RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Pendamaian

Renungan Harian Virtue Notes, 31 Desember 2010

Pendamaian



Bacaan: 2 Korintus 5: 19:20


5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.



Proyek gereja Tuhan dan seluruh pekerjaan para pelayan Tuhan adalah mendamaikan menusia dengan Allah. Kebenaran ini bukan hanya ditujukan untuk para pelayan Tuhan, tetapi juga untuk jemaat, bahwa kehadiran kita di gereja adalah untuk berdamai dengan Tuhan. Ia tidak bisa disuap dengan nyanyian atau penyembahan kita. Ini bukan berarti nyanyian rohani tidak perlu, tetapi penyembahan dan nyanyian rohani baru diterima-Nya kalau kita sudah berdamai dengan Tuhan.


Janganlah kita pahami kata “pendamaian” secara dangkal dan miskin. Jangan beranggapan, kalau kita sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka cukuplah itu. Langkah tersebut barulah awal dari pendamaian kita dengan Tuhan, sebab pendamaian tersebut bagaikan garis panjang, bukan sekadar sebuah titik. Pendamaian dengan Tuhan merujuk kepada langkah untuk memasuki persekutuan yang semakin dalam dan hubungan yang semakin intim dengan Allah. Itulah sebabnya dalam ay. 20, Paulus berkata, “Seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.”


Maka nasihat-nasihat Paulus melalui surat-suratnya yang kemudian diteruskan oleh hamba-hamba Tuhan lewat mimbar gereja ini adalah termasuk upaya untuk berdamai dengan Tuhan. Jemaat harus memperhatikan benar nasihat-nasihat Tuhan melalui hamba-hamba-Nya, sebab melaluinya kita dituntun untuk berdamai dengan Tuhan.


Oleh sebab itu gereja tidak boleh hanya diisi dengan suasana khusuk berliturgi atau euforia perayaan sukacita jiwani yang tidak mengandung nasihat guna kehidupan umat agar dapat berdamai dengan Tuhan. Nasihat-nasihat melalui pemberitaan Firman Tuhan menjadi sarana kita berdamai dengan Tuhan, sebab Firman itu adalah kebenaran yang diajarkan (Yoh 17:17). Kita tidak dapat berjalan seiring, bersama, seirama dengan Tuhan kalau kita tidak mengerti kehendak-Nya. Mengerti kehendak Tuhan adalah berkat yang melebihi segala berkat jasmani yang bisa kita terima. Itulah kunci untuk memperoleh kelimpahan di dalam Tuhan. Tentunya kelimpahan di sini bukanlah kelimpahan materi, tidak sesempit itu.


Hidup berdamai dengan Tuhan sepenuhnya adalah puncak tujuan kehidupan, maka kita harus mencapainya. Kekristenan kita harus sampai kepada tingkat ini, oleh sebab itu marilah kita terus-menerus mengoreksi diri dan membereskan diri, senantiasa bertobat apabila kita jatuh, sambil tetap memelihara iman kita, supaya hubungan kita dengan Tuhan semakin harmonis.



Dalam hidup Kekristenan, kita harus berjuang mencapai pendamaian sepenuhnya dengan Tuhan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Batu Penjuru

Renungan Harian Virtue Notes, 30 Desember 2010

Batu Penjuru



Bacaan: 1 Petrus 2: 1-9


2:1. Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

2:3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

2:4. Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:



Batu penjuru yang dalam bahasa Yunani disebut κρογωνιαος (akrogōnyaios) merupakan batu dalam bentuk khusus, yang digunakan untuk menjadi pengikat pada sebuah bangunan pada jaman duhulu di Israel. Batu penjuru memiliki bentuk khusus agar dapat berfungsi sebagai pengikat, dan harus ditempatkan di tempat yang tepat untuk dapat mengikat struktur bangunan tersebut. Biasanya batu penjuru diletakkan di sudut tembok. Kadang-kadang seorang tukang bangunan tidak jeli, sehingga batu yang seharusnya digunakan sebagai batu penjuru malah dibuang (ay. 7). Tukang bangunan yang bodoh itu tidak mengenali batu penjuru dan tidak tahu fungsinya. Mereka tidak memahami kegunaan batu tersebut.


Hal ini bisa menjadi gambaran sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus. Sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus hari ini sangat menentukan kehidupannya di kekekalan kelak. Mungkin hari ini saudara bertanya, “Apa bedanya orang yang sungguh-sungguh dengan Tuhan dan yang tidak sungguh-sungguh?” Tentu ada bedanya. Perbedaannya adalah dalam bagaimana bersikap dengan benar terhadap Tuhan Yesus, dan bagaimana meresponi-Nya sebagai Juruselamat.


Banyak orang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat karena mereka memiliki kepentingannya sendiri, yaitu agar kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dipenuhi, cita-citanya tercapai, hidup di dunia terbebas dari persoalan dan berbagai ambisi pribadi lainnya. Jika begini, mereka tidak memperlakukan Tuhan Yesus secara benar, namun memperlakukan Tuhan Yesus seperti pesuruhnya untuk memuaskan keinginannya. Ini suatu sikap yang kurang ajar. Mereka seperti seseorang yang datang kepada Tuhan Yesus meminta agar Tuhan menyelesaikan masalah warisan dengan saudaranya (Luk 12:13–15). Tatkala Tuhan Yesus sedang sibuk dalam visi dan urusan-Nya, orang ini datang dengan urusannya sendiri. Mereka tidak menyadari apa sesungguhnya manfaat kehadiran Tuhan dalam hidup mereka. Mereka memperlakukan Tuhan Yesus secara tidak hormat.


Sebaliknya, menghargai Kristus seperti batu penjuru yang mahal dalam sebuah bangunan merupakan respons yang benar. Dengan ini kita menghormati Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang dapat membawa manusia kepada keselamatan yang sesungguhnya. Maka kita harus membuka mata, bahwa saat Tuhan Yesus ditempatkan sebagai sosok yang menyelesaikan masalah-masalah jasmani tetapi tidak diajarkan sebagai Juruselamat yang membawa manusia menjadi sempurna di hadapan Bapa, kita tahu bahwa itu penyesatan dari Iblis.



Sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus hari ini sangat menentukan kehidupannya di kekekalan kelak.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Bangun Dan Melayani Yesus

Renungan Harian Virtue Notes, 29 Desember 2010

Bangun Dan Melayani Yesus



Bacaan: Lukas 4: 38-39


4:38 Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.

4:39 Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.



Ibu mertua Petrus sakit demam, yang zaman itu disebut demam api. Biasanya untuk menyembuhkan penyakit ini, orang Yahudi di zaman itu berkebiasaan mengikat pisau pada pohon duri, lalu mengucapkan beberapa nas dalam kitab Ulangan. Tetapi Tuhan Yesus berbeda. Dengan kuasa-Nya, Ia menghardik penyakit itu dan mertua Petrus pun sembuh.


Ternyata Petrus mempunyai istri, dan mungkin juga anak-anak. Tetapi ini tidak menjadi penghalang baginya untuk melayani Tuhan. Petrus tentu memiliki kesibukan dan segudang tanggung jawab yang harus dipenuhi, tetapi ia bisa melayani Tuhan Yesus.


Banyak orang yang enggan melayani Tuhan dengan alasan “sibuk”. Mereka lupa, bahwa panggilan kita adalah melayani Tuhan. Kesibukan hidup tidak akan menjauh dari manusia selama manusia hidup di muka bumi ini. Kesibukan akan selalu ada. Kalau kesibukan menjadi alasan sehingga seseorang tidak melayani Tuhan, maka ia tidak akan pernah melayani Tuhan selamanya. Ia akan sibuk dengan dirinya sendiri sampai maut menyeretnya ke dalam api kekal. Seorang yang sibuk dengan dunia tidak akan sibuk dengan Tuhan, tetapi orang yang sibuk dengan Tuhan tidak akan sibuk dengan dunia ini. Apabila kita menganggap melayani Tuhan itu penting, maka kita pasti mengadakan waktu untuknya, sebab sesibuk apa pun, kita selalu punya waktu untuk sesuatu yang kita anggap penting.


Pelayanan Petrus juga tidak mengurangi tanggung jawabnya sebagai suami. Ia bersungguh-sungguh dalam pelayanan dan meninggalkan segala sesuatu (Mat. 19:27) tetapi masih peduli terhadap keluarganya, bahkan mertuanya. Kesembuhan mertua Petrus tak dapat dilepaskan dari pengiringan Petrus kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga pelayanannya menjadi berkat bagi keluarganya. Ini menunjukkan bahwa kalau seseorang mengistimewakan Tuhan, maka Ia juga akan mengistimewakan orang tersebut dan orang-orang yang dikasihinya. Mertua Petrus diistimewakan, sebab Petrus mengistimewakan Tuhan.


Ini menunjukkan bahwa kalau kita sungguh-sungguh melayani Tuhan, maka orang-orang di sekitar kitapun turut menikmati berkat Tuhan. Meski seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa berkat Tuhan ini bukanlah tujuan kita melayani-Nya.Dalam hal ini kita dipanggil bukan saja untuk diberkati, tetapi juga menjadi saluran berkat-Nya. Dengan hidup dalam kebenaran Tuhan, maka bukan hanya kita yang diberkati Tuhan, tetapi juga orang di sekeliling kita.



Kalau kita mengistimewakan Tuhan, Ia juga akan mengistimewakan kita dan orang-orang yang kita kasihi.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Visi Umum Dan Visi Khusus

Renungan Harian Virtue Notes, 28 Desember 2010

Visi Umum Dan Visi Khusus



Bacaan: 1 Korintus 12: 12-18, 27-31


12:12. Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.

12:13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.

12:14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.

12:15 Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?

12:16 Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?

12:17 Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?

12:18 Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.


12:27. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.

12:28 Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.

12:29 Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,

12:30 atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?

12:31 Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.



Perhatikanlah bagaimana tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama harus melalui proses panjang yang menyakitkan, barulah mereka dipercayai Tuhan untuk melakukan suatu pekerjaan yang besar bagi penggenapan rencana-Nya. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang telah dipercayai untuk menerima visi Tuhan. Mereka memenuhi panggilan-Nya dan menjadi orang yang berhasil dalam sepanjang zaman sejarah dunia dan surga. Nama mereka bukan saja ditulis dalam Alkitab, tetapi juga dalam kitab kehidupan. Dari kehidupan mereka yang singkat di bumi ini, kita dapat memperoleh teladan kehidupan yang berguna dalam perjalanan hidup ini untuk menjadi umat yang berkenan bagi-Nya. Mereka adalah orang-orang yang telah menyelesaikan kehidupan mereka dengan manis.


Harus diakui, banyak orang yang hari ini tidak memiliki visi maka hidupnya menjadi liar, artinya tidak memiliki tujuan yang jelas. Mereka termasuk kelompok orang yang hidup untuk dirinya sendiri. Walaupun berpendidikan tinggi dan merasa menjadi orang baik-baik, tetapi di mata Tuhan, mereka adalah sampah yang tidak berguna. Lebih parah lagi kalau mereka terikat dengan narkoba, pergaulan bebas dan persekutuan dengan dunia gelap ini. Kehidupan orang-orang seperti ini sama seperti orang buta berjalan di keramaian. Banyak orang tidak menyadari keadaannya yang buta. Oleh sebab itu, kita harus berurusan dengan Tuhan untuk menemukan visi dari Tuhan, bukan visi dari diri kita sendiri.


Ada dua jenis visi, yaitu visi umum dan visi khusus. Visi umum adalah visi yang diberikan kepada semua orang percaya, yaitu memberi diri dikuduskan atau disempurnakan untuk menjadi umat yang layak bagi Dia untuk masuk Kerajaan-Nya (langit dan bumi baru). Visi umum ini tidak bisa diajarkan sesaat, tetapi harus melalui proses pendewasaan yang panjang dan bertahap.


Jika seseorang sudah menggumuli visi umum secara memadai—sesuai dengan penilaian Tuhan—maka Ia akan mempercayakan visi yang berikutnya yaitu visi khusus. Visi khusus ini diberikan-Nya kepada masing-masing orang percaya untuk ikut mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Seperti tubuh mempunyai anggota-anggota tubuh yang berbeda fungsinya, masing-masing orang juga memiliki visi khusus yang berbeda dari yang lain, sebab mereka memiliki tempat yang khusus untuk berkarya bagi Tuhan. Jika kita bisa dipercayai Tuhan, niscaya Ia akan memercayakan visi khusus-Nya kepada kita.



Kita harus berurusan dengan Tuhan untuk menemukan visi dari Tuhan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Visi Dari Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 27 Desember 2010

Visi Dari Tuhan



Bacaan: Kejadian 41: 38-45


41:38 Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?"

41:39 Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau.

41:40 Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."

41:41 Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."

41:42 Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya.

41:43 Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.

41:44 Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir."

41:45 Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.



Dalam Ams. 29:18 dikatakan, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.” Kata “wahyu” di sini dalam teks bahasa aslinya (Ibrani) adalah חָזוֹן (khâzôn) yang selain wahyu, bisa pula diterjemahkan “visi”, “impian”, “penglihatan”, “penyingkapan”. Itulah sebabnya dalam Alkitab bahasa Inggris versi King James, ayat ini diterjemahkan, “Where there is no vision, the people perish.” (“Apabila tidak ada visi, binasalah umat.”


Hari ini banyak orang yang hidup tanpa visi untuk hari esok, tanpa impian yang sehat. Tentu impian di sini bukan aktivitas jiwa pada waktu tidur, tetapi mengacu suatu kerinduan yang hendak dicapai. Visi atau impian ini sangat penting, sebab hidup adalah perjalanan, dan berakhir di manakah perjalanan tanpa arah tujuan?


Dalam pernyataannya, Rasul Paulus berkata, “Aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.” (1Kor. 9:26). Ia memiliki arah yang jelas dalam perjalanan hidupnya. Seperti Paulus, kita harus memiliki arah atau tujuan perjalanan hidup ini. Tetapi bedanya dengan orang dunia, arah atau tujuan perjalanan hidup ini bukan kita yang menentukan, melainkan Tuhan. Jadi visi yang dimaksud di sini bukanlah impian kita, bukanlah cita-cita kita, bukanlah tujuan kita; tetapi visi Tuhan yang diberikan-Nya untuk hari esok kita.


Untuk mewujudkan visi tersebut, Tuhan mau melibatkan banyak orang. Ia mencari orang yang dapat dan mau dilibatkan-Nya. Kisah-kisah dalam Alkitab membuktikan bahwa untuk mewujudkan rencana-Nya, Tuhan melibatkan orangorang pilihan-Nya, yaitu mereka yang mau menjadi kawan sekerjaNya. Tuhan memilih Abraham untuk meletakkan fondasi bangsa yang akan menurunkan Mesias; Ia memilih Yusuf untuk menyelamatkan keturunan Abraham; Ia memilih Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel dari Mesir.


Sungguh suatu kehormatan bagi kita untuk ikut serta dalam rencana-Nya. Jadi mari kita kenakan visi yang ditempatkan Tuhan dalam diri kita dengan penuh kerelaan hati, dan berjuang untuk mencapainya sekalipun kita harus membayar harga dalam bentuk proses pendewasaan yang sangat berat. Paulus menggambarkannya seperti atlet yang melatih tubuhnya dengan sangat serius. Jika atlet duniawi yang memperebutkan hadiah yang fana saja mau berlatih dengan serius, tentu kita juga mau serius mewujudkan visi dari Tuhan, agar kita memperoleh mahkota abadi di kekekalan nanti.



Mari mengenakan visi dari Tuhan dan berjuang untuk mewujudkannya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Bersakit-sakit Dahulu

Renungan Harian Virtue Notes, 26 Desember 2010

Bersakit-sakit Dahulu



Bacaan: Yesaya 48: 17; 2 Korintus 12: 1-10


Yesaya 48: 17

48:17 Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.


2 Korintus 12: 1-10

12:1. Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.

12:2 Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

12:3 Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--

12:4 ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

12:5 Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.

12:6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.

12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.



Dalam pembacaan di Yesaya ini, Tuhan menyatakan bahwa Ia mengajar kita tentang apa yang memberi faedah, dan menuntun kita di jalan yang harus kita tempuh. Kata “faedah” di sini dalam teks aslinya adalah יַעַל (ya`al) yang artinya bisa “menguntungkan”, “bermanfaat”, “bernilai”, atau “untuk masa depan”. Jadi maksudnya, apa yang Tuhan ajarkan kepada kita hari ini adalah demi persiapan untuk hari esok atau masa depan, dan semua itu untuk keuntungan (manfaat) kita sendiri. Ingat, yang pertama adalah “seting masa depan” dan kedua untuk kepentingan kita sendiri.


Contoh yang paling jelas adalah ketika Tuhan membiarkan duri dalam daging melekat dalam diri Paulus (2Kor. 12:7–9). Di satu sisi, itu menjadi penderitaan bagi Paulus, tetapi di sisi lain, itu menjadi alat pengendali, supaya Paulus tidak menjadi sombong. Sekalipun Paulus sudah memohon berulang kali, tetapi Tuhan tidak mengabulkan doanya. Tuhan mengijinkan utusan Iblis itu menetap, menjadi sesuatu yang menyakitkan dan tidak menyenangkan bagi Paulus. Sebagai respons atas doa Paulus, Tuhan memberi anugerah, yaitu kesanggupan untuk memikulnya atau bertahan dalam kehidupan yang memuat duri dalam daging. Hal ini terjadi agar Paulus terhindar dari neraka kekal.


Contoh lain, Yusuf kehilangan kesenangannya tinggal dengan ayah yang sangat mengasihinya, kehilangan harga diri, menjadi budak bahkan nama baik pun lenyap karena fitnah Nyonya Potifar yang menuduh Yusuf hendak memperkosanya (Kej. 39). Akhirnya ia menjadi penguasa yang bijak dan menyelamatkan banyak orang.


Setelah Musa melarikan diri dari Mesir (Kel.2: 11-3: 1) dan kehilangan status pangerannya dan menjadi gembala domba, barulah kemudian ia dapat menjadi pemimpin besar. Juga Daud kehilangan sanak famili dan hidup bertualang sebagai pengembara, nama baiknya rusak, bahkan menjadi orang yang dicap gila (1Sam. 21:10–15), tetapi akhirnya ia menjadi raja yang melambangkan Mesias.


Apakah kita bersedia memberi diri untuk dibentuk Tuhan menjadi pribadi yang dilayakkan menjadi anggota kerajaan Allah hari ini dan masa depan? Kebodohan banyak orang adalah tidak mengerti apa arti hidup ini; mereka hanya mengerti apa kebutuhannya hari ini, tentunya menurut ukuran dunia. Kalau begini, tentu mereka tidak bisa belajar mengenal jalan Tuhan. Tetapi kalau kita mau dibentuk dan rela bersakit-sakit dahulu, maka Tuhan akan mempersiapkan masa depan yang cerah, baik selama kita melayani-Nya di bumi ini, dan juga di langit dan bumi baru.



Relakan diri kita dibentuk dan diajar Tuhan, sebab sekalipun sakit, itu memberikan faedah bagi kita di masa depan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Mengapa Ia Harus Lahir?

Renungan Harian Virtue Notes, 25 Desembar 2010

Mengapa Ia Harus Lahir?



Bacaan: Yohanes 3:14–18


3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,

3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.



Berulang kali kita merayakan Natal dan bertanya, mengapa Allah mengutus Anak-Nya lahir menjadi manusia? Kebanyakan orang Kristen hafal Yoh. 3:16 di luar kepala, atau minimal pernah mendengarnya. Dalam ayat yang manis inilah dijelaskan mengapa Tuhan Yesus harus menjelma menjadi manusia.


Allah sangat mengasihi dunia ini. Meskipun dunia ini jahat dan melupakan-Nya, Ia tetap mengasihinya. Ia mengutus Tuhan Yesus, Anak-Nya, menjadi manusia karena kasih-Nya yang demikian besar kepada dunia. Inilah pola kasih yang sejati. Seseorang yang sangat mengasihi orang lain seharusnya bersedia memberikan apa pun, bahkan mengorbankan dirinya sendiri. Allah mengorbankan Anak-Nya sendiri, agar dapat menerima hukuman yang sebetulnya ditujukan bagi kita, manusia yang jahat dan berdosa ini. Ini harus terjadi karena Allah tidak dapat melanggar hukum keadilan-Nya sendiri. Dengan pengorbanan itu kita dapat memperoleh hidup baru di dalam Dia. Karena itu kita pun harus mengasihi Dia dengan menyerahkan segenap hidup kita kepada-Nya, dan memberitakan Injilnya dengan kasih yang besar kepada dunia ini dengan melepaskan kesenangan kita sendiri agar orang lain juga dapat mengalami kasih-Nya.


Tuhan Yesus memberikan hidup yang kekal. Hidup yang kekal ini tidak seperti hidup yang penuh kesusahan di dunia hari ini. Hidup yang kekal adalah hidup yang direncanakan Allah dari semula bagi manusia yang memiliki kemuliaan-Nya. Kelahiran dan pengorbanan Tuhan Yesus memungkinkan Roh Allah dimeteraikan lagi bagi kita sehingga kemuliaan Allah dipulihkan dalam diri kita. Dengan demikian hidup hari ini menjadi pendahuluan dari hidup yang sesungguhnya, yang tanpa kematian, penyakit, dan dosa untuk selama-lamanya.


Hidup kekal tersebut diberikan kepada orang yang percaya kepada-Nya. “Percaya” tidak hanya berarti pengaminan akali bahwa Yesus adalah Tuhan. Survei yang diadakan oleh majalah Newsweek pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 82% orang Amerika dewasa mengaku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi itu tidak berarti mereka semua percaya bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan abadi. Tidak berarti mereka percaya bahwa Yesus satu-satunya jalan keselamatan. Dan secara kasat mata, banyak dari mereka tidak ber-Tuhankan Yesus. Mari renungkan, sudahkah kita benar-benar percaya kepada Tuhan Yesus?


Percaya berarti mengakui Firman-Nya benar, mengakui bahwa Ia satu-satunya jalan keselamatan, dan mengakui bahwa kehendak-Nya terbaik bagi kita. Pengakuan itu baru sah jika dibuktikan dengan perbuatan kita, melakukan kehendak-Nya.



Tuhan Yesus datang karena kasih Allah untuk memberikan hidup kekal, bagi yang percaya kepada-Nya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Melayani, Bukan Dilayani

Renungan Harian Virtue Notes, 24 Desember 2010

Melayani, Bukan Dilayani



Baca: Markus 10:35–45


10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"

10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"

10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."

10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"

10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.

10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."

10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.

10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."



“Tampaknya orang-orang Kristen sedang mengalami proses indoktrinasi dan pencucian otak, sehingga mudah menerima pernyataan iman yang menjadikan Tuhan sebagai hamba kita, bukannya kita yang menjadi hamba Tuhan,” demikian Dr. A. W. Tozer menulis dalam bukunya yang berjudul I Talk Back to the Devil. Muncullah pertanyaan, bukankah Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ay. 45)? Bukankah itu berarti Yesus datang untuk menjadikan diri-Nya hamba?


Pernyataan Tuhan Yesus ini dikemukakannya setelah Yakobus dan Yohanes meminta untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam kerajaan-Nya. Perlu diketahui bahwa kedua rasul masih mengira bahwa Yesus akan membangun kerajaanNya di dunia ini. Kata “kelak” dalam Alkitab Indonesia Terjemahan Baru tidak terdapat dalam teks bahasa asli Alkitab. Kepada kedua rasul, Yesus mengatakan mereka tidak tahu apa yang mereka minta, sebab mereka menganggap posisi itu akan membawa kehormatan dan kegembiraan, padahal membutuhkan penderitaan dan bahkan kematian. Inilah yang dimaksud-Nya sebagai “cawan yang harus Kuminum dan baptisan yang harus Kuterima” (ay. 38).


Kemudian Tuhan Yesus mengajarkan bahwa “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” (ay. 43–44). Lalu Ia memberi teladan dengan diri-Nya sendiri. Kata “melayani” yang terdapat dalam ay. 45 aslinya ditulis διακονέω (diakoneō) yang berarti “mencukupi kebutuhan” atau arti sempitnya “melayani di meja makan”. Maksud Yesus, Ia datang ke bumi untuk melayani manusia dengan penuh kasih. Ia tidak dilahirkan sebagai bangsawan, tetapi sebagai rakyat jelata. Bahkan Ia lahir di kandang hina. Karenanya sebagai manusia Yesus tidak perlu dilayani, tetapi justru Ialah yang bekerja keras untuk kebaikan banyak orang; Ia mencari orang berdosa agar diselamatkan.


Tetapi saat kedatangan-Nya yang kedua, perkataan-Nya tak akan sama. Ia akan datang sebagai Raja segala raja (Why. 19:16). Oleh karena itu berbahagialah kita yang menjadi pelayan-Nya. Untuk mempersiapkan kedatangan-Nya, jangan meniru orang-orang yang katanya melayani Tuhan, padahal mereka menjadikan Tuhan pelayan mereka. Hendaklah kita meneladani Tuhan Yesus dengan melayani Dia, memberitakan Injil dan membawa orang-orang kepada pengenalan yang benar kepada-Nya.



Sebagai pelayan Yesus, kita harus menghayati semangat pelayanan-Nya: melayani, bukan dilayani.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Nama-Nya Yesus

Renungan Harian Virtue Notes, 23 Desember 2010

Nama-Nya Yesus



Bacaan: Matius 1: 18-25


1:18. Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.

1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."

1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:

1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita.

1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,

1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.



Dalam kisah Romeo & Juliet, sastrawan Inggris, Shakespeare menulis, “Apakah artinya sebuah nama? Yang kita sebut mawar tetap akan harum baunya jika lain namanya.” Memang pada umumnya manusia mengenal nama sebagai kata yang digunakan untuk menyebut atau mengenali orang, tempat, atau benda-benda lain. Tetapi dalam banyak hal di Alkitab, nama seseorang merupakan gambaran dari orang tersebut, sehingga sering dipakai untuk mewakili pribadi orang yang mempunyai nama tersebut. Itulah sebabnya kita sering mendengar kalimat “Terpujilah Nama Tuhan” yang maknanya sama dengan “Terpujilah Tuhan” sendiri.


Di Perjanjian Lama, Tuhan menyatakan diri-Nya melalui nama-nama seperti יהוה (YHWH) yang dibaca אדני (‘Ădônây), אל (‘Êl) dan אלהים (‘Ĕlohim) yang merefleksikan pribadi dan pekerjaan-Nya. Karena itu Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk memberi tahu Yusuf, nama apa yang harus diberikan bagi Anak Allah yang akan dilahirkan oleh Maria, tunangannya. Dan nama itu ialah Yesus (ay. 21).


Nama Yesus dalam bahasa Yunani ditulis Ἰησοῦς (Iēsūs) yang merupakan transliterasi nama bahasa Ibrani יהושׁע (Yehôshûa‘) yang berarti “YHWH adalah Keselamatan”. Nama ini merupakan nama yang lazim digunakan oleh orang Yahudi. Pemimpin umat Israel, Yosua dalam bahasa aslinya juga ditulis Yehôshûa‘, sama dengan Yesus. Di Perjanjian Baru kita juga menemukan orang-orang lain yang bernama Yesus selain Yesus Kristus.


Tetapi meskipun nama Yesus merupakan nama yang umum, Allah Bapa memilih nama tersebut bagi Anak-Nya, Sang Juruselamat. Malaikat memberi tahu Yusuf, “Karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Artinya hanya Tuhanlah yang sanggup menyelamatkan manusia dari dosa, dan karena itulah Ia menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus.


Dalam ayat 23, Yesus juga disebut menggenapi nubuat Yesaya (Yes. 7:14) mengenai Imanuel. Yesus memang tidak dinamai Imanuel, tetapi Yesus benar-benar adalah Imanuel: “Allah menyertai kita” secara harfiah. Allah yang menjadi manusia dan tinggal bersama manusia (Yoh. 1:14). Bahkan sampai sekarang Tuhan Yesus juga menyertai setiap orang percaya melalui Roh Kudus-Nya.


Nama Yesus kini menjadi Nama di atas segala nama (Flp. 2:9–11), dan semua makhluk akan bertekuk lutut di dalam nama-Nya. Tidak ada nama lain yang bisa menyelamatkan manusia kecuali Yesus. Karena itu sembahlah nama Yesus, dan alamilah keindahan bersekutu dengan-Nya secara pribadi. Ketahuilah, Tuhan Yesus dekat, sedekat kita menyebut nama-Nya.



Semua makhluk akan bertekuk lutut di dalam nama Yesus.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Jangan Takut

Renungan Harian Virtue Notes, 22 Desember 2010

Jangan Takut



Bacaan: Matius 10: 16-33


10:16. "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

10:17 Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.

10:18 Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.

10:19 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.

10:20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.

10:21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.

10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

10:23 Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.

10:24 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.

10:25 Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.

10:26 Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.

10:27 Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.

10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.

10:29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.

10:30 Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.

10:31 Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.

10:33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."



Takut biasanya dikonotasikan selalu negatif, padahal tidak selalu demikian. Seperti kekhawatiran yang positif dapat membangkitkan rasa tanggung jawab, ketakutan juga bisa demikian. Kalau kekhawatiran adalah ketakutan terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang dimaksud ketakutan di sini adalah terhadap keadaan saat ini.


Dalam bacaan kita hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita tidak perlu takut kepada segala sesuatu yang menghambat kita menyampaikan kebenaran, karena pada akhirnya Ia akan memberikan kita kemenangan. Tetapi kita harus mempunyai sikap takut kepada Tuhan, sebab takut kepada Tuhan adalah ketakutan yang menyelamatkan.


Dalam kehidupan kita sehari-hari, jika kita takut kepada Tuhan, maka kita akan hidup bertanggung jawab. Maka kalau Tuhan mengatakan, “Burung di langit diberi makan oleh Tuhan” (Mat. 6:26), tidak berarti kita tidak perlu bekerja. Burung di langit adalah burung yang terbang mencari nafkah, bukan burung malas. Maka kalau kita memenuhi bagian kita, Tuhan pun akan memenuhi bagian-Nya. Bukankah kita jauh lebih berharga daripada banyak burung pipit (ay. 30)?


Alkitab memberi banyak contoh bahwa orang yang takut akan Tuhan selalu berjaga-jaga. Contohnya, kisah Yusuf di Mesir yang menimbun gandum pada masa panen untuk menghadapi masa paceklik. Sikap bijaksananya ini menyelamatkan bukan saja seluruh Mesir tetapi juga keluarganya di Kanaan (Kej. 37–50). Harus disadari bahwa keadaan bisa berubah setiap saat, dan karenanya seseorang harus mempersiapkan diri menghadapi hari esok yang tidak menentu. Jadi pada waktu keadaan berlimpah, kita tidak boleh menghabiskannya untuk dinikmati pada waktu itu saja, tetapi juga menyimpannya untuk waktu-waktu yang akan datang.


Perihal menyediakan persediaan juga disinggung oleh Amsal ketika berbicara mengenai semut: “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” (Ams. 6:6) Kita harus mencontoh kebijakan semut mengumpulkan makanan pada musim panas (Ams. 30:25), yang dewasa ini salah satunya dengan menabung di bank dan asuransi. Jadi jangan alergi dengan asuransi, karena asuransi tidak salah selama dilandasi dengan sikap berjaga-jaga bukan kekuatiran. Namun tentu kita tetap harus benar-benar memahami program asuransi yang ditawarkan dan berhati-hati memilih asuransi, sehingga tidak termakan janji yang setinggi langit tetapi saat mengklaim ternyata setinggi langit pula kesulitannya.



Orang yang takut kepada Tuhan akan senantiasa berjaga-jaga.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger