Senin, 12 April 2010
Pada musim hujan, sering banjir melanda ibukota Jakarta. Memang banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi, tetapi juga disebabkan karena sampah. Sudah menjadi kebiasaan buruk orang Jakarta, miskin maupun kaya, untuk membuang sampah sembarangan. Akibatnya sampah menumpuk dan menyumbat aliran air yang seharusnya menuju ke laut. Tidak heran baru hujan sebentar saja Jakarta sudah banjir.
Bila banjir, kita lantas menyalahkan Pemerintah. Kita menyalahkan pengembang yang baru membangun mal atau gedung. Tetapi kita tetap saja membuang sampah sembarangan. Leo Tostoy, penulis Rusia yang terkenal dengan bukunya War and Peace dan Anna Karenina, pernah mengatakan, "Semua orang ingin mengubah dunia, tetapi tidak ada orang yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri."
Demikian pula saat perasaan kita dilukai oleh orang lain, termasuk suami atau istri kita, mungkin dengan marah kita katakan kepadanya, "Sejak dahulu kamu begitu, tidak mau berubah." Ketika seseorang melakukan hal yang tidak kita sukai, kita berdoa, "TUHAN, ubahlah dia." Tapi kita tidak ingat untuk berdoa, "TUHAN, ubahlah aku."
Kita tidak bisa mengubah orang lain. Yang bisa kita ubah adalah diri kita sendiri. Tidak mudah, tetapi dengan pembaruan pikiran kita, kita akan dimampukan-NYA. Pikiran kita akan diperbarui terus menerus jika kita mendengar kebenaran yang murni. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan, "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-NYA, janganlah keraskan hatimu." (Ayat 7-8). Suara TUHAN berbicara kepada kita hari ini. Jangan seperti bangsa Israel yang mengeraskan hatinya. Akibatnya TUHAN menghukum mereka empat puluh tahun di padang gurun.
Hati yang keras dan tidak mau diajar adalah hati yang sesat (ayat 10). Jadi jangan katakan , "Memang saya sudah seperti ini dari sononya. Orang lainlah yang harus menyesuaikan dirinya dengan saya." Belajarlah melembutkan hati kita, sehingga dengan tindakan konkret kita dapat mengubah cara pandang kita terhadap dunia sekitar. Kitalah yang akan menyesuaikan diri dengan orang lain. Jika orang lain menyakiti kita, kitalah yang harus mengampuninya terlebih dahulu. Kita juga harus menunjukkan kasih kita kepadanya. Belajar untuk memperagakan pribadi Kristus dimulai dari mengubah diri kita.
0 komentar:
Posting Komentar