Renungan Harian Virtue Notes, 21 September 2010
Menghargai Kesucian Dan Kebenaran TUHAN
Bacaan : Lukas 12 : 15–21
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Tingkat kesucian dan kebenaran TUHAN rentangnya atau jaraknya bisa tidak terbatas. Seandainya seseorang memiliki masa umur hidup 1000 tahun, itu pun tak akan cukup untuk menjangkau kesucian dan kebenaran TUHAN yang tersedia bagi manusia. Sangat mungkin bahwa perkembangan kesucian dan kebenaran TUHAN dalam hidup seseorang akan berlanjut nanti di langit dan bumi yang baru, tetapi ini hanya dialami oleh orang-orang yang selama hidup di dunia ini menghargainya. Menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN berarti berusaha untuk melakukan kehendak TUHAN: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2).
Sayang sekali, kalau hari ini kita lihat banyak orang mau memiliki rumah, mobil, kehormatan, pangkat dan fasilitas lain yang serba terbaik, tetapi tidak merindukan kehidupan rohani yang terbaik. Inilah yang Alkitab katakan sebagai orang-orang bodoh (Luk. 12:20), tak beda dengan Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan.
Jika seseorang tidak kaya di hadapan ALLAH, ketika ia menutup mata, barulah ia menyadari kebodohannya, namun tak ada kesempatan lagi. Jadi Firman TUHAN agar kita mengumpulkan harta di surga dan bukan di bumi, maksudnya adalah agar kita membenahi jiwa kita untuk diisi kebenaran TUHAN, menggantikan segala hal busuk yang ada di dalamnya. Jika seseorang mempertahankan jiwa yang busuk, tak heran jika ia berprinsip “makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah,” hidup bagi dirinya sendiri dan bersikap seolah-olah tidak ada kehidupan di balik kubur.
Kesempatan membenahi jiwa kita ini merupakan kesempatan yang diberikan hanya kepada orang percaya. Orang percaya diberi kuasa untuk hidup sebagai anak-anak TUHAN (Yoh. 1:12), yaitu kemampuan untuk hidup dalam pimpinan Roh (Rm. 8:14). Paket ini hanya disediakan bagi orang yang percaya TUHAN Yesus Kristus.
Jadi kalau seseorang hanya mau hidup sebagai orang baik, ia tidak perlu menjadi orang Kristen. Orang Kristen adalah orang yang dipanggil untuk mencapai standar kesucian dan kebenaran TUHAN serta menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN tersebut. Itulah sebabnya IA menghendaki kita memprioritaskan Kerajaan-NYA. Ini tidak akan mengganggu kegiatan hidup kita setiap hari, bahkan sebaliknya TUHAN akan membuat masalah pemenuhan kebutuhan jasmani kita tidak mengganggu pergumulan dalam mencapai standar kesucian dan kebenaran-NYA yaitu menjadi sempurna sama seperti BAPA Di Surga adalah sempurna. Ya inilah pergumulan kita sebagai anak TUHAN.
Kita harus menghargai kesucian dan kebenaran-NYA agar perkembangannya terus berlanjut dalam diri kita di langit dan bumi baru kelak.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Menghargai Kesucian Dan Kebenaran TUHAN
Bacaan : Lukas 12 : 15–21
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Tingkat kesucian dan kebenaran TUHAN rentangnya atau jaraknya bisa tidak terbatas. Seandainya seseorang memiliki masa umur hidup 1000 tahun, itu pun tak akan cukup untuk menjangkau kesucian dan kebenaran TUHAN yang tersedia bagi manusia. Sangat mungkin bahwa perkembangan kesucian dan kebenaran TUHAN dalam hidup seseorang akan berlanjut nanti di langit dan bumi yang baru, tetapi ini hanya dialami oleh orang-orang yang selama hidup di dunia ini menghargainya. Menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN berarti berusaha untuk melakukan kehendak TUHAN: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2).
Sayang sekali, kalau hari ini kita lihat banyak orang mau memiliki rumah, mobil, kehormatan, pangkat dan fasilitas lain yang serba terbaik, tetapi tidak merindukan kehidupan rohani yang terbaik. Inilah yang Alkitab katakan sebagai orang-orang bodoh (Luk. 12:20), tak beda dengan Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan.
Jika seseorang tidak kaya di hadapan ALLAH, ketika ia menutup mata, barulah ia menyadari kebodohannya, namun tak ada kesempatan lagi. Jadi Firman TUHAN agar kita mengumpulkan harta di surga dan bukan di bumi, maksudnya adalah agar kita membenahi jiwa kita untuk diisi kebenaran TUHAN, menggantikan segala hal busuk yang ada di dalamnya. Jika seseorang mempertahankan jiwa yang busuk, tak heran jika ia berprinsip “makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah,” hidup bagi dirinya sendiri dan bersikap seolah-olah tidak ada kehidupan di balik kubur.
Kesempatan membenahi jiwa kita ini merupakan kesempatan yang diberikan hanya kepada orang percaya. Orang percaya diberi kuasa untuk hidup sebagai anak-anak TUHAN (Yoh. 1:12), yaitu kemampuan untuk hidup dalam pimpinan Roh (Rm. 8:14). Paket ini hanya disediakan bagi orang yang percaya TUHAN Yesus Kristus.
Jadi kalau seseorang hanya mau hidup sebagai orang baik, ia tidak perlu menjadi orang Kristen. Orang Kristen adalah orang yang dipanggil untuk mencapai standar kesucian dan kebenaran TUHAN serta menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN tersebut. Itulah sebabnya IA menghendaki kita memprioritaskan Kerajaan-NYA. Ini tidak akan mengganggu kegiatan hidup kita setiap hari, bahkan sebaliknya TUHAN akan membuat masalah pemenuhan kebutuhan jasmani kita tidak mengganggu pergumulan dalam mencapai standar kesucian dan kebenaran-NYA yaitu menjadi sempurna sama seperti BAPA Di Surga adalah sempurna. Ya inilah pergumulan kita sebagai anak TUHAN.
Kita harus menghargai kesucian dan kebenaran-NYA agar perkembangannya terus berlanjut dalam diri kita di langit dan bumi baru kelak.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar