RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Tidak Berarti Tidak Bermasalah

Renungan Harian Virtue Notes, 22 September 2010
Tidak Berarti Tidak Bermasalah
Rata Penuh


Bacaan : Kisah Para Rasul 7 : 9–13

7:9 Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah menyertai dia,
7:10 dan melepaskannya dari segala penindasan serta menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat, ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir dan atas seluruh istananya.
7:11 Maka datanglah bahaya kelaparan menimpa seluruh tanah Mesir dan tanah Kanaan serta penderitaan yang besar, sehingga nenek moyang kita tidak mendapat makanan.
7:12 Tetapi ketika Yakub mendengar, bahwa di tanah Mesir ada gandum, ia menyuruh nenek moyang kita ke sana. Itulah kunjungan mereka yang pertama;
7:13 pada kunjungan mereka yang kedua Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya, lalu ketahuanlah asal-usul Yusuf kepada Firaun.


Yusuf adalah seorang yang benar di mata TUHAN, tetapi ia dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir karena mereka iri hati. Itu bukan karena kesalahan Yusuf, namun merupakan cara pembentukan TUHAN atas dirinya, agar Yusuf menjadi pribadi seperti yang dikehendaki-NYA. Setelah melalui tahun-tahun yang tidak menyenangkan itu, Yusuf pun dilepaskan dan akhirnya menjadi kuasa atas tanah Mesir.

Jadi kita berharap pertolongan TUHAN dalam hidup ini, tidak ke dukun, dan percaya bahwa dalam segala hal TUHAN turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang percaya, itu semua tidak otomatis berarti segala sesuatu akan berlangsung sesuai dengan keinginan kita. Tidak otomatis keadaan akan berlangsung seperti yang kita harapkan. Tidak berarti hidup kita menjadi tidak bermasalah. Karena hanya TUHAN yang tahu bagaimana membentuk seseorang menjadi pribadi seperti yang dikehendaki-NYA, maka IA dapat membawa kita kepada keadaan-keadaan yang kita tidak kehendaki. Kalau kita dewasa, kita tidak akan bersungut-sungut. Jangan seperti bangsa Israel yang bersungut-sungut dalam perjalanan keluar dari Mesir.

Bersungut-sungut di sini bukan hanya berarti menggerutu; tetapi ketika seseorang tidak mengucap syukur dalam suatu situasi tertentu yang dialaminya, itu juga salah. Mengucap syukur pun tidak boleh hanya di bibir saja, tetapi harus dari sikap hati yang tetap memercayai TUHAN, bahwa segala sesuatu dalam kendali-NYA. Kalau kita marah dan tidak puas dengan apa yang kita alami, itu merupakan bahasa jiwa yang tidak memercayai kendali TUHAN.

Maka jikalau kita sudah berharap kepada-NYA, percaya kepada-NYA, dan tidak melakukan hal-hal yang tidak menyukakan hati-NYA, namun tetap mengalami sesuatu yang tidak kita kehendaki, janganlah kita mengeluh kepada-NYA. Jika kita berkata kepada-NYA, “Aku sudah berharap atas pertolongan-MU, TUHAN, tetapi mengapa tetap terjadi demikian?” berarti kita belum mengerti, bahwa kita tidak dapat mengatur TUHAN, dan kita tidak dapat menulis skenario hidup kita sendiri. Kita belum menerima bahwa keadaan itu diizinkan TUHAN untuk membentuk kita.

Dalam hal ini, kita harus belajar memiliki cara berpikir yang benar. Kita berharap pertolongan TUHAN dalam rangka pembentukan diri kita agar menjadi pribadi seperti yang TUHAN kehendaki. Kita harus menerima kenyataan bahwa TUHAN ingin melibatkan diri-NYA untuk mengubah watak dan karakter kita agar mencapai kesempurnaan seperti yang diinginkan-NYA. Cara-NYA tidak selalu menyenangkan bagi kita, namun arahkan pandangan kita kepada hasil akhirnya nanti.


Mengucap syukurlah dalam segala hal, karena hal-hal itulah cara TUHAN membentuk kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger