Renungan Harian Virtue Notes, 25 Desembar 2010
Mengapa Ia Harus Lahir?
Bacaan: Yohanes 3:14–18
3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Berulang kali kita merayakan Natal dan bertanya, mengapa Allah mengutus Anak-Nya lahir menjadi manusia? Kebanyakan orang Kristen hafal Yoh. 3:16 di luar kepala, atau minimal pernah mendengarnya. Dalam ayat yang manis inilah dijelaskan mengapa Tuhan Yesus harus menjelma menjadi manusia.
Allah sangat mengasihi dunia ini. Meskipun dunia ini jahat dan melupakan-Nya, Ia tetap mengasihinya. Ia mengutus Tuhan Yesus, Anak-Nya, menjadi manusia karena kasih-Nya yang demikian besar kepada dunia. Inilah pola kasih yang sejati. Seseorang yang sangat mengasihi orang lain seharusnya bersedia memberikan apa pun, bahkan mengorbankan dirinya sendiri. Allah mengorbankan Anak-Nya sendiri, agar dapat menerima hukuman yang sebetulnya ditujukan bagi kita, manusia yang jahat dan berdosa ini. Ini harus terjadi karena Allah tidak dapat melanggar hukum keadilan-Nya sendiri. Dengan pengorbanan itu kita dapat memperoleh hidup baru di dalam Dia. Karena itu kita pun harus mengasihi Dia dengan menyerahkan segenap hidup kita kepada-Nya, dan memberitakan Injilnya dengan kasih yang besar kepada dunia ini dengan melepaskan kesenangan kita sendiri agar orang lain juga dapat mengalami kasih-Nya.
Tuhan Yesus memberikan hidup yang kekal. Hidup yang kekal ini tidak seperti hidup yang penuh kesusahan di dunia hari ini. Hidup yang kekal adalah hidup yang direncanakan Allah dari semula bagi manusia yang memiliki kemuliaan-Nya. Kelahiran dan pengorbanan Tuhan Yesus memungkinkan Roh Allah dimeteraikan lagi bagi kita sehingga kemuliaan Allah dipulihkan dalam diri kita. Dengan demikian hidup hari ini menjadi pendahuluan dari hidup yang sesungguhnya, yang tanpa kematian, penyakit, dan dosa untuk selama-lamanya.
Hidup kekal tersebut diberikan kepada orang yang percaya kepada-Nya. “Percaya” tidak hanya berarti pengaminan akali bahwa Yesus adalah Tuhan. Survei yang diadakan oleh majalah Newsweek pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 82% orang Amerika dewasa mengaku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi itu tidak berarti mereka semua percaya bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan abadi. Tidak berarti mereka percaya bahwa Yesus satu-satunya jalan keselamatan. Dan secara kasat mata, banyak dari mereka tidak ber-Tuhankan Yesus. Mari renungkan, sudahkah kita benar-benar percaya kepada Tuhan Yesus?
Percaya berarti mengakui Firman-Nya benar, mengakui bahwa Ia satu-satunya jalan keselamatan, dan mengakui bahwa kehendak-Nya terbaik bagi kita. Pengakuan itu baru sah jika dibuktikan dengan perbuatan kita, melakukan kehendak-Nya.
Tuhan Yesus datang karena kasih Allah untuk memberikan hidup kekal, bagi yang percaya kepada-Nya.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar