Renungan Harian Virtue Notes, 30 Desember 2010
Batu Penjuru
Bacaan: 1 Petrus 2: 1-9
2:1. Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.
2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
2:3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.
2:4. Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.
2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Batu penjuru yang dalam bahasa Yunani disebut ἀκρογωνιαῖος (akrogōnyaios) merupakan batu dalam bentuk khusus, yang digunakan untuk menjadi pengikat pada sebuah bangunan pada jaman duhulu di Israel. Batu penjuru memiliki bentuk khusus agar dapat berfungsi sebagai pengikat, dan harus ditempatkan di tempat yang tepat untuk dapat mengikat struktur bangunan tersebut. Biasanya batu penjuru diletakkan di sudut tembok. Kadang-kadang seorang tukang bangunan tidak jeli, sehingga batu yang seharusnya digunakan sebagai batu penjuru malah dibuang (ay. 7). Tukang bangunan yang bodoh itu tidak mengenali batu penjuru dan tidak tahu fungsinya. Mereka tidak memahami kegunaan batu tersebut.
Hal ini bisa menjadi gambaran sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus. Sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus hari ini sangat menentukan kehidupannya di kekekalan kelak. Mungkin hari ini saudara bertanya, “Apa bedanya orang yang sungguh-sungguh dengan Tuhan dan yang tidak sungguh-sungguh?” Tentu ada bedanya. Perbedaannya adalah dalam bagaimana bersikap dengan benar terhadap Tuhan Yesus, dan bagaimana meresponi-Nya sebagai Juruselamat.
Banyak orang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat karena mereka memiliki kepentingannya sendiri, yaitu agar kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dipenuhi, cita-citanya tercapai, hidup di dunia terbebas dari persoalan dan berbagai ambisi pribadi lainnya. Jika begini, mereka tidak memperlakukan Tuhan Yesus secara benar, namun memperlakukan Tuhan Yesus seperti pesuruhnya untuk memuaskan keinginannya. Ini suatu sikap yang kurang ajar. Mereka seperti seseorang yang datang kepada Tuhan Yesus meminta agar Tuhan menyelesaikan masalah warisan dengan saudaranya (Luk 12:13–15). Tatkala Tuhan Yesus sedang sibuk dalam visi dan urusan-Nya, orang ini datang dengan urusannya sendiri. Mereka tidak menyadari apa sesungguhnya manfaat kehadiran Tuhan dalam hidup mereka. Mereka memperlakukan Tuhan Yesus secara tidak hormat.
Sebaliknya, menghargai Kristus seperti batu penjuru yang mahal dalam sebuah bangunan merupakan respons yang benar. Dengan ini kita menghormati Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang dapat membawa manusia kepada keselamatan yang sesungguhnya. Maka kita harus membuka mata, bahwa saat Tuhan Yesus ditempatkan sebagai sosok yang menyelesaikan masalah-masalah jasmani tetapi tidak diajarkan sebagai Juruselamat yang membawa manusia menjadi sempurna di hadapan Bapa, kita tahu bahwa itu penyesatan dari Iblis.
Sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus hari ini sangat menentukan kehidupannya di kekekalan kelak.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar