Renungan Harian Virtue Notes, 12 September 2010
Pemulihan Gambar Diri
Bacaan : Galatia 5 : 19–21
5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Dewasa ini banyak orang sedang berbicara mengenai pemulihan gambar diri, baik di dalam maupun di luar lingkungan gereja. Karena dianggap penting, dalam pelatihan-pelatihan para pemimpin dan pejabat gereja pun tema ini juga diangkat ke permukaan sebagai materi pengajaran wajib. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gambar diri itu? Gambar diri adalah pemahaman seseorang mengenai siapa dirinya dan harus menjadi apa atau bagaimana dirinya tersebut.
Bagaimana seseorang memandang dirinya saat ini merupakan aspek kekinian (present) dari gambar diri. Setiap orang memiliki penilaian atau harga terhadap dirinya sendiri. Ada orang yang menilai dirinya terlalu tinggi, tetapi ada pula yang menghargai dirinya terlalu rendah. Contohnya, tak jarang orang yang secara ekonomi pas-pasan merasa minder apabila berkumpul dalam kelompok orang berada; sebaliknya, ada orang yang merasa dirinya terhormat, sehingga punya kepercayaan diri yang tinggi dan merasa pasti diterima siapa pun dan di mana pun. Kebanyakan orang menganggap kepercayaan diri yang tinggi seperti ini positif, padahal belum tentu, sebab bisa jadi ada kesombongan terselubung dalam dirinya. Sebaliknya orang yang minder tadi juga sesungguhnya orang yang sombong. Karena ia tidak bisa mencapai standar yang ditetapkannya, ia tidak menerima diri sebagaimana adanya. Ia tidak menerima keadaan dirinya. Itulah letak kesombongannya.
Dalam ceramah dan pelatihan penemuan gambar diri, biasanya kepercayaan diri dianggap sebagai salah satu ukuran dan tanda bahwa seseorang telah menemukan gambar dirinya. Dengan mengutip ayat seperti Mzm. 139:13–14, orang didorong untuk merasa dirinya berharga dan memiliki kepercayaan diri. Padahal sesungguhnya itu hanya merupakan pengembangan kepribadian, yang tidak ada bedanya dengan pelatihan pengembangan diri oleh para motivator di luar gereja.
Pengembangan kepribadian seperti ini bila diajarkan tanpa landasan kebenaran Injil, sekali lagi jika diajarkan tanpa landasan kebenaran Injil, dapat membangun sikap humanisme (menganggap manusia lebih penting daripada segalanya) dan antroposentrisme (berpusat kepada diri sendiri). Padahal Alkitab mengajarkan bahwa semestinya kita bersikap bahwa kita yang lama telah mati, dan hidup kita sekarang bukan kita lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita.
Memang saat manusia jatuh ke dalam dosa, gambar diri yang ditempatkan ALLAH telah rusak. Namun IA ingin agar kita memiliki kembali gambar diri dari ALLAH tersebut. TUHAN Yesuslah teladan kita, IA harus hidup di dalam diri kita. Itulah sebabnya kita harus selalu mengenakan pikiran dan perasaan Kristus.
Gambar diri yang benar ada dalam diri Kristus yang hidup dalam diri kita.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Pemulihan Gambar Diri
Bacaan : Galatia 5 : 19–21
5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Dewasa ini banyak orang sedang berbicara mengenai pemulihan gambar diri, baik di dalam maupun di luar lingkungan gereja. Karena dianggap penting, dalam pelatihan-pelatihan para pemimpin dan pejabat gereja pun tema ini juga diangkat ke permukaan sebagai materi pengajaran wajib. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gambar diri itu? Gambar diri adalah pemahaman seseorang mengenai siapa dirinya dan harus menjadi apa atau bagaimana dirinya tersebut.
Bagaimana seseorang memandang dirinya saat ini merupakan aspek kekinian (present) dari gambar diri. Setiap orang memiliki penilaian atau harga terhadap dirinya sendiri. Ada orang yang menilai dirinya terlalu tinggi, tetapi ada pula yang menghargai dirinya terlalu rendah. Contohnya, tak jarang orang yang secara ekonomi pas-pasan merasa minder apabila berkumpul dalam kelompok orang berada; sebaliknya, ada orang yang merasa dirinya terhormat, sehingga punya kepercayaan diri yang tinggi dan merasa pasti diterima siapa pun dan di mana pun. Kebanyakan orang menganggap kepercayaan diri yang tinggi seperti ini positif, padahal belum tentu, sebab bisa jadi ada kesombongan terselubung dalam dirinya. Sebaliknya orang yang minder tadi juga sesungguhnya orang yang sombong. Karena ia tidak bisa mencapai standar yang ditetapkannya, ia tidak menerima diri sebagaimana adanya. Ia tidak menerima keadaan dirinya. Itulah letak kesombongannya.
Dalam ceramah dan pelatihan penemuan gambar diri, biasanya kepercayaan diri dianggap sebagai salah satu ukuran dan tanda bahwa seseorang telah menemukan gambar dirinya. Dengan mengutip ayat seperti Mzm. 139:13–14, orang didorong untuk merasa dirinya berharga dan memiliki kepercayaan diri. Padahal sesungguhnya itu hanya merupakan pengembangan kepribadian, yang tidak ada bedanya dengan pelatihan pengembangan diri oleh para motivator di luar gereja.
Pengembangan kepribadian seperti ini bila diajarkan tanpa landasan kebenaran Injil, sekali lagi jika diajarkan tanpa landasan kebenaran Injil, dapat membangun sikap humanisme (menganggap manusia lebih penting daripada segalanya) dan antroposentrisme (berpusat kepada diri sendiri). Padahal Alkitab mengajarkan bahwa semestinya kita bersikap bahwa kita yang lama telah mati, dan hidup kita sekarang bukan kita lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita.
Memang saat manusia jatuh ke dalam dosa, gambar diri yang ditempatkan ALLAH telah rusak. Namun IA ingin agar kita memiliki kembali gambar diri dari ALLAH tersebut. TUHAN Yesuslah teladan kita, IA harus hidup di dalam diri kita. Itulah sebabnya kita harus selalu mengenakan pikiran dan perasaan Kristus.
Gambar diri yang benar ada dalam diri Kristus yang hidup dalam diri kita.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar