Renungan Harian Virtue Notes, 27 Desember 2010
Visi Dari Tuhan
Bacaan: Kejadian 41: 38-45
41:38 Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?"
41:39 Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau.
41:40 Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."
41:41 Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
41:42 Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya.
41:43 Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.
41:44 Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir."
41:45 Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
Dalam Ams. 29:18 dikatakan, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.” Kata “wahyu” di sini dalam teks bahasa aslinya (Ibrani) adalah חָזוֹן (khâzôn) yang selain wahyu, bisa pula diterjemahkan “visi”, “impian”, “penglihatan”, “penyingkapan”. Itulah sebabnya dalam Alkitab bahasa Inggris versi King James, ayat ini diterjemahkan, “Where there is no vision, the people perish.” (“Apabila tidak ada visi, binasalah umat.”
Hari ini banyak orang yang hidup tanpa visi untuk hari esok, tanpa impian yang sehat. Tentu impian di sini bukan aktivitas jiwa pada waktu tidur, tetapi mengacu suatu kerinduan yang hendak dicapai. Visi atau impian ini sangat penting, sebab hidup adalah perjalanan, dan berakhir di manakah perjalanan tanpa arah tujuan?
Dalam pernyataannya, Rasul Paulus berkata, “Aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.” (1Kor. 9:26). Ia memiliki arah yang jelas dalam perjalanan hidupnya. Seperti Paulus, kita harus memiliki arah atau tujuan perjalanan hidup ini. Tetapi bedanya dengan orang dunia, arah atau tujuan perjalanan hidup ini bukan kita yang menentukan, melainkan Tuhan. Jadi visi yang dimaksud di sini bukanlah impian kita, bukanlah cita-cita kita, bukanlah tujuan kita; tetapi visi Tuhan yang diberikan-Nya untuk hari esok kita.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Tuhan mau melibatkan banyak orang. Ia mencari orang yang dapat dan mau dilibatkan-Nya. Kisah-kisah dalam Alkitab membuktikan bahwa untuk mewujudkan rencana-Nya, Tuhan melibatkan orangorang pilihan-Nya, yaitu mereka yang mau menjadi kawan sekerjaNya. Tuhan memilih Abraham untuk meletakkan fondasi bangsa yang akan menurunkan Mesias; Ia memilih Yusuf untuk menyelamatkan keturunan Abraham; Ia memilih Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel dari Mesir.
Sungguh suatu kehormatan bagi kita untuk ikut serta dalam rencana-Nya. Jadi mari kita kenakan visi yang ditempatkan Tuhan dalam diri kita dengan penuh kerelaan hati, dan berjuang untuk mencapainya sekalipun kita harus membayar harga dalam bentuk proses pendewasaan yang sangat berat. Paulus menggambarkannya seperti atlet yang melatih tubuhnya dengan sangat serius. Jika atlet duniawi yang memperebutkan hadiah yang fana saja mau berlatih dengan serius, tentu kita juga mau serius mewujudkan visi dari Tuhan, agar kita memperoleh mahkota abadi di kekekalan nanti.
Mari mengenakan visi dari Tuhan dan berjuang untuk mewujudkannya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar