Renungan Harian Virtue Notes, 5 Desember 2010
Garis Panjang
Bacaan: Filipi 2: 12-13
2:12. Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
Jika kita bertanya pada seseorang, “Kapan Anda diselamatkan?” Jawaban yang sering kita dengar adalah, “Saat ada sebuah KKR,” “Ketika saya mendengar siaran rohani di radio,” atau peristiwa lainnya. Banyak orang merasa sudah selamat setelah mereka beranjak maju ke altar, mengaku dosa dan mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tetapi kenyataannya, berapa banyak dari antara mereka yang kita kenal itu, yang saat ini sudah tidak menjadi anak Tuhan lagi? Bahkan ada yang sekarang menghina Tuhan Yesus yang dahulu diakuinya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Berarti menerima keselamatan tidak bisa dipandang secara subjektif berdasarkan apa yang dirasakan seseorang, maksudnya merasakan sudah menerima dan memiliki keselamatan, padahal kenyataannya belum.
Kita harus memahami prinsip bahwa menerima keselamatan itu bukanlah seperti suatu momen atau peristiwa yang dapat digambarkan sebagai sebuah titik. Menerima keselamatan adalah proses yang dapat digambarkan sebagai suatu garis panjang, sebab itu memang proses yang harus kita lalui sepanjang hidup kita.
Apabila seseorang merasa dirinya sudah diselamatkan dalam suatu momen tertentu, atau dengan kata lain menganggap bahwa keselamatan itu adalah suatu peristiwa sesaat bagai sebuah titik, maka ia pun tidak akan bertumbuh dalam keselamatan, tidak bertumbuh dalam kedewasaan, tidak bertumbuh dalam kesempurnaan Kristiani. Jika tidak bertumbuh, mustahillah baginya mencapai standar di mana ia dapat dikenal oleh Tuhan (Mat. 7:21–23).
Jadi semestinya jika kita ditanya, “Apakah anda sudah selamat?”, jawaban yang benar adalah “Ya, saya sedang dalam proses penyelamatan”. Ini menunjukkan kita menyadari bahwa keselamatan adalah suatu proses. Ini bukan berarti kita tidak bisa mengatakan bahwa kita belum selamat. Kita sudah selamat, dan sedang mengerjakan keselamatan itu. Kenyataan bahwa kita sudah selamat harus dibuktikan dengan perjuangan kita mengerjakan keselamatan itu.
Manakala kita berhenti dari proses mengerjakan keselamatan, berarti kita tidak selamat lagi, karena keselamatan itu bukan hanya terhindar dari api neraka dan diperkenankan masuk sorga. Keselamatan adalah usaha Tuhan untuk mengembalikan manusia pada rancangan-Nya semula. Inilah proses tersebut, yaitu kita memberi diri digarap oleh Tuhan Yesus agar kita menjadi sempurna seperti Bapa. Tuhan Yesuslah yang menjadi teladan hidup kita—seperti yang Bapa kehendaki—sebab Dia telah membuktikan ketaatan-Nya hingga mati di kayu salib.
Menerima keselamatan adalah proses mengerjakan keselamatan sepanjang hidup kita.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar