang terlihat rohani, padahal itu sebuah imitasi atau semu, palsu.

Memang sulit untuk membedakan antara yang jiwani dan yang rohani. Apakah doa dan penyembahan yang dilakukan berasal dari letupan jiwa dari unsur dagingnya atau roh, memang sulit dibedakan. Tetapi orang yang memahami kebenaran Firman TUHAN yang mampu memisahkan jiwa dan roh akan membangun kecerdasan roh sehingga mampu membedakan, apakah suatu gejala lahir dari roh atau dari daging.

Read more
0

Yang Disebut Anak-anak ALLAH (1)

Selasa, 27 April 2010

Bacaan : Yohanes 1 : 12-13

1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; 1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.


Selama ini begitu mudahnya kita mengatakan bahwa kita adalah anak-anak ALLAH. Apa dasarnya kita menyatakan diri sebagai anak-anak ALLAH? Biasanya jawabannya adalah karena kita telah percaya dan menerima TUHAN Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat. Memang Alkitab mengatakan semua orang yang menerima-NYA diberinya hak atau kuasa supaya menjadi anak-anak ALLAH (ayat 12), tetapi masalahnya adalah apa yang dimaksud 'menerima' di sini.

Kalau sepasang calon suami istri berkata di depan pendeta bahwa mereka bersedia saling menerima sebagai suami istri, apakah mereka sudah mengerti arti 'menerima' di sini? Sebenarnya belum tentu mereka sudah menerima pasangannya secara benar. Bagi sepasang suami istri, perlu waktu yang panjang untuk dapat sungguh-sungguh bisa menerima satu sama lain. Kegagalan menerima pasangannya sebagai teman hidup bisa mengakibatkan perceraian. Penerimaan di sini juga menyangkut penerimaan seluruh keberadaan pasangannya. Demikian pula kalau kita mau menerima TUHAN Yesus, maka kita harus mengenal seluruh keberadaan-NYA dan dengan sukacita serta penuh kerelaan menerima-NYA dengan seutuhnya, bukan sebagian saja.

Terhadap sesamanya seseorang bisa menipu, tetapi di hadapan TUHAN tentu tidak bisa. Yohanes 2 : 23-25 mengatakan bahwa TUHAN Yesus mengetahui isi hati orang-orang yang mengaku percaya kepada-NYA. Perhatikan, orang-orang ini percaya karena melihat mukjizat. Percaya karena mukjizat tidak menghasilkan penerimaan yang benar terhadap TUHAN. Kita harus lebih percaya kekuatan kehendak-NYA, bukan hanya kekuatan kuasa-NYA. Percaya hanya karena mengalami kuasa-NYA adalah tidak sempurna di mata TUHAN. Tetapi kalau seseorang menekankan kekuatan kehendak-NYA, berusaha mengerti dan melakukan kehendak-NYA, barulah ia membangun kondisi kehidupan atau sikap hati yang benar. IA akan memiliki kepercayaan yang benar kepada TUHAN Yesus, dan ia akan menerima TUHAN Yesus dengan benar. Menerima seluruh keberadaan-NYA, menerima seluruh kehendak-NYA, bukan hanya kuasa-NYA.

Read more
0

Respons Yang Bertanggungjawab

Senin, 26 April 2010

Bacaan : Roma 8 : 28 : 30


8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.



Jika ada orang yang bertanya kepada saya, "Apakah saya termasuk orang yang terpilih untuk masuk Surga atau tidak?" Saya akan balik bertanya : "Jika melakukan dosa dihajar TUHAN atau tidak?", "Sudah tidak bisa berbuat dosa belum?" Kalau jawabannya iya, saya akan berkata pada orang itu : "Bagus! Terus pertahankan sampai pada akhirnya. Maka Anda pasti termasuk diantara orang yang terpilih itu." Karena sesungguhnya TUHAN sudah menentukan orang-orang pilihannya sebelum dunia dijadikan dengan landasan-NYA yang sempurna. Hanya TUHAN yang mengetahuinya, namun setiap pribadi kita dapat menilai apakah dirinya termasuk orang yang diselamatkan dengan menjawab sendiri pertanyaan negatif ini : 1. Apakah setelah melakukan dosa Anda dihajar TUHAN, atau justru mendapat keberuntungan? 2. Apakah Anda masih bisa melakukan dosa atau tidak? Hanya dirinya sendiri yang bisa menjawab pertanyaan ini. Karena hanya dirinya sendiri bersama dengan TUHAN yang paling mengetahui kehidupan yang telah dijalaninya.


Namun hal ini bukan berarti kita tidak usah memberitakan Injil. Keengganan menyerukan kepada orang lain untuk bertobat adalah dosa, jadi jika kita menilai diri kita sendiri tidak bisa berbuat dosa, namun kita enggan memberitakan Injil, itu berarti diri kita tidak sempurna karena telah berdosa juga. Memang wilayah manusia adalah pertobatan. Pertobatan adalah perubahan. Perubahan adalah proses yang terus menerus berlangsung, sampai seseorang memiliki kesaksian dalam batin bahwa Yesuslah satu-satunya Juruselamat dan ia telah menjadi bagian dari hidup dan milik-NYA. Pertobatan terus menerus oleh Firman TUHAN adalah respons yang bertanggung jawab. Respons tersebut membuat seseorang sampai kepada keputusan untuk memilih TUHAN dan meninggalkan kesenangan dunia. Ini berarti ia serius menerima keselamatan ALLAH dalam Yesus Kristus.

Keseriusan menyambut keselamatan ALLAH adalah kesediaan menjadi kekasih TUHAN. Menjadi kekasih TUHAN berarti tidak mengasihi dunia (1 Yohanes 2 : 15). Mengasihi dunia berarti memusuhi ALLaAH (Yakobus 4 : 4). Jadi bisa jadi banyak orang yang menyatakan dirinya Kristen sesungguhnya belum selamat, karena dengan masih mengasihi dunia, mereka tidak serius menerima anugerah keselamatan itu. Dengan demikian keselamatan seseorang sangat dicirikan oleh kesediaannya tidak mengasihi dunia, tidak melakukan dosa. Ini bagian dari perjuangan menuju kesempurnaan yang diinginkan TUHAN sebagai respons yang bertanggung jawab untuk menyambut anugerah keselamatan.

Read more
0

Tempat Praktek Yang Tepat

Minggu, 25 April 2010

Ibrani 12 : 1-5

12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlombadengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. 12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. 12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. 12:4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. 12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;


Memang selama hidup di dunia ini kita mempunyai kebutuhan hidup jasmani. Namun segala usaha kita untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani itu tidak boleh mengurangi usaha untuk mencapai kesempurnaan di dalam TUHAN. Jika seseorang menganggap bahwa mengusahakan kebutuhan jasmani lebih penting daripada mencapai kesempurnaan, berarti ia mempertuhankan perut dan berkategori duniawi (Filipi 3 : 19). Pernyataan ini terkesan berlebihan dan menekan , tetapi inilah kenyataannya, bahwa TUHAN memang menghendaki orang percaya sempurna dalam seluruh kegiatan hidupnya. Untuk ini seseorang harus menanggalkan beban dan dosa (Ibrani 12 : 1). Beban artinya keterikatan dengan dunia ini, atau percintaan dunia. Dosa yang dimaksud di sini adalah keterikatan seseorang dengan keinginan daging, atau hasrat dosa dalam dagingnya.


Penulis surat Ibrani menggambarkan usaha menuju kesempurnaan ini sebagai "perlombaan yang diwajibkan bagi kita". Dan perlombaan ini menuntut iman yang sempurna seperti Yesus, yang ditandai dengan ketaatan-NYA kepada BAPA di Surga (ayat 2), karena itu sering disebut "perlombaan iman". Kalau perlombaan iman ini wajib, mengapa hari ini banyak orang Kristen lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan jasmaninya daripada mengejar kesempurnaan?


Berusaha menjadi sempurna tidak berarti mengurangi waktu kerja, tidak berarti harus menjadi aktivis Gereja, bahkan tidak berarti harus menjadi Pendeta. Berusaha menjadi sempurna berarti selalu dalam sikap berjaga-jaga, terus belajar melakukan segala sesuatu tepat seperti yang BAPA kehendaki. Belajar memenuhi apa yang dikatakan Firman TUHAN, yaitu "jika kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita harus melakukan semuanya itu untuk kemuliaan ALLAH." (1 Korintus 10 : 31). Berarti justru pergumulan dalam latihan melakukan kehendak TUHAN dengan benar ialah pada waktu kita ada di kantor, toko, tempat kerja, sekolah, pergaulan, di tengah-tengah keluarga. Kesempurnaan bukan hanya ditemukan pada waktu kita melakukan kegiatan di lingkungan Gereja. Justru proses pembelajarannya lebih efektif dan kondusif saat di luar lingkungan kegiatan gerejawi. Di lingkungan gereja, orang mudah tercegah dari melakukan tindakan yang ceroboh, karena ia berhadapan dengan saudara-saudara seiman, dan lebih lagi, rohaniwan. Secara psikologis, ini mencegah seseorang berbuat kesalahan. Tetapi diluar gereja, tempat faktor pendorong dosa dan lingkungan yang mendukung untuk berbuat salah ada, di sanalah kita harus menunjukkan bahwa Kristus ada di dalam diri kita. Di sanalah tempat kita mempraktekkan kebenaran Firman TUHAN.

Read more
0

Perjuangan Merespon Anugerah

Sabtu, 24 April 2010

Bacaan : Efesus 2 : 8-10

2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Perjuangan orang percaya menuju kesempurnaan seperti BAPA adalah perjuangan yang tidak akan berhenti sampai seseorang menutup mata. Kalau TUHAN Yesus mengatakan harus sempurna, siapakah kita ini, sehingga kita bisa menawar untuk mengurangi standar tersebut? Kelemahan dan kekurangan manusia tidak mungkin dijadikan alasan untuk membenarkan seseorang untuk hidup kurang sempurna.

Perjuangan ini juga bukan hanya bagi rohaniwan Kristen, melainkan untuk setiap orang percaya. Kalau TUHAN membandingkan dengan ahli Taurat dan orang Farisi, berarti standar moral seorang Kristen harus lebih dari tokoh-tokoh agama lain mana pun. Oleh sebab itu setiap orang Kristen harus berusaha mencapainya dengan segala kemampuan yang dianugerahkan TUHAN.

Semua itu merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi dan tidak bisa dihindari bagi orang yang mau menjadikan Yesus sebagai TUHAN dan mengakui otoritas-NYA. Tetapi syarat ini bukan sebuah jasa atau penentu keselamatan. Penentu keselamatan adalah iman percaya kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juru Selamat yang melakukan karya penebusan diri dan penghapusan dosa kita melalui pengorbanan di kayu salib, yang merupakan jalan keselamatan yang diberikan ALLAH dengan cuma-cuma, bukan hasil perbuatan baik. Dalam hal ini kita harus dapat membedakan antara menerima keselamatan sebagai anugerah dan merespons anugerah itu melalui pengakuan atas otoritas-NYA.

Maka kalau kita berpikir bahwa usaha untuk mencapai kesempurnaan bertentangan dengan, atau dapat merusak doktrin teologia 'sola gratia' (keselamatan hanya oleh anugerah, ayat 8), itu suatu pandangan yang sangat keliru. Berusaha untuk menjadi sempurna bukan upaya manusia untuk meraih keselamatan, melainkan respons terhadap anugerah yang disediakan oleh TUHAN. Harus diingat, bahwa IA menghendaki agar orang percaya hidup dalam kebaikan yang disediakan BAPA (ayat 10). Tentu yang dimaksud di sini adalah kebaikan standar TUHAN Yesus Kristus.

Kesempurnaan yang dikehendaki oleh TUHAN adalah mengenakan pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus (Filipi 2 : 5-7). Orang-orang yang sungguh-sungguh telah menerima keselamatan pasti mengerjakan keselamatannya dengan berusaha untuk sempurna (Filipi 2 : 12). TUHAN Yesus dijadikan model manusia sempurna seperti BAPA, yang tampil bukan hanya untuk dikagumi, tetapi juga diteladani. Dalam perjalanan pertumbuhan rohani seseorang yang sungguh-sungguh mengusahakan kesempurnaan, akhirnya ia menampilkan kehidupan Yesus.

Read more
0

Mengakui Otoritas-NYA

Jum'at, 23 April 2010


Bacaan : Matius 5 : 17-20; Matius 19 : 16-26

 

5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

 

Orang muda yang kaya

19:16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. 19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." 19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."

 

TUHAN menetapkan suatu syarat yang berat untuk mereka yang mau masuk Kerajaan Surga, yaitu harus memiliki hidup keberagamaan yang lebih dari para ahli Taurat dan orang Farisi. Ini pernyataan yang mengejutkan. Bagaimana tidak, sebab ahli Taurat dan orang Farisi adalah tokoh-tokoh agama, yang pada waktu itu dianggap memiliki kesalehan yang lebih dibandingkan masyarakat umum. "Hidup keberagamaan" dalam teks tersebut adalah "dikaiosune" yang artinya kebenaran yang bertalian dengan tingkah laku, baik yang tampak di luar maupun yang tidak kelihatan, yaitu sikap hati dan pola berpikirnya. Dengan pernyataan TUHAN Yesus ini, orang percaya dituntut untuk memiliki target, yaitu hidup secara luar biasa dalam kelakuan.

 

Ketika seseorang menjadi orang yang mengaku Yesus Kristus sebagai TUHAN, maka ia harus mengakui otoritas-NYA. Jadi jika TUHAN Yesus menuntut agar kita menjadi seorang yang luar biasa dalam kelakuannya, itu hak-NYA, itu otoritas-NYA. TUHAN memberi tuntutan yang sangat berat itu sebab sudah semestinya orang-orang yang mau menjadi pengikut-NYA mau memperoleh hidup kekal, artinya hidup yang berkualitas tinggi.

 

Contoh lainnya, dalam Matius 19 : 16-26 dikisahkan mengenai seorang yang merindukan suatu kehidupan yang berkualitas, atau hidup kekal. TUHAN menetapkan sebuah syarat untuk memperoleh hidup yang kekal tersebut, yaitu menjual segala miliknya, membagikannya kepada orang miskin, dan mengikut TUHAN Yesus. Orang ini tidak bisa memenuhinya, dengan sedih ia meninggalkan TUHAN Yesus. Yesus tidak mencegah kepergiannya. IA tidak mau menahan orang yang memang tidak berniat untuk memperoleh keselamatan dalam-NYA. Dalam hal ini kita temukan, bahwa TUHAN sama sekali tidak menoleransi orang yang tidak sungguh-sungguh mau memenuhi tuntutan-NYA. IA tidak mengurangi tuntutan-NYA.

 

TUHAN kita memang penuh kasih, tetapi IA adalah TUHAN yang memiliki otoritas dan ketegasan yang tidak bisa diatur oleh manusia. Kalau IA berkata : "Kamu harus sempurna" (Matius 5 : 48), tidak bisa kita menawar kehendak TUHAN tersebut dengan hidup tidak sempurna. Walau mungkin sampai mati kita masih belum sempurna, tetapi sampai kita menghembuskan nafas terakhir, kita harus mengusahakan kesempurnaan dengan sungguh-sungguh. Usaha untuk sempurna inilah bukti bahwa seseorang mengakui otoritas-NYA. Orang-orang yang mau mengakui otoritas TUHAN seperti inilah yang baru layak disebut umat-NYA.



Read more
0

Harus Ada Perjuangan

Kamis, 22 April 2010


Bacaan : Lukas 13 : 23-27


13:23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" 13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. 13:25 Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. 13:26 Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. 13:27 Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!



Tanpa disadari banyak orang Kristen memelihara suatu kesalahan besar selama bertahun-tahun : Mereka merasa sudah memiliki keselamatan dari TUHAN, padahal belum. Mereka berpikir bahwa keselamatan itu murahan atau gampangan. Inilah yang menyebabkan banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang menuju kebinasaan. Dalam hal ini, kalau seseorang tidak sungguh-sungguh mengoreksi diri dan membawanya di hadapan TUHAN, ia akan terhilang untuk selama-lamanya.

TUHAN Yesus menyatakan bahwa untuk masuk Kerajaan Surga seseorang harus berusaha masuk pintu yang sempit. TUHAN Yesus berkata, "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab AKU berkata kepadamu : Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat" (ayat 24). Ini mengisyaratkan dengan jelas bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, seseorang harus melewati perjuangan.

Jadi ini berbeda dengan pandangan banyak orang selama ini bahwa masuk surga itu sesuatu yang mudah, tidak harus dengan perjuangan. Sangat menyedihkan bahwa banyak pengkhotbah mengajarkan bahwa ke Surga itu mudah, karena anugerah TUHAN tersedia bagi orang berdosa dan TUHAN yang penuh kasih tidak menghendaki seorang pun binasa.

Memang benar bahwa TUHAN yang penuh kasih itu menyediakan anugerah bagi orang berdosa. Tetapi soal anugerah ini harus diluruskan. Anugerah tidak menghilangkan tanggung jawab dan respons yang benar, yang harus dinyatakan oleh seseorang demi menyambut anugerah keselamatn itu. Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh memberi diri diselamatkan, maka bukan tidak mungkin karya keselamatan ALLAH yang disediakan bagi orang berdosa sia-sia bagi orang itu. Memberi diri diselamatkan berarti rela tunduk kepada-NYA, serta terus berjuang masuk pintu yang sempit itu. Begitu sempitnya pintu itu, sehingga dosa dan kedagingan kita tak dapat kita bawa kalau kita mau memasukinya. TUHAN memang mengasihi orang berdosa, tetapi kalau kesempatan yang disediakan TUHAN untuk orang berdosa disia-siakan, maka keselamatan tidak menjadi bagian orang itu. Kepadanya TUHAN akan berkata, "AKU tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-KU, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan"
Read more
0

Manusia yang Sakit

Rabu, 21 April 2010


Bacaan : Roma 7 : 14-25

7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. 7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 7:16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. 7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. 7:21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 7:22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 7:25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.


Manusia yang berdosa adalah manusia yang sakit. Bukan sakit karena virus atau bakteri, tetapi manusia yang sakit sebab tidak bisa diajak menuruti kehendak BAPA. Rohnya menjadi lemah atau sakit, artinya walaupun memiliki penurutan atau kerelaan kehendak BAPA, tetapi karena sakit, maka manusia itu tidak melakukan kehendak BAPA. Rasul Paulus mengatakan ini sebagai "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat 14). Dalam ayat 24, ia menjerit, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" "Tubuh maut" artinya keinginan daging yang mendominasi atau menguasai kehidupan sehingga selalu melanggar kehendak BAPA.

Hanya Yesus Kristuslah yang sanggup melepaskan kita dari tubuh maut itu (ayat 25). Melalui proses keselamatan dalam Yesus Kristus, kita dikembalikan kepada keadaan semula sebelum manusia jatuh dalam dosa, di mana roh dari ALLAH dalam diri manusia mendominasi kehidupan.

Kalau hanya mau menjadi manusia yang baik di mata orang laim, cukuplah budi pekerti memberi tuntunan. Tetapi itu tidak serta merta membuat manusia itu sembuh dari sakitnya. Tanpa Yesus, ia masih dikuasai daging. Sekalipun ia berbudi pekerti baik, ia tetap tidak mungkin menjadi manusia yang berkenan kepada ALLAH (Roma 8 : 8). Orang yang tidak dalam pimpinan Roh ALLAH berarti dalam pimpinan daging. Roh yang ditempatkan ALLAH dalam diri kita menerima bimbingan, pimpinan, perintah dari Roh ALLAH, sehingga jiwa kita (tempat kesadaran) tempat roh dari ALLAH berada, dengan kesadaran penuh mengambil keputusan untuk melakukan kehendak TUHAN. TUHAN Yesus mengatakan bahwa roh yang dari ALLAH yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan TUHAN kepada orang percaya adalah roh dan hidup (Yohanes 6 : 63). Maka jika roh kita ingin dihidupkan dan semakin dewasa, kita harus mengonsumsi Firman-NYA setiap hari (Matius 4 : 4) dan memelihara persekutuan yang erat dan melekat dengan ALLAH.

Jadi sejatinya orang yang sakit itu tidak memiliki pengertian yang benar terhadap kebenaran, sehingga rohnya tidak bisa dihidupkan atau dikuatkan untuk menguasai kehidupannya. Namun orang yang sakit itu bisa menjadi sehat jika orang itu rela menerima TUHAN Yesus dan rela dikuasai-NYA, sehingga IA membangkitkan roh orang tersebut dan melepaskannya dari dominasi daging. Ingat, TUHAN Yesus membebaskan kita dari keinginan daging, bukan malah sebaliknya memuaskan keinginan daging kita. Datanglah kepada-NYA, dan relakan diri disekolahkan menjadi murid Yesus, agar jiwa kita diperbarui terus menerus oleh Firman TUHAN yang benar, sehingga roh kita semakin kuat. Hasilnya, kita akan semakin berkenan di hadapan BAPA, sebab itu diukur dari sejauh mana seseorang mengerti kehendak BAPA sampai tingkat sempurna (Roma 12 : 2).

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger