Senin, 19 April 2010
Bacaan : Yesaya 14 : 12-15
14:12 “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! 14:13 Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasa bintang-bintang ALLAH, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, ajuh di sebelah utara. 14:14 Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! 14:15 Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.
Semakin dewasa kita, seharusnya kita semakin sadar bahwa keinginan menjadi majikan itu berarti suatu pemberontakan. Kalau saat masih kecil seorang anak bertingkah seperti bos terhadap orang tuanya, orang tuanya tidak mempermasalahkan itu. Tetapi kalau sudah dewasa masih bersikap demikian, itu berarti ia kurang ajar.
Alkitab mengajarkan agar kita tunduk kepada ALLAH dan melawan iblis (Yakobus 4 : 7). Tunduk kepada ALLAH berarti mengakui bahwa hanya DIA lah seluruh hasrat hidup kita, sebab kita tunduk kepada siapa atau sesuatu yang kita ingini. Melawan iblis bukan berarti mengusir-ngusir setan dari rumah berhantu atau pohon keramat, juga tidak sekedar mengusir setan dari diri seseorang. Tetapi itu berarti mengusir semua hasrat dalam diri kita yang membuat kita tidak tunduk kepada TUHAN, mengusir hasrat ingin menjadi majikan dan menguasai harta duniawi. Mengusir spirit lucifer.
Tuntutan seperti ini tidak dituntut kepada umat Perjanjian Lama, sebab Mesias saat itu belum datang, dan mereka belum dilahirkan baru. Rohnya masih "mati", sehingga umat Perjanjian Lama belum perlu dan belum bisa dilepaskan dari belenggu mamonisme dan kedagingan. Mereka bukan manusia surgawi yang bisa diajar untuk mengembangkan roh dari ALLAH. Tetapi kepada TUHAN Yesus dan umat Perjanjian Baru, iblis sudah menghadapkan pencobaan mengenai materialisme (Lukas 4 : 5-8). Dengan menunjukkan keindahan dunia agar orang percaya mengingininya, mata hatinya untuk memahami kebenaran TUHAN akan dibutakan.
Kehidupan di bumi ini satu-satunya kesempatan untuk bertobat dan menjadi sempurna, atau menjadi rusak dan tidak dapat diperbaiki selama-lamanya. Mungkin inilah yang membuat TUHAN tidak memperkenankan manusia makan buah kehidupan di tengah taman Eden (Kejadian 3 : 22-24), supaya manusia bisa mati, dan ada kesempatan untuk ditobatkan. Ini berkenaan dengan pernyataan Yesus agar kita tidak takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa; tetapi takutlah kepada DIA yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Matius 10 : 28). Inilah letak perbedaan dengan lucifer, yang tidak mengalami kematian seperti manusia (kematian pertama) tetapi langsung ke kematian kedua, yaitu lautan api.
0 komentar:
Posting Komentar