Renungan Harian Virtue Notes, 4 September 2010
Bisa Menemukan ALLAH
Bacaan : Yohanes 1 : 12–13
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Ada seseorang yang bercerita kepada penulis tentang kebaikan orang tuanya, sebagai berikut. “Saya merasa orang tua yang melahirkan saya adalah orang tuayang sangat baik. Ketika saya masih muda, sejak masih kanak-kanak, saya melihat orang tua saya menolong orang lain. Bagaimana mereka menampung pengungsi, sehingga rumah kami penuh dengan para pengungsi. Saat zaman G30S/PKI, ada orang-orang yang ditolong oleh orang tua saya; itu dilakukan mereka dengan tulus. Orang tua saya marah kalau anak-anaknya naik ke pohon mengambil sarang burung dan anak-anak burung. Ayah saya akan memaksa saya untuk naik kembali ke pohon itu untuk mengembalikan sarang dan anak-anak burung tersebut. Saya juga ingat ketika orang tua saya marah karena kami, anak-anaknya, mencoba menembak burung. Katanya, ‘Biarkan saja burung itu terbang, ia kan juga makhluk hidup yang berhak bebas hidup.’ Orangtua saya mewariskan kebaikan-kebaikan itu kepada saya. Dan tentu kebaikan seperti itu dimiliki oleh banyak orang, tidak hanya dimiliki oleh orang Kristen. Bahkan ada kebaikan-kebaikan yang sejenis ini yang melebihi dari apa yang dilakukan orang tua saya. Ini teladan kepada saya.”
Banyak orang non-Kristen pun bisa berbuat baik dengan kebaikan sejenis itu, bahkan lebih. Namun kebaikan yang TUHAN kehendaki adalah suatu kebaikan yang bisa membuat orang menemukan ALLAH yang benar. Bisa menggiring orang untuk terkonsentrasi dan terfokus kepada TUHAN yang benar, dan akhirnya bisa membuat mereka diselamatkan. Kebaikan seperti inilah yang dikehendaki TUHAN untuk kita miliki. Tentu ini sebuah kebaikan yang bukan saja mengagumkan atau menakjubkan, tetapi tidak membuat orang menghargai kita lebih daripada menghargai TUHAN. Orang terfokus kepada TUHAN, bukan kepada si pembuat kebaikan itu.
Kebaikan macam apakah yang selain menakjubkan, mengagumkan, terlebih lagi, membuat orang memandang TUHAN? Di sinilah kita harus belajar. Kebaikan yang diajarkan orang tua kita belum cukup. Kebaikan yang ideal adalah kebaikan yang dikehendaki ALLAH, seperti BAPA di Surga. Oleh sebab itu dalam Yoh. 1:12–13 dikatakan, “Kita diberi kuasa menjadi anak-anak Allah…” Maksudnya, bahwa kita dilahirkan dari ALLAH. Dengan kata lain, kalau di dunia ini kita menerima DNA dari orang tua kita dan sekaligus pendidikan untuk bisa berbuat kebaikan seperti filosofi ayah ibu kita di dunia, sekarang kita menerima “DNA” dan pendidikan dari TUHAN Semesta Alam. Dari DNA itu kita memiliki unsur-unsur karakter yang dimiliki oleh BAPA di Surga. Kebaikan sejati itulah yang TUHAN kehendaki, kebaikan yang berasal dari DNA dan pendidikan TUHAN Semesta Alam
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penulis.
Bisa Menemukan ALLAH
Bacaan : Yohanes 1 : 12–13
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Ada seseorang yang bercerita kepada penulis tentang kebaikan orang tuanya, sebagai berikut. “Saya merasa orang tua yang melahirkan saya adalah orang tuayang sangat baik. Ketika saya masih muda, sejak masih kanak-kanak, saya melihat orang tua saya menolong orang lain. Bagaimana mereka menampung pengungsi, sehingga rumah kami penuh dengan para pengungsi. Saat zaman G30S/PKI, ada orang-orang yang ditolong oleh orang tua saya; itu dilakukan mereka dengan tulus. Orang tua saya marah kalau anak-anaknya naik ke pohon mengambil sarang burung dan anak-anak burung. Ayah saya akan memaksa saya untuk naik kembali ke pohon itu untuk mengembalikan sarang dan anak-anak burung tersebut. Saya juga ingat ketika orang tua saya marah karena kami, anak-anaknya, mencoba menembak burung. Katanya, ‘Biarkan saja burung itu terbang, ia kan juga makhluk hidup yang berhak bebas hidup.’ Orangtua saya mewariskan kebaikan-kebaikan itu kepada saya. Dan tentu kebaikan seperti itu dimiliki oleh banyak orang, tidak hanya dimiliki oleh orang Kristen. Bahkan ada kebaikan-kebaikan yang sejenis ini yang melebihi dari apa yang dilakukan orang tua saya. Ini teladan kepada saya.”
Banyak orang non-Kristen pun bisa berbuat baik dengan kebaikan sejenis itu, bahkan lebih. Namun kebaikan yang TUHAN kehendaki adalah suatu kebaikan yang bisa membuat orang menemukan ALLAH yang benar. Bisa menggiring orang untuk terkonsentrasi dan terfokus kepada TUHAN yang benar, dan akhirnya bisa membuat mereka diselamatkan. Kebaikan seperti inilah yang dikehendaki TUHAN untuk kita miliki. Tentu ini sebuah kebaikan yang bukan saja mengagumkan atau menakjubkan, tetapi tidak membuat orang menghargai kita lebih daripada menghargai TUHAN. Orang terfokus kepada TUHAN, bukan kepada si pembuat kebaikan itu.
Kebaikan macam apakah yang selain menakjubkan, mengagumkan, terlebih lagi, membuat orang memandang TUHAN? Di sinilah kita harus belajar. Kebaikan yang diajarkan orang tua kita belum cukup. Kebaikan yang ideal adalah kebaikan yang dikehendaki ALLAH, seperti BAPA di Surga. Oleh sebab itu dalam Yoh. 1:12–13 dikatakan, “Kita diberi kuasa menjadi anak-anak Allah…” Maksudnya, bahwa kita dilahirkan dari ALLAH. Dengan kata lain, kalau di dunia ini kita menerima DNA dari orang tua kita dan sekaligus pendidikan untuk bisa berbuat kebaikan seperti filosofi ayah ibu kita di dunia, sekarang kita menerima “DNA” dan pendidikan dari TUHAN Semesta Alam. Dari DNA itu kita memiliki unsur-unsur karakter yang dimiliki oleh BAPA di Surga. Kebaikan sejati itulah yang TUHAN kehendaki, kebaikan yang berasal dari DNA dan pendidikan TUHAN Semesta Alam
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penulis.
0 komentar:
Posting Komentar