RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Dengan Akal Budi

Renungan Virtue Notes, 30 September 2010
Dengan Akal BudiRata Penuh


Bacaan : Matius 22 : 37–40

22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."


Semua gereja pasti menganjurkan anggotanya untuk intensif membaca Alkitab. Tapi apakah gereja telah membekali orang percaya dengan rambu-rambu yang jelas dalam menggali Alkitab? Sebab Alkitab seperti hutan belantara yang harus dikuasai jalan setapaknya; kalau tidak, si penjelajah akan tersesat di jalan dan tidak bisa pulang.


Memahami isi Alkitab memang tidak mudah, tetapi dapat dilakukan. Untuk memahaminya kita sama sekali tidak membutuhkan wahyu yang bersifat mistis. Yang penting adalah untuk menggali Alkitab kita harus menggunakan akal budi kita, yaitu rasio yang maksimal melalui kerja keras. Itulah sebabnya TUHAN mengatakan bahwa kita harus mengasihi DIA dengan segenap akal budi juga (ay. 37). Akal budi adalah pikiran, yang haruslah selalu mengalami pembaruan (Rm. 12:2).

Berkenaan dengan ini, kita harus terlebih dahulu memahami apa maksudnya “Alkitab adalah Firman TUHAN”. Apa sebenarnya yang Firman TUHAN: bukunya secara fisik, atau huruf-huruf yang menyusun kata-kata, atau bagian lain? Ataukah hanya sebagian saja dari Alkitab yang merupakan Firman TUHAN, yaitu yang mengutip kata-kata TUHAN? Sebenarnya maksud “Alkitab adalah Firman TUHAN” ialah, Alkitab ditulis berdasarkan inspirasi dari Roh Kudus, serta sudah lengkap dan memadai guna mengajar dan memandu kita untuk beriman dan hidup dalam kebenaran menuju kesempurnaan, kembali kepada rencana ALLAH yang mula-mula.

Kemudian perlu pula kita pahami, bagaimana kita dapat menemukan kebenaran dari dalam Alkitab? Sebab ternyata dari dalam Alkitab orang bisa menarik kesimpulan dari apa yang dimengertinya sebagai kebenaran, padahal ternyata bukan. Kita tahu, ajaran-ajaran sesat yang mencoba merusak iman jemaat yang murni juga melandaskan doktrinnya kepada Alkitab.

Untuk menemukan kebenaran dari dalam Alkitab yang benar-benar benar, sekali lagi kita harus melibatkan akal budi kita dalam memilih dua hal. Pertama, kita harus berani memilih, siapa yang layak didengar ajarannya. Kita harus memperhatikan apa yang disampaikan setiap pemberita Firman. Kalau pembicara menyampaikan Firman TUHAN yang murni, maka paradigma atau cara berpikirnya menjadi benar. Kedua, kita harus memilih berbagai buku dan majalah rohani yang bermutu untuk dipelajari, yang dapat meletakkan fondasi iman yang benar. Untuk itu kalau kita tidak tahu, kita perlu bertanya dan berdiskusi dengan saudara-saudara seiman yang mengerti mengenai hal ini.


Untuk menggali Alkitab kita harus menggunakan akal budi kita, bukan dengan pengalaman mistis.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Episentrum

Renungan Harian Virtue Notes, 29 September 2010
EpisentrumRata Penuh


Bacaan : Roma 10 :17

10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.


Alkitab menulis bahwa iman datang dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus. Jadi seseorang memiliki iman bukan karena memuji-muji nama TUHAN dengan nyanyian, bukan pula karena melihat dan mengalami mukjizat, tetapi karena mendengar Firman Kristus.

Perhatikan, manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru yang terbaik menulis “Firman Kristus” (ῥήματος Χριστοῦ, rématos Khristú), bukan Firman ALLAH. Memang beberapa manuskrip Perjanjian Baru yang lain ada yang menulis “Firman ALLAH” (ῥήματος θεοῦ, rématos Theú). Apa bedanya? Tidak beda, karena Kristus adalah ALLAH.

Hanya kalau dikatakan Firman Kristus, maka kebenaran yang dipahami umat Perjanjian Baru haruslah bermuara pada Perjanjian Baru. Untuk memahami lebih lengkap Perjanjian Baru, memang harus membedah Perjanjian Lama. Tetapi laksana gempa bumi, Perjanjian Baru harus menjadi episentrumnya (pusat gempanya).

Landasan seseorang beriman kepada Tuhan adalah Firman TUHAN yang tertulis di dalam Alkitab. Untuk itu patut dipersoalkan, berapa ayat, berapa pasal yang harus dibaca dan berapa khotbah yang harus di dengar sampai seseorang memiliki pengertian yang cukup sehingga memiliki iman yang benar. Berkenaan dengan hal ini, tidak sedikit orang yang merasa sudah beriman dengan benar padahal sebenarnya belum.

Paralel dengan hal ini, juga dikatakan, “Manusia hidup bukan dari roti saja,tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). Setiap Firman yang keluar dari mulut ALLAH mengindikasikan kebenaran Firman TUHAN yang dipahami secara memadai menghasilkan kehidupan rohani seseorang mengalami pertumbuhan secara signifikan. “Dari mulut ALLAH” mengacu Firman ALLAH yang keluar dari mulut
TUHAN Yesus Kristus, yaitu Injil yang nilainya tiada tara.

Berarti Alkitab benar-benar berharga sebagai panduan jalan hidup yang harus digali seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Jangan puas dengan mendengar khotbah di gereja pada hari Minggu yang hanya sesaat saja, dan lalu merasa bahwa telah dibekali dengan kebenaran Firman TUHAN yang memadai. Sebab kadang-kadang saat di gereja, konsentrasi kita terganggu; atau isi pemberitaan Firman TUHAN-nya memang tidak mudah ditangkap; atau memang khotbahnya tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Alkitab adalah makanan rohani yang harus dikonsumsi secara berkesinambungan setiap hari. Mari berkomitmen untuk bangkit, dan dengan dorongan diri sendiri kita mengambil keputusan untuk menghargai Alkitab sebagai Firman TUHAN dan berusaha terus menggali kekayaan yang ada di dalamnya.



Hargailah kebenaran Firman TUHAN yang bermuara pada Perjanjian Baru



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Menghadapi Tantangan

Renungan Harian Virtue Notes, 28 September 2010
Menghadapi Tantangan


Bacaan : 2 Timotius 3 : 13-17

3:13 sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.
3:14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.


Kekristenan memang sering menghadapi tantangan. Di negara seperti Indonesia, kita menghadapi kenyataan bahwa agama mayoritas diberi kesempatan lebih banyak menyiarkan ajarannya melalui berbagai media dan sarana. Patut disadari, kondisi ini tentu memiliki pengaruh terhadap pola berpikir orang Kristen, khususnya generasi muda.

Tantangan lain diberikan oleh media cetak, elektronik dan Internet yang sarat dengan konten yang tidak mendidik. Infiltrasi ajaran dan berbagai filosofi kehidupan manusia modern yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab dapat merusak konstruksi pola berpikir orang Kristen. Situasi ini sangat mencemaskan, sebab dapat mengganggu bahkan merusak proyek penyelamatan umat manusia melalui karya Kristus yaitu mengembalikan manusia khususnya orang percaya, kepada rancangan-NYA semula yaitu segambaran dengan ALLAH, Imago Dei.

Berikutnya, tak kalah mengerikan tantangan dari dalam kubu Kekristenan sendiri. Berbagai ajaran dari mimbar gereja ternyata harus dikoreksi, sebab ternyata tak sedikit yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Kalau seseorang berdiri di mimbar dengan menggenggam Alkitab, tidak serta-merta berarti ia menyampaikan suara TUHAN. Interpretasi Alkitab yang tidak benar pada dasarnya bukan dari TUHAN. Ajaran-ajaran bidat yang besar di dunia ini juga memercayai dan mengakui Alkitab sebagai Firman TUHAN, tetapi mereka menafsirkannya dengan cara yang berbeda.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, tidak bisa tidak, kita harus dengan tegas berdiri di jalur kebenaran Alkitab yang murni. Kita harus bersedia belajar kebenaran Alkitab yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (ay. 16). Kita harus minta pimpinan Roh Kudus, agar hikmat-NYA terus dinyatakan-NYA kepada kita melalui Firman TUHAN (ay. 15). Agar pemahaman kita lebih dalam, kita perlu membaca majalah dan buku yang bermutu serta mendengar khotbah-khotbah yang menyampaikan kebenaran yang murni.

Dengan hikmat ALLAH yang mengalir setelah kita belajar membedah Alkitab dengan benar dan jujur, kita harus berani berkata “tidak” kepada ajaran-ajaran yang tidak Alkitabiah. Dan tentunya kita harus mengajarkan kebenaran Firman TUHAN yang murni itu kepada anak-anak kita, sehingga sejak dini pun mereka sudah diperlengkapi dengan pertahanan yang kuat untuk menghadapi tantangan terhadap iman dan keselamatan kita, baik dari luar maupun dari dalam Kekristenan.


Belajar membedah Alkitab dengan benar, penting agar kita dapat bertahan menghadapi tantangan di zaman ini.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Alkitab Harus Menjadi Primadona

Renungan Harian Virtue Notes, 27 September 2010
Alkitab Harus Menjadi Primadona


Bacaan : 2 Timotius 3 : 1-9

3:1. Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
3:2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3:3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
3:4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
3:5 Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
3:6 Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu,
3:7 yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran.
3:8 Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.
3:9 Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang.


Kehidupan iman orang percaya menghadapi tantangan yang semakin berat pada abad ini. Tantangan itu adalah kehidupan dunia yang semakin fasik, filosofi yang memancarkan spirit tidak takut TUHAN dan tidak memedulikan hukum-NYA. Filosofi itu antara lain materialisme (materi sebagai nilai tertinggi kehidupan), humanisme (menganggap manusia lebih penting daripada segalanya), antroposentrisme (kehidupan yang berpusat kepada diri sendiri), serta berbagai pemikiran modern lainnya yang menggiring orang Kristen semakin jauh dari pola berpikir yang Alkitabiah.

Dunia seperti ini telah menenggelamkan kehidupan iman banyak orang percaya. Banyak perilaku pasangan hidup yang merusak hakikat perkawinan, sehingga angka perceraian dan ketidaksetiaan semakin meningkat tajam. Kondisi ini membuat keluarga-keluarga Kristen tidak memberi perhatian kepada pendidikan rohani karena disibukkan oleh hal-hal tesebut. Nilai-nilai spiritual menjadi terabaikan. Jikalau nilai-nilai spiritual tidak dihargai lagi maka praktik hidup yang tidak sesuai dengan kebenaran TUHAN mewarnai kehidupan, yang pada akhirnya justru dianggap normal dan wajar. Menyedihkan hal yang jahat dan merusak justru dianggap wajar.

Tidak bisa dibantah, dewasa ini banyak orang lebih tertarik kepada layar lebar, tayangan olah raga, sinetron, gaya hidup konsumtif, chatting, hiburan di Internet dan sebagainya, daripada memburu pengenalan akan TUHAN yang tertulis di dalam Alkitab. Orang yang giat menggali kebenaran Firman TUHAN dianggap aneh, ekstrem, kuno, korban indoktrinasi dan sebagainya. Ini terjadi sebab banyak orang Kristen akhir-akhir ini tidak memperlakukan Firman TUHAN secara proporsional. Mereka tidak mengasihi TUHAN, terbukti dengan tidak mengasihi Firman-NYA.

Jadi sekalipun kita anggota jemaat biasa, kita tidak boleh mengabaikan pelajaran Alkitab. Alkitab harus menjadi primadona bacaan bagi kita. Dengan pemahaman mengenai kebenaran TUHAN yang mendalam, kita akan senantiasa waspada sehingga tidak akan menjadi mangsa empuk bagi para pengajar palsu yang sebenarnya sedang menipu jemaat dengan mengatasnamakan “Firman TUHAN” atau “suara TUHAN”. Sebagai orang Kristen, kita harus terus mempelajari kebenaran yang murni dan bertumbuh dewasa di dalam TUHAN. Intelektualitas bukan hanya dikembangkan dalam ilmu-ilmu sekuler, tetapi juga dalam kerohanian kita. Belajar Firman TUHAN harus dilakukan terus-menerus sampai kita menutup mata. Untuk itu kita tidak boleh berpuas diri dengan pemahaman kita saat ini, tetapi kita harus berkembang terus dalam kebenaran.


Jadikan Alkitab primadona bacaan bagi kita agar kita menjadi cerdas.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Datanglah Kerajaan-MU

Renungan Harian Virtue Notes, 26 September 2010
Datanglah Kerajaan-MU


Bacaan : Matius 6 : 10

6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.


Perhatian kita harus dipancangkan kepada apa yang menjadi visi dan misi Yesus, yaitu kedatangan Kerajaan-NYA. Itulah sebabnya dalam Doa Bapa Kami TUHAN Yesus mengajarkan kalimat doa yang merupakan pola kehidupan yang harus diselenggarakan, bukan hanya diucapkan: “Datanglah Kerajaan-MU”.

Kerajaan ALLAH yang kita rindukan itu bukan kerajaan duniawi, melainkan Kerajaan kekal yang mulai saat ini seharusnya sudah kita rasakan dengan pemerintahan Kristus dalam hati kita, dan akan datang secara utuh dan lengkap saat Kristus menghancurkan seluruh kekuatan jahat, dan memerintah di langit baru dan bumi baru.

Untuk ini, kita harus dipersiapkan menjadi umat yang layak bagi DIA.
Kita harus bersyukur dalam segala keadaan hidup kita di dunia ini, dan tidak boleh menuntut agar hidup kita di dunia ini berkeadaan seperti yang kita inginkan. Hidup di dunia hanyalah masa persiapan menyambut kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan sempurna yang dirancang TUHAN di langit baru dan bumi baru.

Dengan memahami dahsyatnya kebenaran ini, kita harus menyadari bahwa Kekristenan tidak sama dengan agama-agama lain. Agama-agama lain mengajarkan kepada pemeluknya bahwa dengan mengikuti ajaran agama dan hukum-hukumnya, hidup akan dapat dijalani dengan lebih mudah dan bahagia karena hidup berkelimpahan secara materi dapat diraih. Maksudnya firdaus dialami di bumi ini dan diharapkan juga dialami di dunia yang akan datang. Tetapi Kekristenan tidak demikian.


Seseorang yang disentuh oleh Injil dan mengemban visi dan misi TUHAN akan memasuki kehidupan yang lebih sukar, sebab ia harus mengerti kebenaran dan hidup di dalamnya. Untuk dapat mengemban tugas sebagai saksi Kristus sampai ke ujung bumi, seseorang harus diproses menjadi manusia yang kembali seperti rancangan ALLAH yang mula-mula terlebih dahulu. Tahap ini tidak mudah, tetapi jika kita bersedia melaluinya, kita dapat menghayati apa artinya memiliki hati di Kerajaan Surga, bukan di bumi ini. Justru kesukaran yang kita alami di bumi ini akan mengingatkan kita untuk selalu mengatakan “Datanglah kerajaan-MU” dengan penuh kerinduan, sehingga sekalipun sukar, kita dapat tetap bersukacita di dalam Kristus.

Mulai saat ini marilah kita renungkan, apakah kita masih mau mengiring TUHAN atau tidak. Masih tetap mengiring TUHAN berarti kita harus mengenakan visi dan misi Yesus sebagai baju kehidupan kita, meskipun itu bisa berarti menunda kebahagiaan sampai di kerajaan-NYA nanti. Bila tidak, sia-sia kita menjadi Kristen.


Mengenakan visi dan misi Yesus berarti bersedia menempuh hidup yang lebih sukar.

Rata Penuh

Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Benturan Konsep

Renungan Harian Virtue Notes, 25 September 2010
Benturan Konsep


Bacaan : Markus 10 : 35–40

10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"
10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehaendaki Aku perbuat bagimu?"
10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."
10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"
10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.
10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."


Konsep yang berbenturan antara TUHAN Yesus dan murid-murid-NYA ternyata berulang-ulang terjadi menurut catatan Alkitab. Benturan konsep ini terutama mengenai kerajaan Israel yang akan dipulihkan oleh TUHAN.

Kedua anak Zebedeus yaitu Yakobus dan Yohanes meminta agar mereka menjadi pejabat di sebelah kanan dan kiri Yesus saat TUHAN Yesus memerintah sebagai Raja. Ini juga menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti pemerintahan TUHAN Yesus. Mereka memiliki konsep bahwa kerajaan yang akan dibangun TUHAN Yesus adalah kerajaan di dunia ini. Itulah sebabnya TUHAN Yesus menjawab mereka, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.” (ay. 38)

Benturan konsep juga terjadi di kesempatan lain. Contohnya, Petrus melarang Yesus pergi ke Yerusalem, sebab ia takut Yesus akan terbunuh dan harapan mereka memiliki raja seperti Daud buyar (Mat. 16:21–23). Mereka tak bisa menerima perkataan Yesus bahwa tubuh-NYA adalah makanan dan darah-NYA adalah minuman, sebab itu mengisyaratkan IA akan mati dan tidak menjadi raja (Yoh. 6:55, 66).

Kerajaan yang akan dibangun TUHAN Yesus adalah Kerajaan yang tidak datang dari dunia ini (Yoh. 18:36). IA naik ke Surga; ini membuktikan dan menunjukkan bahwa sesungguhnya Kerajaan dan diri TUHAN Yesus Kristus bukan dari dunia ini, Tetapi janji-NYA, IA pasti datang kembali, dan membangun Kerajaan-NYA.

Jadi kalau kita melihat hari ini banyak orang Kristen yang selalu ingin menikmati pemulihan atas segala aspek hidupnya sekarang juga di bumi ini menurut waktu dan seleranya, sesungguhnya mereka berkeadaan sama dengan murid-murid yang salah konsepnya. Mereka berhasrat menjadikan Yesus sebagai Raja dan Mesias model mereka: Raja duniawi, Mesias duniawi, dan TUHAN duniawi yang berkutat pada pemulihan kebutuhan ekonomi, kesehatan, keluarga, pekerjaan, jodoh, keturunan dan hal-hal lainnya. Yesus sendiri menegur mereka bahwa mereka mencari TUHAN bukan karena melihat tanda agar mereka mengerti maksud penyelamatan dalam diri-NYA, namun mereka mencari TUHAN hanya karena roti fana (Yoh. 6:26).

Sadarilah bahwa hal-hal jasmani itu semestinya tidak menjadi masalah utama ketika kita berurusan dengan TUHAN. TUHAN sudah menyediakan berkat-NYA asal kita bertanggung jawab dalam hidup ini, bekerja keras, menjaga kesehatan dan berhati-hati dalam setiap tindakan atau langkah kita. Jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk memerintah di Kerajaan kekal hanya karena kita mau hidup enak di kerajaan fana.


Kenakan konsep yang benar dan kejarlah Kerajaan kekal.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Restorasi Yang Benar

Renungan Harian Virtue Notes, 24 September 2010
Restorasi Yang Benar


Bacaan : Kisah Para Rasul 1: 6-11


1:6. Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?"
1:7 Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
1:9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
1:10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
1:11 dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."


Sebelum TUHAN Yesus naik ke Surga, IA ditanyai oleh murid-murid-NYA, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Dari pertanyaan ini ada dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, “pada masa ini” (ἐν τῷ χρόνῳ τούτῳ, én tó khrónō tutō), dan yang kedua, “memulihkan kerajaan bagi Israel” (ἀποκαθιστάνεις τὴν βασιλείαν τῷ Ἰσραήλ, apokathistanīs tēn basilían tó Israél). Maksud bagian kalimat yang kedua ini adalah merestorasi, memugar, atau membangun kembali kerajaan Israel.

Dari pertanyaan para murid ini tampak bahwa mereka menghendaki agar pada masa mereka masih hidup di dunia, TUHAN Yesus merestorasi atau membangun kembali (apokathistanīs) kerajaan Israel yang pernah mengalami puncak keemasannya pada zaman Raja Daud dan Salomo. Tidak pernah bangsa Israel mengalami kejayaan seperti pada zaman dua raja besar itu.

Sebenarnya pertanyaan para murid ini lebih tepat disebut sebagai tuntutan. Mereka menuntut sebab mereka masih belum mengerti visi dan misi kedatangan TUHAN Yesus ke dalam dunia ini. Ironis, padahal mereka sudah belajar selama tiga setengah tahun siang dan malam dari Sang Mahaguru Agung, tetapi mereka masih mempunyai konsep yang salah. Di mana letak kesalahannya?

Pertama, mereka tidak mengerti bahwa pemulihan kerajaan Israel bukanlah pada waktu yang diingini oleh mereka, melainkan pada saat yang akan ditentukan oleh BAPA (ay. 7). Kedua, mereka seharusnya sadar bahwa mereka tidak perlu tahu kapan BAPA mengadakan pemulihan itu. Secara tidak langsung TUHAN juga ingin mengisyaratkan ada hal yang lebih penting yang harus mereka tahu dan kerjakan, yaitu menerima kuasa untuk menjadi saksi TUHAN sampai ke ujung bumi (ay. 8). Ketiga, yang akan berdiri sampai selama-lamanya bukanlah kerajaan Israel duniawi, tetapi Kerajaan TUHAN Yesus Kristus setelah semua zaman raja-raja dan kerajaan berakhir. Empat puluh tahun setelah percakapan itu, Yerusalem dihancurkan dan mereka tidak lagi memiliki tanah air sampai 14 Mei 1948, saat negara bernama Israel berdiri di tanah itu.

Murid-murid Yesus ternyata salah, tetapi ini tidak boleh menjadi alasan pembenaran untuk kita juga berkonsep salah. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama, tetapi kita harus mempelajari Alkitab sampai mengerti konsep TUHAN Yesus yang benar dan memeliharanya.


Nantikanlah Kerajaan TUHAN Yesus dengan sukacita, bukan kerajaan duniawi.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Read more
0

Bukan Untuk Yang Tidak Penting

Renungan Harian Virtue Notes, 23 September 2010
Bukan Untuk Yang Tidak Penting


Bacaan : Lukas 12 : 13-15


12:13. Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."


TUHAN Yesus menolak orang yang datang meminta-NYA untuk membantunya dalam berbagi warisan. Ini bukan berarti TUHAN menolak orang ini, tetapi yang ditolak adalah bisnisnya. Misi TUHAN Yesus adalah menyelamatkan manusia dan membawa mereka ke langit baru dan bumi baru, bukan mengurusi masalah fana yang tidak penting.

Ternyata banyak orang seperti orang di kisah ini. Mereka berurusan dengan TUHAN hanya untuk bisnis di bumi ini. Selanjutnya di keabadian mereka tidak akan berurusan dengan TUHAN. Betapa liciknya orang yang melibatkan TUHAN hanya dalam masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani saat masih mengenakan tubuh jasmani di bumi. Mereka tidak mau masuk kepada proses penyempurnaan dari TUHAN, tetapi kalau mati nanti minta dibawa ke Surga. Maunya enaknya saja.

TUHAN kita dahsyat. Tentunya dari-NYA kita mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia atau kuasa lain. Kalau hanya mengenai kesehatan, rezeki, karier dan lain sebagainya, kita bisa berusaha mencapainya dengan sekuat tenaga, dan TUHAN pasti menegakkan hukum-NYA: apa yang ditabur orang, itu juga yang dituainya. Tetapi untuk menjadi sempurna atau memiliki kehidupan sesuai dengan kehendak TUHAN, harus ada pertolongan TUHAN, sebab manusia tidak bisa melakukannya sendiri maupun dengan bantuan kuasa lain. Manusia hanya perlu memiliki kemauan, kerinduan, dan tekad yang kuat untuk masuk kepada proses penyempurnaan.

Jadi kita perlu berhati-hati dengan ajaran yang menggiring pemikiran orang untuk mengandalkan kuasa TUHAN untuk masalah-masalah hidup di dunia ini, mengalami kuasa TUHAN hari ini di bumi ini, tetapi tidak mempersoalkan dengan serius rencana TUHAN agar manusia kembali kepada rancangan-NYA yang mula-mula. Hal ini menggiring jiwa kepada tujuan yang salah. Banyak orang berpikir ia sedang berurusan dengan TUHAN di bumi, dan ia akan diterima BAPA selamanya. Padahal dengan keinginannya berurusan dengan TUHAN hanya mengenai kehidupan di dunia ini, di keabadian mereka tidak akan dikenal oleh BAPA.

TUHAN Yesus berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah,” artinya yang harus diutamakan adalah bagaimana menjadi warga Kerajaan Surga yang baik. Berurusanlah dengan TUHAN dalam rangka mau menjadi warga Kerajaan Surga yang baik. Yang terpenting adalah perjalanan menuju Kerajaan-NYA dan berkat abadi yang TUHAN sediakan. Berkat inilah yang seharusnya menjadi fokus kita. Adapun berkat jasmani sudah TUHAN sediakan, tidak perlu diminta lagi. Dengan bekerja untuk meraihnya, TUHAN pasti menyertai dan membekati kita dengan berkat jasmani.


Jangan libatkan TUHAN untuk urusan yang tidak penting; berurusanlah dengan-NYA untuk menuju kesempurnaan


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Tidak Berarti Tidak Bermasalah

Renungan Harian Virtue Notes, 22 September 2010
Tidak Berarti Tidak Bermasalah
Rata Penuh


Bacaan : Kisah Para Rasul 7 : 9–13

7:9 Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah menyertai dia,
7:10 dan melepaskannya dari segala penindasan serta menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat, ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir dan atas seluruh istananya.
7:11 Maka datanglah bahaya kelaparan menimpa seluruh tanah Mesir dan tanah Kanaan serta penderitaan yang besar, sehingga nenek moyang kita tidak mendapat makanan.
7:12 Tetapi ketika Yakub mendengar, bahwa di tanah Mesir ada gandum, ia menyuruh nenek moyang kita ke sana. Itulah kunjungan mereka yang pertama;
7:13 pada kunjungan mereka yang kedua Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya, lalu ketahuanlah asal-usul Yusuf kepada Firaun.


Yusuf adalah seorang yang benar di mata TUHAN, tetapi ia dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir karena mereka iri hati. Itu bukan karena kesalahan Yusuf, namun merupakan cara pembentukan TUHAN atas dirinya, agar Yusuf menjadi pribadi seperti yang dikehendaki-NYA. Setelah melalui tahun-tahun yang tidak menyenangkan itu, Yusuf pun dilepaskan dan akhirnya menjadi kuasa atas tanah Mesir.

Jadi kita berharap pertolongan TUHAN dalam hidup ini, tidak ke dukun, dan percaya bahwa dalam segala hal TUHAN turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang percaya, itu semua tidak otomatis berarti segala sesuatu akan berlangsung sesuai dengan keinginan kita. Tidak otomatis keadaan akan berlangsung seperti yang kita harapkan. Tidak berarti hidup kita menjadi tidak bermasalah. Karena hanya TUHAN yang tahu bagaimana membentuk seseorang menjadi pribadi seperti yang dikehendaki-NYA, maka IA dapat membawa kita kepada keadaan-keadaan yang kita tidak kehendaki. Kalau kita dewasa, kita tidak akan bersungut-sungut. Jangan seperti bangsa Israel yang bersungut-sungut dalam perjalanan keluar dari Mesir.

Bersungut-sungut di sini bukan hanya berarti menggerutu; tetapi ketika seseorang tidak mengucap syukur dalam suatu situasi tertentu yang dialaminya, itu juga salah. Mengucap syukur pun tidak boleh hanya di bibir saja, tetapi harus dari sikap hati yang tetap memercayai TUHAN, bahwa segala sesuatu dalam kendali-NYA. Kalau kita marah dan tidak puas dengan apa yang kita alami, itu merupakan bahasa jiwa yang tidak memercayai kendali TUHAN.

Maka jikalau kita sudah berharap kepada-NYA, percaya kepada-NYA, dan tidak melakukan hal-hal yang tidak menyukakan hati-NYA, namun tetap mengalami sesuatu yang tidak kita kehendaki, janganlah kita mengeluh kepada-NYA. Jika kita berkata kepada-NYA, “Aku sudah berharap atas pertolongan-MU, TUHAN, tetapi mengapa tetap terjadi demikian?” berarti kita belum mengerti, bahwa kita tidak dapat mengatur TUHAN, dan kita tidak dapat menulis skenario hidup kita sendiri. Kita belum menerima bahwa keadaan itu diizinkan TUHAN untuk membentuk kita.

Dalam hal ini, kita harus belajar memiliki cara berpikir yang benar. Kita berharap pertolongan TUHAN dalam rangka pembentukan diri kita agar menjadi pribadi seperti yang TUHAN kehendaki. Kita harus menerima kenyataan bahwa TUHAN ingin melibatkan diri-NYA untuk mengubah watak dan karakter kita agar mencapai kesempurnaan seperti yang diinginkan-NYA. Cara-NYA tidak selalu menyenangkan bagi kita, namun arahkan pandangan kita kepada hasil akhirnya nanti.


Mengucap syukurlah dalam segala hal, karena hal-hal itulah cara TUHAN membentuk kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Menghargai Kesucian Dan Kebenaran TUHAN

Renungan Harian Virtue Notes, 21 September 2010
Menghargai Kesucian Dan Kebenaran TUHAN


Bacaan : Lukas 12 : 15–21

12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."


Tingkat kesucian dan kebenaran TUHAN rentangnya atau jaraknya bisa tidak terbatas. Seandainya seseorang memiliki masa umur hidup 1000 tahun, itu pun tak akan cukup untuk menjangkau kesucian dan kebenaran TUHAN yang tersedia bagi manusia. Sangat mungkin bahwa perkembangan kesucian dan kebenaran TUHAN dalam hidup seseorang akan berlanjut nanti di langit dan bumi yang baru, tetapi ini hanya dialami oleh orang-orang yang selama hidup di dunia ini menghargainya. Menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN berarti berusaha untuk melakukan kehendak TUHAN: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2).

Sayang sekali, kalau hari ini kita lihat banyak orang mau memiliki rumah, mobil, kehormatan, pangkat dan fasilitas lain yang serba terbaik, tetapi tidak merindukan kehidupan rohani yang terbaik. Inilah yang Alkitab katakan sebagai orang-orang bodoh (Luk. 12:20), tak beda dengan Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan.

Jika seseorang tidak kaya di hadapan ALLAH, ketika ia menutup mata, barulah ia menyadari kebodohannya, namun tak ada kesempatan lagi. Jadi Firman TUHAN agar kita mengumpulkan harta di surga dan bukan di bumi, maksudnya adalah agar kita membenahi jiwa kita untuk diisi kebenaran TUHAN, menggantikan segala hal busuk yang ada di dalamnya. Jika seseorang mempertahankan jiwa yang busuk, tak heran jika ia berprinsip “makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah,” hidup bagi dirinya sendiri dan bersikap seolah-olah tidak ada kehidupan di balik kubur.

Kesempatan membenahi jiwa kita ini merupakan kesempatan yang diberikan hanya kepada orang percaya. Orang percaya diberi kuasa untuk hidup sebagai anak-anak TUHAN (Yoh. 1:12), yaitu kemampuan untuk hidup dalam pimpinan Roh (Rm. 8:14). Paket ini hanya disediakan bagi orang yang percaya TUHAN Yesus Kristus.

Jadi kalau seseorang hanya mau hidup sebagai orang baik, ia tidak perlu menjadi orang Kristen. Orang Kristen adalah orang yang dipanggil untuk mencapai standar kesucian dan kebenaran TUHAN serta menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN tersebut. Itulah sebabnya IA menghendaki kita memprioritaskan Kerajaan-NYA. Ini tidak akan mengganggu kegiatan hidup kita setiap hari, bahkan sebaliknya TUHAN akan membuat masalah pemenuhan kebutuhan jasmani kita tidak mengganggu pergumulan dalam mencapai standar kesucian dan kebenaran-NYA yaitu menjadi sempurna sama seperti BAPA Di Surga adalah sempurna. Ya inilah pergumulan kita sebagai anak TUHAN.


Kita harus menghargai kesucian dan kebenaran-NYA agar perkembangannya terus berlanjut dalam diri kita di langit dan bumi baru kelak.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Mencapai Standar TUHAN

Renungan Harian Virtue Notes, 20 September 2010
Mencapai Standar TUHAN


Bacaan : Matius 7 : 21-23

7:21. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"


Sebenarnya jiwa manusia penuh dengan perbendaharaan yang busuk, yang membangun diri menjadi manusia yang tidak dikehendaki oleh ALLAH. Perbendaharaan itu antara lain: keserakahan, kesombongan, kebencian, ambisi atas kuasa, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan penyakit jiwa yang tidak mudah disembuhkan. Banyak orang merasa sudah sembuh dari hal-hal itu, tetapi kenyataannya belum. Karena kelicikan hati seseorang, manifestasi dari kebusukan jiwanya tidak mudah dikenali, bahkan oleh dirinya sendiri. Pendidikan budi pekerti, pengembangan kepribadian dan berbagai ajaran etika sering hanya memoles bagian luarnya tetapi tidak memperbarui bagian dalamnya. Kepada orang-orang seperti itu, TUHAN menyatakan bahwa mereka tidak dikenal atau tidak dapat dinikmati oleh TUHAN (Mat. 7:21-23). Mereka berkeadaan jauh dari standar kesucian dan kebenaran TUHAN.

Bagaimana seseorang bisa menyadari bahwa dirinya masih berkeadaan jauh dari standar kesucian dan kebenaran TUHAN? Ia harus memiliki kesungguhan untuk mencapai standar hidup yang luar biasa. Ia tidak boleh merasa puas dengan kebaikan yang telah ia capai. Ia harus selalu bertanya, “Apakah ada yang lebih baik dari apa yang sudah kucapai hari ini?” Orang yang selalu ingin mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam kesucian TUHAN yang akan memperoleh jawaban. Bagaimana seseorang dapat dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi kalau ia sendiri tidak memiliki keinginan untuk mencapainya?

Banyak orang tidak memiliki kerinduan untuk mencapai tingkat kesucian dan kebenaran yang lebih tinggi, sebab mereka menganggap hal ini tidak terlalu penting. Bagi mereka segala kesenangan hidup lebih berarti dan membahagiakan. Tanpa disadari, mereka merendahkan nilai-nilai kesucian dan kebenaran TUHAN serta mencampakkannya seperti sampah. Pada dasarnya mereka menghina TUHAN, tetapi mereka tidak merasa demikian, sebab mereka masih melakukan kegiatan gereja dan dihargai oleh sesamanya sebagai orang baik padahal mendahulukan kegiatan gereja tidak selalu berarti mendahulukan Kerajaan ALLAH. Inilah orang-orang yang tidak mendahulukan Kerajaan ALLAH, tetapi mendahulukan hasrat keinginan dagingnya sendiri

Kerinduan untuk mencapai tingkat kesucian dan kebenaran yang lebih tinggi harus berangkat dari diri sendiri. Ini tidak bisa dipaksakan, karena ini adalah pilihan. Tetapi pilihlah dengan bijaksana, sebab bila seseorang menunda memilih hal ini, maka ia tidak akan memiliki kerinduan tersebut untuk selamanya.


TUHAN menginginkan kita terus-menerus berusaha mencapai tingkat kesucian dan kebenaran yang lebih tinggi.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Menyangkal Diri

Renungan Harian Virtue Notes, 19 September 2010
Menyangkal Diri


Bacaan : Matius 16 : 24–26


16:24. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?


Kegagalan orang mengenal gambar dirinya terutama bersumber kepada satu hal saja, yaitu tidak mengenal kebenaran TUHAN. Pengalaman hidup dan lain sebagainya juga berpengaruh secara langsung maupun tidak, namun tetap saja dapat dikatakan bahwa sumber yang terutama adalah ketidakmengertian terhadap kebenaran TUHAN. Jadi tidak seperti yang dikatakan oleh motivator dan pembicara bahwa pengalaman buruk masa lalulah yang menyebabkan rusaknya gambar diri, tetapi semua pengalaman baik positif dan negatif dapat merusak gambar diri seseorang, sebab dunia yang fasik dan tidak mengenal kebenaran TUHAN telah membangun gambar diri yang salah dalam kehidupan setiap individu.

Untuk memulihkan gambar diri, kita harus bersedia menyangkal diri (ay. 24). Menyangkal diri adalah kesediaan untuk membuang segala konsep dan asumsi mengenai kehidupan ini: asumsi mengenai keberhasilan, kebahagiaan dan lain sebagainya. Konsep mengenai kehidupan yang salah menyebabkan seseorang membangun gambar yang salah pula. Hanya dengan penyangkalan dirilah maka gambar diri yang salah itu bisa diganti. Dengan menyangkal diri artinya kita bersedia menanggalkan gambar diri yang salah yang tertanam dalam benak kita.

Jadi kita perlu mengoreksi pemahaman umum selama ini mengenai penyangkalan diri, yang dipahami hanya sebagai sikap yang menolak perbuatan salah—pelanggaran terhadap moral—dan kesediaan melakukan hukum yang dianggap sebagai standar moral. Ini sebenarnya belum bisa dikatakan sebagai penyangkalan diri, tetapi pertarakan. Penyangkalan diri adalah berkata “tidak” bukan hanya kepada perbuatan amoral, melainkan berkata “tidak” kepada semua filosofi hidup yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN. Filosofi hidup yang diwariskan kepada kita pada umumnya adalah perjuangan untuk meraih keberhasilan melalui bersekolah, berkarier, mencari nafkah, menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, membesarkan cucu dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan untuk meraih apa yang disebut sebagai keberhasilan atau paling tidak sebuah kelayakan atau kewajaran hidup.

Namun anak-anak TUHAN dipanggil untuk mengabdi kepada TUHAN. Kita harus melakukan apa pun juga termasuk makan dan minum hanya untuk kemuliaan ALLAH (1Kor. 10:31). Jadi anak TUHAN memang harus bersekolah, berkarier, menikah dan lain sebagainya, tetapi semua itu harus dilakukan bukan untuk keberhasilan pribadi kita, melainkan bagi TUHAN yang telah menebus kita dan membeli kita dengan darah-NYA.


Menyangkal diri berarti berkata “tidak” kepada semua filosofi hidup yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Dua Gambar Diri

Renungan Harian Virtue Notes, 18 September 2010
Dua Gambar Diri


Bacaan : Filipi 2 : 5-8

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.


Konsep gambar diri setiap orang dibangun dari apa yang dilihatnya, didengarnya, dan dialaminya sejak masa kanak-kanak untuk kemudian diresponinya menjadi konsep gambar diri yang diingini. Padahal itu semua belum tentu membawanya kepada gambar diri yang dihendaki TUHAN. Bukan hanya pengalaman yang menyakitkan atau negatif saja yang dapat merusak gambar diri; tetapi pengalaman hidup yang serba nikmat dan nyaman pun dapat memicu kerusakan gambar diri seseorang. Keadaan nyaman, terhormat dan kaya tak jarang mengakibatkan seseorang jadi lebih sukar masuk Kerajaan Surga.

Karena itu kalau selama ini yang dipahami dengan memulihkan gambar diri adalah berusaha membantu mewujudkan apa yang dimaknai sebagai keberhasilan secara duniawi yaitu hidup yang berkelimpahan, dihormati dan diberkati secara materi, itu perlu dikoreksi, sebab keadaan itu bukan berarti orang semakin menemukan gambar dirinya; sebaliknya ia semakin sesat, jauh dari peta gambar diri yang TUHAN kehendaki.

Ada dua macam gambar diri, yaitu gambar diri secara umum dan gambar diri secara khusus. Gambar diri umum artinya gambar diri yang mengacu untuk menjadi manusia yang dikehendaki ALLAH. Dalam hal ini TUHAN Yesus sebagai teladannya sehingga kita harus mengenakan pikiran dan perasaan Kristus. Untuk ini Injil harus dibedah dan digali untuk menemukan gambaran yang jelas, seperti apakah manusia yang dikehendaki oleh BAPA itu. Dalam hal ini semua orang percaya memiliki peta gambar diri yang sama, mengacu kepada pribadi TUHAN Yesus Kristus. Ini bisa disebut landasan utama gambar diri untuk semua orang percaya.

Sementara gambar diri secara khusus artinya kehendak TUHAN kepada masing-masing individu, yaitu menjadi sosok pribadi macam apakah masing-masing individu itu. Dalam hal ini setiap orang memiliki gambar diri yang berbeda-beda. Setiap orang memuat atau memikul rencana ALLAH secara unik dan istimewa; setiap manusia dirancang TUHAN secara khas, unik dan luar biasa. Tidak ada dua orang yang sama keberadaannya. Sesuai dengan keberadaannya tersebut TUHAN memiliki rencana untuk dapat digenapi pada masing-masing indvidu. Di sini nyata kebijaksanaan TUHAN sekaligus kreativitasnya menciptakan manusia dengan keberadaannya yang bermacam-macam modelnya. Kita perlu berusaha menemukan gambar diri umum dan khusus itu, agar kita dapat menggenapi rencana ALLAH dalam hidup kita.

Kita memikul rencana ALLAH yang istimewa, sehingga kita perlu menemukan gambar diri kita.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Krisis Gambar Diri

Renungan Harian Virtue Notes, 17 September 2010
Krisis Gambar Diri


Bacaan : Roma 8 : 28–30

8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.


Keselamatan dalam Yesus Kristus membuka peluang manusia untuk dapat belajar mengenal dirinya dengan benar dan mengembangkannya sesuai dengan apa yang TUHAN kehendaki. Pernyataan TUHAN Yesus bahwa orang percaya harus sempurna seperti BAPA di Surga (Mat. 5:48) sebenarnya sama dengan panggilan untuk menemukan gambar diri yang dikehendaki BAPA di Surga. Gambar diri ini adalah kesempurnaan.

Pergumulan untuk menemukan gambar diri ini belum tuntas diselesaikan oleh Adam. Sekiranya Adam tuntas mengejar kesempurnaan seperti BAPA di Surga, niscaya ia tidak jatuh ke dalam dosa dan tidak berada di bumi lagi. Kesempurnaan, yaitu keadaan segambar dan serupa dengan ALLAH, berarti iblis tak akan mampu mengungguli manusia.

Dengan demikian istilah “krisis gambar diri” harus dikoreksi dan dipahami dengan pemahaman yang baru. Sebab kalau dikatakan “krisis”, seolah-olah pernah ada suatu masa saat manusia pernah memiliki gambar diri yang sempurna. Padahal sebelum Anak ALLAH datang, manusia belum sempat sampai kepada tingkat mengungguli iblis. Jadi pengertian yang benar mengenai krisis gambar diri bukanlah pengembalian gambar diri seolah-olah manusia pernah mencapai gambar diri yang ideal atau sempurna dan pernah menetap permanen dalam dirinya, melainkan pengembalian proses penyempurnaan untuk menemukan gambar diri yang telah gagal oleh manusia pertama.

Maka panggilan untuk sempurna seperti BAPA adalah menjalani proses penyempurnaan manusia yang tertunda karena jatuhnya Adam dalam dosa. Kedatangan TUHAN Yesus sebagai Adam kedua merupakan awal dari dimulainya kembali pencarian gambar diri oleh manusia yang diciptakan segambar dengan ALLAH agar sempurna seperti BAPA di Surga dengan menjalani proses penyempurnaan di kehidupan ini. Tidak semua manusia diberikan kesempatan menjalani proses penyempurnaan ini dan pemahaman akan arti proses penyempurnaan ini., namun hanya kepada oang percaya saja. Maukah kita menjalani proses penyempurnaan ini agar menemukan gambar diri kita yang sempurna, seperti BAPA Di Surga.


Panggilan untuk sempurna seperti BAPA adalah menjalani proses penyempurnaan untuk menemukan gambar dirinya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Tidak Statis

Renungan Harian Virtue Notes, 16 September 2010
Tidak Statis
Rata Penuh


Bacaan : Kejadian 1 : 26–27

1:26. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.


Seandainya Adam tidak berbuat dosa, maka melalui perjalanan waktu yang tidak terbatas, manusia akan mengenal dirinya dengan benar. Manusia bisa mencapai keserupaan dengan BAPA dan memahami apa yang baik dan buruk tanpa harus berbuat dosa terlebih dahulu. Tetapi rancangan ini tertunda karena kejatuhannya sehingga ada umat manusia yang mengenal TUHAN dan ada yang tidak; ada yang mengenal TUHAN namun tidak taat kepada TUHAN dan ada juga yang mengenal serta taat pada TUHAN. Sekarang, di dalam dan melalui kehidupan anak-anak ALLAH, BAPA hendak menggenapkan rancangan-NYA kembali, yaitu menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-NYA, dan terus bertumbuh sampai menemukan gambar dirinya dengan benar dan sempurna.

Kata-kata yang digunakan untuk “gambar dan rupa” di dalam teks asli Alkitab yaitu dalam bahasa Ibrani adalah צֶּלֶם (tsélém) dan דְּמוּת (demûth). Tsélém mengacu gambar, dalam arti unsur-unsur dasar yang dimiliki ALLAH juga dimiliki manusia—yaitu pikiran, perasaan, kehendak, kekekalan dan hakikat kerja. Demûth adalah keserupaan yang menunjuk kepada kualitas atas unsur-unsur tersebut.

Dari begitu banyak pandangan mengenai gambar dan rupa ALLAH, terdapat pendapat bahwa pengertian “gambar” adalah keserupaan yang diperoleh sejak penciptaan atau sejak lahir, sedangkan “rupa” menunjuk keserupaan yang diperoleh belakangan. Jadi keserupaan dengan ALLAH yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang statis, melainkan dinamis dan progresif.

Faktanya sudah jelas, yaitu bahwa manusia pertama yang diciptakan memiliki peluang untuk berkembang secara progresif. Manusia tidak diciptakan secara statis, sebab dengan kondisi statis berarti intelektualitas manusia tidak berkembang; tak akan ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun nyatanya intelektual manusia bisa berkembang,

Apabila manusia diciptakan dengan kondisi statis, manusia juga tidak akan mampu mengembangkan dirinya untuk menaklukkan bumi dan mengungguli iblis. Kalau saja manusia memilih taat kepada BAPA, maka proses penyempurnaan akan terus berlangsung, sampai tingkat di mana iblis tidak akan bisa mengunggulinya atau menjatuhkannya. Dalam hal ini jelas sekali, bahwa manusia seharusnya dapat mengalahkan iblis. Jadi mari kita memahami bahwa TUHAN ingin kita kembali ke rancangan BAPA semula, agar manusia mengembangkan diri dan menemukan gambar diri yang luar biasa yaitu segambar dan serupa dengan ALLAH, sampai tidak bisa jatuh ke dalam dosa.


Perkembangan keserupaan manusia dengan ALLAH itu progresif, menuju kesempurnaan yang memampukan manusia mengalahkan iblis.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Kehilangan Potensi Mengenal Gambar Diri

Renungan Harian Virtue Notes, 15 September 2010
Kehilangan Potensi Mengenal Gambar Diri


Bacaan : Mazmur 51 : 4–7

51:4 Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
51:5 Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
51:6 Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
51:7 Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.


Manusia pada dasarnya telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan ALLAH, serta terlahir dalam keadaan yang tidak berpotensi sama sekali untuk memiliki dan mengenal gambar diri yang benar. Ini bagian dari dosa warisan yang diterima setiap anak-anak Adam (Mzm. 51:7).

Jadi adalah keliru kalau orang berpendirian bahwa manusia dapat mengenal gambar dirinya tanpa perlu mengenal kebenaran Injil. Adam sendiri telah kehilangan kesempatan untuk menemukan gambar dirinya dengan benar dan bertumbuh menuju keserupaan dengan ALLAH lebih baik.

Manusia jatuh ke dalam dosa karena terkecoh tipuan dan bujuk rayu Iblis untuk menjadi seperti ALLAH (Kej. 3:5) dengan cara yang instan (cukup memakan buah) & melanggar perintah ALLAH. Ini membuktikan bahwa saat itu Adam dan Hawa pun belum mengenal gambar dirinya dengan benar. Kalau manusia memahami gambar dirinya dengan benar, maka ia tidak akan makan buah terlarang, karena itu dilarang ALLAH

Siapakah sebenarnya manusia itu? Manusia adalah mahkota ciptaan ALLAH; ciptaan ALLAH dengan kualitas tertinggi; raja di bumi oleh kuasa yang TUHAN berikan. Manusia diberi kemampuan untuk menaklukkan bumi dan menaklukkan semua rintangan yang merintangi penyelenggaraan pemerintahannya. Potensi terbesar yang dapat mengganggu pemerintahan manusia di bumi adalah malaikat-malaikat pemberontak yang dibuang ke bumi (Why. 12:4).

Dengan mandat menaklukkan bumi, berarti manusia juga diberi kesanggupan untuk mengalahkan iblis. Mana bisa manusia menaklukkan iblis? Mengapa tidak? Itulah rencana awal BAPA, sebab tak mungkin IA sengaja merancang kejatuhan manusia ke dalam dosa. Seharusnya manusialah yang menjadi alat ALLAH untuk mengalahkan iblis dengan segala tipu muslihatnya. Kita harus menolak pandangan yang menganggap bahwa ALLAH merancang skenario kejatuhan manusia ke dalam dosa dengan alasan inkarnasi ALLAH ANAK menjadi manusia merupakan skenario yang pasti harus dilakukan, sebab pandangan ini sama dengan menuduh ALLAH sebagai sumber dosa dan bencana.

Sesungguhnya manusia dirancang untuk bersekutu dengan ALLAH dalam kurun waktu yang tidak terbatas. IA menciptakan manusia hanya untuk hidup dalam persekutuan dengan DIA dan pengabdian kepada-NYA selamanya. Betapa dahsyat makhluk ini. Sayang Adam belum menemukan gambar diri ini dengan sempurna. Sekiranya gambar diri ini telah dipahami Adam dengan utuh dan benar, manusia tidak akan jatuh dalam dosa. Manusia dirancang menurut gambar dan rupa ALLAH; menjadi seperti BAPAnya, yaitu ALLAH sendiri.


Manusia adalah makhluk yang dahsyat, yang dirancang untuk bersekutu dan mengabdi kepada ALLAH selamanya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Mampu Mengubah Diri

Renungan Harian Virtue Notes, 14 September 2010
Mampu Mengubah Diri


Bacaan: Matius 7 : 16-20

7:16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
7:18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
7:19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
7:20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.


Hanya manusialah makhluk yang memiliki kemampuan untuk mengenal dirinya sendiri dan kemampuan menentukan keadaannya. Usaha mengenal diri dan belajar memahami bagaimana seharusnya menjadi manusia yang sesuai rancangan Penciptanya sebenarnya sama dengan usaha untuk memanusiakan manusia. Manusia yang dikehendaki ALLAH adalah manusia yang memiliki gambar diri seperti yang TUHAN kehendaki. Dalam hal ini, sebelum TUHAN menciptakan manusia. TUHAN telah membuat rancangan mengenai model manusia yang diinginkan-NYA.

Selain mampu mengenal dirinya sendiri, manusia juga mampu mengubah dirinya dan keadaan sekelilingnya. Itulah sebabnya kita belajar mengenai gambar diri, agar kita bukan saja mampu mengenal diri kita sendiri, tetapi juga mengusahakan diri kita agar menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah mengenal diri dengan jujur, memahami bagaimana seharusnya manusia yang dikehendaki TUHAN itu.


Semua orang pasti memiliki konsep gambar diri di dalam hidupnya dan harapan atau cita-cita bakal menjadi apa dirinya nanti. Dari seluruh sikap hidup seseorang, apa yang dihasrati dan cita-citanya, tampaklah konsep gambar dirinya. Berkenaan dengan hal ini, TUHAN Yesus berkata bahwa dari buahnyalah kita mengenal seseorang.



Bila seseorang bersedia belajar mengenal dan mengakui siapa dirinya, berarti seyogyanya pula ia bersedia menerima panggilan untuk bertobat dan diperbarui agar menjadi manusia yang sesuai dengan rancangan-NYA. Jadi manakala TUHAN Yesus mengajarkan kebenaran & kita menyerap kebenaran itu dengan benar, maka kebenaran itu akan membangun konsep gambar diri yang benar menurut TUHAN dan apa yang TUHAN kehendaki, agar setiap kita mengetahui seharusnya menjadi apa kita menurut DIA atau sesuai dengan rencana-NYA. Tanpa mengerti apa yang TUHAN Yesus ajarkan, maka kita tidak akan menemukan gambar diri yang benar.

Karena itu marilah kita senantiasa mempelajari Firman-NYA dan menyerapnya dalam-dalam, sehingga kita semakin memahami kehendak ALLAH: yang baik, yang berkenan kepada ALLAH, dan yang sempurna. Dengan mengenakan kebenaran itu, kita akan semakin mengenal rencana ALLAH dalam diri kita, sehingga buah yang kita hasilkan adalah kebenaran dan kesucian, dan orang dapat melihat Kristus dalam kehidupan kita. Gambar diri yang benar pun akan dipulihkan dalam diri kita. Jangan menyerah kalau selama ini kita terseok-seok, sebab TUHAN niscaya memampukan kita untuk berubah.


Gambar diri yang benar hanya dapat ditemukan dengan mengerti apa yang TUHAN Yesus ajarkan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Gambar Diri Untuk Masa Akan Datang

Renungan Harian Virtue Notes, 13 September 2010
Gambar Diri Untuk Masa Akan Datang


Bacaan : 1 Petrus 1 : 18-19

1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.


Gambar diri juga memiliki aspek akan datang (future), yaitu bagaimana seseorang akan membawa dirinya; dapat menjadi apa atau bagaimana dirinya di kemudian hari. Aspek ini sangat dipengaruhi oleh filosofi orang tersebut, dan filosofi ini dibentuk dari proses meniru, yang berlangsung dari generasi ke generasi secara otomatis. Pola pikir dan gaya hidup seseorang umumnya didapatkan dari meniru apa yang sudah dilakukan orang lain dan yang dilihatnya dari lingkungannya. Inilah yang disebut Petrus sebagai “cara hidup yang diwariskan oleh nenek moyang”; suatu proses membangun gambar diri yang yang salah.

Orang berjuang untuk menjadi seseorang seperti yang diidolakannya. Idola manusia pada umumnya adalah orang yang berlimpah harta, berpendidikan tinggi, berpangkat, berpenampilan menarik, cantik atau ganteng dan lain sebagainya. Pada umumnya orang tua juga mendorong anak-anaknya mengidamkan apa yang mereka idolakan. Kalau orang tua mengidolakan profesi dokter, maka anaknya diusahakan untuk menjadi dokter; kalau orang tua mengidolakan sains, maka anaknya didesain untuk menjadi ilmuwan. Dari kecil, setiap anak manusia sudah dijejali obsesi-obsesi dan cita-cita yang berpusat kepada diri mereka sendiri (antroposentris). Gambar diri yang dibangun secara konkret dalam kehidupan ini pada umumnya adalah menjadi sosok yang dikagumi, dipuja dan dihormati manusia lain.

Banyak orang mati dalam dosa dan kegelapan. Tahun-tahun umur hidupnya digunakan untuk membangun gambar diri yang salah. Fokus yang salah ini akan menyeret seseorang untuk hidup dalam kesia-siaan (Pkh. 1:2). Menjadi pintar, kaya, berkedudukan, terhormat, terkenal sebenarnya tidak salah; tetapi patut kita pertanyakan, untuk apa semua itu? Bila kita mengejar prestasi kehidupan ini supaya dikagumi orang lain dan berharap bisa menikmati kebahagiaan, sejatinya itu suatu penyesatan.

Alkitab menyatakan bahwa apa yang dikagumi manusia dibenci oleh ALLAH (Luk. 16:15) dan orang percaya tidak boleh menjadi sama dengan dunia ini (Rm. 12:2). Kita telah ditebus oleh ALLAH dengan darah Kristus yang mahal, sehingga kita menjadi milik-NYA. Berarti aspek akan datang dalam gambar diri pun harus sesuai dengan kehendak-NYA; apa cita-cita kita, ingin menjadi apa kita di kemudian hari, harus kita serahkan hanya untuk kemuliaan-NYA semata-mata. Tanggalkan segala keinginan untuk dikagumi orang lain, tetapi berjuanglah untuk senantiasa memuliakan TUHAN.


Aspek akan datang untuk gambar diri kita harus berfokus kepada kemuliaan ALLAH.


Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger