RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Yang Disebut Anak-anak ALLAH (2)

Rabu, 28 April 2010

Bacaan : Yohanes 1 : 13

1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melakinkan dari ALLAH.


Menerima kuasa sebagai anak-anak ALLAH sama dengan kelahiran baru. Namun sekali lagi sungguh suatu misteri apakah seseorang sudah benar-benar lahir baru atau belum. Alkitab menggambarkan kelahiran baru ini dengan beberapa istilah : Menjadi ciptaan yang baru (2 Korintus 5 : 17), Hidup yang baru (Roma 6 : 4; Kolose 2 : 12), Manusia baru (Efesus 4 : 21-24), dan Dibangkitkan (Kolose 3 : 1). Kelahiran baru terjadi ketika TUHAN membangkitkan roh yang ditaruh-NYA di dalam diri manusia untuk kembali menguasai kesadaran dirinya (aka. Jiwa). Jadi kelahiran baru tidak boleh dipahami secara dangkal. Kita tidak boleh serta merta menganggap seseorang yang sudah maju ke altar mengaku menerima Yesus berarti sudah lahir baru dan menjadi anak ALLAH. Jadi kelahiran baru ini memang misteri, namun merupakan fakta dalam kehidupan orang percaya, dan dapat dilihat atau dibuktikan dari buahnya.

Kelahiran baru membuka peluang agar roh dari ALLAH yang dalam diri manusia menguasai kesadaran diri manusia sehingga menerima dan memahami bimbingan ROH KUDUS untuk kemudian memilih melakukan kehendak BAPA dan menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5 : 24). Roh yang ditaruh ALLAH dalam diri kita memiliki standar kehendak ALLAH. Di dalamnya terdapat hati nurani yang berstandar moral TUHAN, yang mampu mengerti kehendak TUHAN, apa yang baik, yang berkenan kepada TUHAN dan yang sempurna (Roma 12 : 2). Tetapi kelahiran ini berarti kehadiran bayi, yang masih lemah dan rentan untuk mati. Tentu untuk menguasai kesadaran diri (aka. Jiwa), roh dalam diri kita ini harus didewasakan dan dikuatkan.

Mendewasakan roh berarti mengisi jiwa dengan kebenaran Firman TUHAN memlaui persekutuan yang erat dan melekat dengan TUHAN dalam setiap nafas hidup kita, yang pada gilirannya memperkuat dan mendewasakan roh untuk menguasai kesadaran diri (aka. Jiwa). Itulah sebabnya TUHAN Yesus berkata bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut ALLAH (Matius 4 : 4). Karena tanpa menerima Firman ALLAH, roh kita akan kembali mati, yang jikalau tidak bertobat sampai pada kematian menjemput berarti jiwa kita menuju neraka kekal. Firman TUHAN yang benar tersebut mampu membedah atau membedakan yang jiwani dan yang rohani (Ibrani 4 : 12). Jiwani disini adalah unsur-unsur yang bertalian dengan keinginan daging, tetapi rohani bertalian dengan keinginan roh. Jika mengkonsumsi firman yang tidak murni juga bisa melahirkan sikap-sikap beragama yang terlihat rohani, padahal itu sebuah imitasi atau semu, palsu.

Memang sulit untuk membedakan antara yang jiwani dan yang rohani. Apakah doa dan penyembahan yang dilakukan berasal dari letupan jiwa dari unsur dagingnya atau roh, memang sulit dibedakan. Tetapi orang yang memahami kebenaran Firman TUHAN yang mampu memisahkan jiwa dan roh akan membangun kecerdasan roh sehingga mampu membedakan, apakah suatu gejala lahir dari roh atau dari daging.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger