RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Ketaatan Satu Orang


Renungan Harian Virtue Notes, 31 Maret 2012
Ketaatan Satu Orang


Bacaan: Roma 5:19

5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.


Mengapa manusia mempunyai keturunan setelah jatuh dalam dosa? Bukankah mandat prokreasi atau perintah untuk beranak cucu diberikan Tuhan kepada manusia sebelum manusia jatuh di dalam dosa. Jujur saja hampir tidak dapat ditemukan jawabnya. Hal ini menjadi misteri yang tidak terjawab selama berpuluh tahun bahkan beratus-ratus tahun. Namun sekarang ada satu jawaban yang paling logis, yaitu karena manusia belum menyelesaikan tugasnya mengalahkan iblis dengan membuktikan bahwa ada makhluk ciptaan yang bisa taat kepada Allah. Seandainya manusia pertama tidak jatuh dalam dosa, maka anak cucu manusia tidak akan berkeadaan seperti yang dialami manusia dan bumi hari ini. Dengan demikian, sebenarnya Adamlah yang dirancang menjadi Juru Selamat semua manusia. Sebab kalau manusia pertama tidak jatuh dalam dosa ia bukan saja menyelamatkan keturunannya dari perbudakan dosa, tetapi juga dapat menjadi teladan kehidupan semua manusia di seluruh jagad raya ini.


Dalam rancangan semula Allah menciptakan makhluk yang disebut manusia dalam jumlah yang tidak terbatas. Tentu makhluk manusia ini diharapkan berkeadaan seperti Penciptanya. Pribadi yang paling bertanggung jawab atas keadaan semua manusia yang akan dilahirkan ini adalah Adam. Nasib semua manusia ada di tangan Adam sebagai manusia pertama atau nenek moyang pertama semua manusia yang akan dilahirkan. Kalau Adam menang terhadap iblis, maka semua keturunannya selamat, tetapi kalau Adam kalah, berarti tidak taat kepada Bapa, maka seluruh keturunannya pun juga ikut menanggung kegagalannya. Dengan demikian manusia yang paling menentukan nasib manusia lain sejatinya adalah Adam. Adam sebenarnya bisa menjadi Juru Selamat nasib semua manusia atau menjadi penyebab kesengsaraan semua manusia.


Dikatakan dalam Firman Tuhan dalam Roma 5:19: Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. Oleh anugerah Allah Bapa, Tuhan Yesus datang ke dunia menyelesaikan tugas yang seharusnya dikerjakan dan diselesaikan oleh Adam. Tuhan Yesuslah Adam kedua yang berhasil menyelamatkan umat manusia. Ia taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Oleh ketaatan-Nya kepada Bapa di Sorga dan hidup-Nya yang memberikan kehormatan kepada Bapa di Sorga secara pantas, membuktikan bahwa tindakan iblis memberontak kepada Allah Bapa itu merupakan kesalahan besar dan akhirnya Lusifer pantas dihukum.


Allah berharap kita taat kepadaNya sampai mati, seperti Tuhan Yesus menang, kita harus menang.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Membuktikan Iblis Bersalah


Renungan Harian Virtue Notes, 30 Maret 2012
Membuktikan Iblis Bersalah


Bacaan: Filipi 2:5-11

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!


Perlu direnungkan, bahwa ketika iblis memberontak melawan Allah, Allah pun tidak seketika bisa membinasakannya. Ada “rule” atau hukum atau aturan untuk bisa menunjukkan bahwa iblis bersalah dan pantas untuk dihukum. Dalam Alkitab kita tidak menemukan ada pemberontak lain selain “Lusifer” tersebut. Bisa dipastikan inilah pemberontakan pertama dan terakhir dalam Kerajaan Sorga. Rupanya pada waktu itu belum ada pembuktian bahwa tindakan iblis bersalah dan patut dihukum, sebab jika pada waktu itu sudah bisa terbukti bersalah, niscaya iblis sudah dihukum. Bagaimana membuktikan bahwa iblis bersalah? Jawaban yang paling logis adalah Allah harus menciptakan manusia. Manusia yang diciptakan ini diharapkan dapat menampilkan suatu kehidupan yang taat dan menghormati Allah Bapa secara pantas. Hal itu menjadi pembuktian terhadap kesalahan iblis sehingga bisa dihukum. Inilah rule of the game-nya.


Allah menciptakan manusia bukan sekedar ingin memiliki makhluk yang segambar dengan diri-Nya, dan ditempatkan dalam sebuah taman untuk mengelolanya. Tentu tidak sesederhana itu. Ada rancangan yang lebih besar dari hal tersebut. Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa yaitu menaklukkan iblis. Itulah sebabnya bahan dasar yang dimiliki manusia pada hakekatnya adalah dari dalam Allah sendiri, yaitu melalui hembusan nafas-Nya. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan diri-Nya sendiri. Sangat luar biasa. Hal itu dilakukan Bapa agar manusia bisa mengalahkan malaikat yang jatuh tersebut. Disini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lusifer.


Dalam perjalanan sejarah kehidupan, ternyata manusia gagal. Manusia malah mengikuti jalan Lusifer, yaitu ingin menjadi seperti Allah. Ada sebagian jejak iblis yang ditularkan kepada manusia. Hal inilah yang membuat manusia tidak bisa lagi mencapai kesucian Allah. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Kegagalan manusia pertama masih menyisakan persoalan, siapakah yang dapat mengalahkan iblis atau membuktikan bahwa iblis bersalah dan pantas untuk dihukum. Tidak ada jalan lain, kecuali Anak Tunggal yang bersama-sama dengan Bapa. Anak Tunggal Bapa harus turun ke bumi menjadi manusia, dimana dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibr 2:17). Allah Anak menjadi manusia untuk membuktikan bahwa ada pribadi yang bisa taat tanpa syarat kepada Bapa dan mengabdi sepenuhnya (Fil 2:5-11; Yoh 4:34). Hal ini akan membuktikan bahwa tindakan iblis salah dan patut dihukum.


Seperti Yesus Kristus yang sudah taat tanpa syarat kepada Bapa, kita pun harus demikian.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Kesempurnaan Pertanda Keselamatan


Renungan Harian Virtue Notes, 29 Maret 2012
Kesempurnaan Pertanda Keselamatan


Bacaan: 1 Yohanes 4:8

4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.




Memang keselamatan orang percaya bukan karena perbuatan baik, tetapi bukan berarti perbuatan baik tidak bernilai. Memang tanpa penebusan dalam Tuhan Yesus Kristus perbuatan baik seseorang tidak berarti sama sekali. Tetapi setelah menjadi anak tebusan Tuhan dan sungguh-sungguh bertumbuh mengenakan pribadi Kristus dan menghidupkan gairah Anak Allah dalam hidup ini, maka perbuatan baik menurut standar Allah pasti terdemonstrasikan dalam hidup seseorang. Harus diterima bahwa memang orang percaya dipanggil untuk sempurna seperti Bapa (Mat 5:48). Tindakan sempurna seperti Bapa itu ditunjukkan dalam Matius 5:17-48, yang didalamnya termasuk panggilan untuk mengasihi musuh. Oleh sebab itu yang terpenting harus dialami oleh orang percaya adalah bagaimana mengalami proses pendewasaan yang benar terlebih dahulu, barulah perbuatan baik sebagai ekspresi dari karakter ilahi yang ada dalam dirinya. Hasil dari pendewasan tersebut adalah semuanya sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Harus dimengerti bahwa semua tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan Bapa bukanlah kasih. Karena Allah adalah kasih (1Yoh 4:8). Dan semua tindakan yang tidak berdasarkan kasih adalah sia-sia (1Korintus 13:1-8). Dalam hal ini yang terpenting adalah seseorang harus mengenakan pribadi Anak Allah. Bila seseorang mengena¬an pribadi Anak Allah maka ekspresi dalam kehidupannya adalah tindakan kasih kepada orang-orang miskin secara akurat.


Jika seseorang belum memiliki kedewasaan rohani yang memadai, maka perbuatan baik, seperti perhatiannya kepada orang miskin akan berunsur intrik-intrik yang keruh. Bukan tidak mungkin kegiatan pelayanan pekerjaan Tuhan pun juga dimanipulasi untuk kepentingan pribadi. Memang orang yang memanipulasi pelayanan atau sebuah tindakan amal tidak menyadari hal itu, sebab ia sendiri diliciki oleh dirinya sendiri. Ia tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Akhirnya perbuatan baik yang dianggap sebagai persembahan yang terbaik, menjadi dosa di hadapan Tuhan. Dalam hal ini juga harus diperhatikan, bahwa perbuatan baik dalam bentuk amal dan lain sebagainya yang kita lakukan akan menjadi tidak berarti sebelum kita memiliki perubahan status yang jelas. Dari status anak dunia menjadi anak Tuhan, dari hidup dalam cara hidup nenek moyang kepada cara hidup anak-anak Allah. Ini bukan sesuatu yang sederhana. Hal ini harus diperjuangkan dengan serius. Bila proses ini berlangsung dengan benar, maka orang percaya bukan saja mampu berbuat baik tetapi juga sempurna seperti Bapa. Jadi, kalau seseorang tidak semakin sempurna, maka itu berarti tidak memiliki keselamatan.


Ciri orang yang memiliki keselamatan antara lain ia menjadi semakin sempurna.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Perhatian Kepada Yang Tidak Berdaya


Renungan Harian Virtue Notes, 28 Maret 2012
Perhatian Kepada Yang Tidak Berdaya


Bacaan: Matius 26:6-13

26:6 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta,
26:7 datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan.
26:8 Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini?
26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin."
26:10 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
26:11 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.
26:12 Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku.
26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."


Dalam bacaan hari ini, kita menemukan kisah mengenai seorang wanita yang mengurapi Tuhan Yesus dengan minyak yang sangat mahal, yakni minyak narwastu. Menurut catatan sejarah, minyak narwastu tidak berasal dari Timur Tengah, tetapi dari India; itulah sebabnya harganya mahal.


Yang menarik dalam kisah ini adalah, begitu wanita ini mencurahkan minyak ke atas kepala Tuhan Yesus, orang-orang memprotes tindakannya. Mereka menganggap tindakan wanita ini suatu pemborosan. Momentum ini digunakan Tuhan Yesus untuk mengajar mereka suatu kebenaran. Ia menyampaikan suatu pernyataan yang sangat penting, yang harus kita perhatikan dengan serius: “Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.” (ay. 11)



Pernyataan Tuhan Yesus ini hendak menunjukkan bahwa orang percaya memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan sesamanya yang miskin. Tentu kemiskinan disini memiliki arti yang luas. Kata miskin di teks ini adalah πτωχός (ptōkhós). Dalam bahasa Yunani, ada beberapa kata yang dapat diterjemahkan “miskin”. Selain ptōkhós, ada πενιχρός (penikhrós) dan πένης (pénēs). Penikhrōs berarti miskin secara harta; misalnya dikenakan untuk janda miskin yang kisahnya ditulis dalam Luk. 21:2. Kemiskinan ini biasanya disertai dengan sengsara atau penderitaan. Kata pénēs muncul hanya satu kali dalam Alkitab (2Kor. 9:9). Artinya, miskin tetapi masih mampu menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja. Kata pénēs juga dihubungkan dengan rasa lapar. Sementara kata ptōkhós berarti kemiskinan yang sangat ekstrem, di mana si miskin sama sekali tidak mampu mencari penghidupan atas dirinya. Kata ptōkhós juga memiliki hubungan dengan kata πτώσσω (ptōssō) yang berarti “menundukkan badan”. Ini memperlihatkan ketidakberdayaan seseorang sehingga tidak mampu atau tidak layak menegakkan badannya.



Tuhan Yesus memberi tugas kepada orang percaya untuk memperhatikan orang yang tidak berdaya. Tentu ketidakberdayaan disini bukan hanya secara materi, tetapi terutama ketidakberdayaan sesama dalam hal mencapai keselamatan abadi. Sebab apa artinya materi yang dapat kita bagikan jika mereka akhirnya tidak selamat. Namun demikian bukan berarti karena fokus kita pada keselamatan jiwa, kita tidak memperdulikan kebutuhan jasmani. Sering dalam pelayanan, kita harus memperhatikan kebutuhan jasmani barulah kebutuhan jiwanya. Bagaimana mereka bisa mendengar Firman kalau mereka lapar? Bagaimana mereka bisa membaca Firman kalau mereka buta huruf? Sudahkah kita memperhatikan mereka?



Tugas orang percaya adalah memperhatikan orang yang tidak berdaya, secara fisik, terutama yang menyangkut keselamatan jiwanya.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Perjalanan Waktu Yang Pasti Berakhir


Renungan Harian Virtue Notes, 27 Maret 2012
Perjalanan Waktu Yang Pasti Berakhir


Bacaan: Pengkhotbah 6:12a

6:12a Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan?



Dalam Kejadian 1:14 Alkitab mencatat adanya benda-benda penerang yang diciptakan Tuhan untuk memisahkan siang dari malam yang juga menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun. Ini berarti manusia dimasukkan ke dalam kotak yang namanya “perjalanan waktu”. Kalau kita melihat matahari, bulan, dan benda langit lain, kita sadar bahwa ini merupakan peringatan akan kenyataan adanya perjalanan waktu kehidupan yang mengkungkung manusia. Manusia harus tunduk, sehebat apapun manusia itu. Betapa bodohnya banyak manusia, sebab terhadap perjalanan waktu saja manusia tidak berdaya apalagi kepada Dia yang menciptakannya..


Sebenarnya perjalanan waktu itu tidak menjadi masalah sama sekali, kalau manusia tidak jatuh dalam dosa. Dan kalau manusia tidak jatuh dalam dosa maka tidak ada proses penuaan menuju kematian. Tetapi karena dosa maka manusia masuk proses kematian, atau proses penuaan. Sejak pada hari manusia memberontak kepada Tuhan maka manusia “mati”. Itulah awal proses kematian tersebut. Ini adalah malapetaka terdahsyat dalam kehidupan. Sebab manusia akan mengalami transformasi dari kehidupan fana ke dalam keabadian.


Transformasi ini juga sebenarnya tidak menjadi masalah kalau sesudah mengenakan kemah sementara ini kita memasuki kemuliaan maksudnya menerima kehidupan lebih baik dengan kemah baru yang lebih baik dan sempurna, tetapi adalah malapetaka maha dahsyat kalau manusia binasa (Wah 14:13). Binasa artinya terpisah dari Tuhan selama-lamanya (Mat 10:28). Banyak orang tidak mau mengerti kebenaran ini, sebab mata hati mereka telah tertutup. Mereka dibutakan atau disesatkan iblis sehingga tidak mengenal kebenaran tersebut. Inilah artinya berjalan dalam gelap.


Tanpa disadari banyak orang yang terjebak dalam pola kehidupan seakan-akan perjalanan hidup ini tidak ada akhirnya. Inilah yang mengikat kehidupan banyak orang, juga sebagian besar orang Kristen. Itu berarti tidak mengerti kebenaran. Dan ini adalah sebuah penyesatan iblis yang sukses. Bila jujur maka kita akan dapati bahwa banyak manusia yang memberontak atau menolak kenyataan bahwa jalan ini akan berakhir. Dan akhir perjalanan hidup manusia ini sebuah misteri yang pada umumnya tidak seorangpun tahu (Yak 4:13-17). Iblis akan berusaha menenangkan banyak jiwa manusia seakan-akan hidup ini tidak ada bahaya. Tanpa disadari mereka dibawa ke dalam siksaan kekal.


Waktu berjalan terus tanpa seorangpun dapat menghentikannya, dan manusia terkungkung didalamnya. Jangan sia-siakan waktu yang tersisa.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Pengertian Nyawa


Renungan Harian Virtue Notes, 26 Maret 2012
Pengertian Nyawa


Bacaan: Matius 10:39; Matius 16:25-26

10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?


Orang yang menyadari bahwa ia menumpang dan bersikap sebagai seorang penumpang di dunia ini lebih memiliki kemungkinan yang besar memiliki dunia yang baru bersama dengan Sang Maha Raja. Tetapi kalau seseorang tidak merasa bahwa ia menumpang, ia akan kehilangan kesempatan memiliki dunia lain yang lebih baik (Mat 10:39; 16:25-26). Nyawa dalam Mat 10:39 menunjuk kesenangan-kesenangan jiwa yang dipengaruhi oleh filosofi hidup manusia pada umumnya. Jiwa manusia diwarnai oleh cara hidup anak-anak dunia yang bukan umat pilihan yang tidak dipersiapkan mewarisi Kerajaan-Nya.


Semua manusia telah diracuni oleh filosofi hidup yang menggiring menuju kegelapan abadi ini. Terlena dengan segala kesenangan hidup hari ini sampai ia kehilangan kesempatan selamanya. Kesempatan ini tidak terbeli oleh apapun. Tidak menghargai kesempatan ini sama dengan tidak menghargai Tuhan yang memberi kesempatan.



Betapa mengerikan keadaan manusia yang kehilangan dunia yang akan datang. Tetapi banyak orang tidak memperdulikannya. Ini agak mirip dengan anak-anak yang tidak mengerti betapa tinggi resiko kehidupan seseorang yang tidak mau belajar dengan giat mempersiapkan hari esoknya. Kemalasannya membangun kemiskinan. Kegiatan hidupnya atau kerajinannya ditujukan kepada kegiatan yang lain. Kegiatan yang tidak mempersiapkan hari esoknya. Tetapi ini masih ringan dibanding dengan seseorang tidak memiliki hari esok di kekekalan. Anak-anak muda yang tidak mau kehilangan masa muda seperti yang dimiliki dan dinikmati anak-anak muda lain, akhirnya membangun kehancuran hari esoknya. Demikian pula orang-orang yang tidak mau kehilangan nyawanya atau masa hidup di dunia hari ini tetapi kehilangan hari esok di keabadian.


Kehilangan nyawa berarti seorang yang menyadari dan memperlakukan bahwa hidup di dunia ini bukanlah untuk menetap. Tujuh puluh tahun harus dianggap sebagai singgah sementara. Dalam persinggahan itu tidak boleh bersikap seakan-akan akan menetap. Sebagian besar manusia juga orang-orang Kristen bersikap sebagai orang yang seolah-olah akan menetap. Kalau irama hidup ini tidak segera diubah, maka ia tidak akan pernah bisa berubah. Karena tidak bisa berubah lagi maka ia akan berpikir bahwa itu irama hidup wajar yang ditolerir oleh Tuhan. Dalam hatinya akan berkata, “hidup memang begini”. Orang-orang seperti ini tidak bisa lagi mengerti kebenaran, dan sebagian merasa bahwa mereka mengerti kebenaran. Begitu hebatnya iblis menipu mereka.


Orang yang rela kehilangan nyawanya hari ini akan beroleh nyawanya di dunia yang baru bersama Sang Maha Raja


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Ciri Manusia Penduduk Asli Dunia


Renungan Harian Virtue Notes, 25 Maret 2012
Ciri Manusia Penduduk Asli Dunia


Bacaan: Lukas 12:15

12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."



Gejala orang yang tidak menerima bahwa ia sebagai penduduk asing di bumi ini adalah menumpuk kekayaan seakan-akan hal itu tidak akan ditinggalkan atau takut kalau keturunannya menjadi orang miskin. Dalam Lukas 12:16-21 dikisahkan mengenai orang kaya yang mengumpulkan kekayaan bagi dirinya tetapi tidak kaya di hadapan Tuhan. Ia pulang ke tempat abadi dalam kemiskinan. Ia akan menjadi orang miskin di kekekalan. Orang miskin di kekekalan artinya adalah orang yang ditinggalkan oleh Tuhan. Ia ditinggalkan Tuhan sebab selama di dunia ia tidak mengiring Tuhan dengan benar. Orang yang mengiring Tuhan adalah orang yang ikut memikirkan apa yang dipikirkan oleh Tuhan. Ia ikut bergumul apa yang digumulkan Tuhan dan yang menjadi beban-Nya. Tuhan Yesus menyatakan bahwa mereka yang tetap tinggal bersama-sama dengan Dia dalam segala pencobaan yang Dia alami, akan menemukan kebersamaan dengan Dia dalam Kerajaan-Nya (Luk 22:28-29). Orang yang menyertai Tuhan Yesus adalah mereka yang membela kepentingan-Nya tanpa batas.


Tuhan Yesus berkata kepada orang kaya yang celaka, ”apa yang telah engkau sediakan, untuk siapakah itu nanti?” Barangkali kita berpikir, ”ah masa Tuhan tidak tahu, untuk anak cucu dong”. Kita lupa bahwa banyak diantara kita yang dulu tidak memiliki apa-apa tetapi juga dipelihara Tuhan. Mengapa kita tidak mempercayai bahwa Tuhan juga akan memilihara anak cucu kita. Lagi pula Firman Tuhan mengatakan bahwa keturunan orang benar tidak akan menjadi peminta-minta. Tidak sedikit anak cucu yang memperoleh apa yang sebenarnya bukan bagiannya. Mereka bisa menjadi orang-orang yang tidak diberkati, sebab apa yang mereka terima sebenarnya bagian untuk Tuhan tetapi digunakan untuk kepentingan diri sendiri.

Orang tua yang bodoh yang tidak memahami kebenaran ini mengajarkan kepada anak-anak, seakan-akan kekayaan itu segalanya (Luk 12:15). Hal ini mempersiapkan anak-anak hidup tanpa kebenaran atau tanpa Tuhan. Mereka menjadi materialistis yang pada saatnya tidak akan pernah bertobat dengan benar. Kalau orang tua mewariskan kebenaran, maka hal ini sama dengan orang tua mewariskan pengenalan akan Tuhan yang membuat mereka terpelihara, bukan hanya sementara di dunia tetapi juga di kekekalan. Mereka juga akan bertemu dengan orang tua di Kerajaan Bapa bersama keluarga besar yang dibangun di bumi.


Orang bodoh adalah yang mengumpulkan kekayaan bagi diri sendiri. Orang bijak adalah yang mewariskan pengenalan akan Tuhan kepada anak-anaknya.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Penduduk Asing


Renungan Harian Virtue Notes, 24 Maret 2012
Penduduk Asing


Bacaan: 1 Petrus 1:17

1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.


Alkitab menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang menumpang di bumi ini (1Ptr. 1:17). Dalam teks aslinya kata menumpang disini adalah παροικία (parĪkÍa) yang artinya “penduduk asing” atau “orang yang singgah sementara sebagai penduduk di tanah asing“; juga bisa berarti ”tinggal di negeri asing”. Sebagian besar atau hampir semua orang Kristen percaya mengenai hal ini. Tetapi masalahnya bukan sekadar percaya tetapi harus menyerahkan diri kepada yang dipercayainya tersebut. Ini paralel dengan hal iman. Kalau hanya percaya bahwa Allah itu ada, setan-setan pun percaya dan mereka gemetar; tetapi mereka tidak menyerahkan diri kepada Allah untuk tunduk dan melakukan kehendak-Nya. Sebaliknya, mereka malahan memberontak melawan Allah.

Demikian pula dengan banyak orang, yang mempercayai bahwa di dunia ini hanya menumpang atau singgah sebentar, tetapi kehidupannya bertentangan dengan apa yang diyakininya tersebut. Mereka tidak menyerahkan diri kepada apa yang menurut mereka telah mereka percayai. Ini berarti mereka belum bisa dikatakan percaya. Kalau seseorang tidak belajar menerima realitas ini, suatu saat mereka sampai pada satu level kehidupan dimana mereka tidak sanggup lagi untuk mengangkatnya. Di ujung maut mereka akan dipaksa pasrah menerima “nasib” yang sangat mengerikan, yaitu terpisah dari hadirat Allah selama-selamanya.


Irama hidup manusia pada umumnya menunjukkan seakan-akan perjalanan hidup ini tidak ada ujungnya. Hal ini nampak dari gejala-gejalanya. Pertama, mereka tidak bersungguh-sungguh menemukan tempatnya yang benar di hadapan Tuhan. Mereka tidak berusaha maksimal untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, sebab lebih banyak hal lain yang mereka anggap lebih penting untuk diusahakan lebih maksimal. Kedua, mereka berpikir bahwa untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya bukan hal yang sulit. Karenanya mereka merasa tidak perlu mengalokasikan waktu dan perhatian untuk itu. Banyak kegiatan lain yang dianggap penting dan mendesak. Sementara mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya dijadikan sebagai kegiatan sambilan atau tambahan. Ketiga, mereka berpikir bahwa yang penting tidak bermaksud mengkhianati Tuhan. Padahal dengan gaya hidup tersebut mereka sedang mengembangkan hidup tidak setia kepada Tuhan.



Bagaimana dengan kita? Apakah hari ini kita juga memelihara gejala-gejala seperti itu? Jika ya, segeralah berkomitmen untuk bertobat, sebab gejala tersebut bisa berujung pada pengkhianatan kepada Allah.



Hidup di dunia ini hanya menumpang sementara,  dan itu akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Model Manusia Keluarga Allah


Renungan Harian Virtue Notes, 23 Maret 2012
Model Manusia Keluarga Allah


Bacaan: 2 Korintus 5:14-15

5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.

5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.


Kalau Tuhan mengadakan seseorang atau menciptakan seorang individu, sejatinya Tuhan ingin memiliki anak. Anak yang dengan rela mengabdi kepada Bapa dan bersekutu dengan Bapa dalam kerelaan. Bisa saja Tuhan menciptakan makhluk yang diprogram untuk taat saja tanpa bisa berbuat dosa. Tetapi bukan ini yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Bisa dipertimbangkan bahwa malaikat yang jatuh itu dulu juga diprogram untuk menjadi anak-anak Allah yang dengan kerelaan mengabdi kepada Bapa. Tetapi ada malaikat yang memberontak.



Sangat besar kemungkinan malaikat juga diciptakan segambaran dengan Allah. Malaikat juga memiliki roh dari Allah (Ibr 12:9). Yehezkiel 28:12, “Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.” Malaikat juga memiliki kemungkinan untuk memberontak kepada Allah. Kenyataannya kemudian manusia memberontak kepada Bapa di Surga. Bapa bisa saja menciptakan manusia dalam sekejap seperti robot yang otomatis taat tanpa bisa memberontak. Tetapi Tuhan tidak berbuat demikian. Tuhan menciptakan makhluk baru sebagai anak melalui proses. Seharusnya Adam pertama yang menjadi prototipe manusia yang pantas disebut sebagai anak-anak Allah, tetapi Adam gagal, seluruh keturunannya pun juga menjadi gagal. Seandainya manusia pertama berhasil menjadi anak-anak Allah sesuai dengan pola Tuhan, maka Lusifer terbukti bersalah dan semua keturunannya pun menjadi anak-anak Allah.




Tuhan Yesuslah yang menjadi model anak Allah yang dikehendaki oleh Bapa. Dialah yang sulung diantara banyak saudara. Keselamatan yang disediakan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yaitu “supaya kita menjadi anak-anak Allah” (Yoh 1:11-12). Untuk ini kalau kita mau menerima keselamatan dari Tuhan Yesus, maka kita memberi diri digarap untuk menjadi anak-anak Allah. Kita sebagai umat pilihan dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah. Melalui proses mengukir dalam nurani kita, menimbulkan kesadaran bahwa kita adalah makhluk ciptaan yang diciptakan untuk melayani kehendak-Nya. Kita bukan dipanggil sekedar menjadi orang beragama yang mengerti hukum dan melakukan hukum-hukum itu. Tetapi kita dipanggil sebagai makhluk yang dalam kesadaran tinggi bahwa kita hidup dalam semesta dimana ada Sang Penguasa yang aktif memerintah, dimana kita harus menundukkan diri sepenuh hati tanpa syarat kepada-Nya. Inilah gairah hidup Tuhan Yesus: “Makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”



Gunakanlah kehendak bebas kita untuk memilih yang Tuhan kehendaki, karena sebenarnya kita tidak memiliki hak hidup.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Tidak Berhak Ada


Renungan Harian Virtue Notes, 22 Maret 2012
Tidak Berhak Ada


Bacaan: 2 Korintus 5:14-15

5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.
5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.



Kita harus sadar bahwa kita sebenarnya tidak berhak ada. Kalau kita bisa mengadakan diri kita sendiri, maka kita berhak memiliki keinginan sesuka kita sendiri tetapi ternyata kita tidak bisa membuat diri kita ada. Tuhan yang mengadakannya, maka Tuhanlah yang harus berhak sepenuhnya atas diri kita. Maka kita harus berani berkata dengan tegas, “Bukan Tuhan yang ada bagiku; akulah yang ada bagi-Nya.” Orang percaya yang benar akan berusaha untuk belajar tidak berhak memiliki suatu keinginan. Segala keinginannya haruslah sesuai dengan kehendak Bapa. Orang percaya yang benar akan berkata kepada Bapa: “Bukan kehendakku yang jadi tetapi kehendak-Mu lah yang jadi. Bukan kerajaanku yang datang tetapi Kerajaan-Mu. Kehendak-Mu yang jadi di bumi seperti di Surga.”



Manusia yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus tidak berhak memiliki spirit atau gairah kecuali spirit atau gairah yang dimiliki oleh Tuhan Yesus Kristus. Tubuh yang kita hidupi ini haruslah tubuh yang digerakkan oleh gairah atau spirit yang dimiliki oleh Tuhan Yesus (Gal. 2:19-20). Jika kita menghadirkan gairah Anak Allah dalam diri kita yaitu menyerap semangat hidup-Nya, maka berarti kita menghadirkan Dia dalam hidup kita, tetapi sebaliknya jika tidak, maka berarti kita tidak menganggap Dia ada. Kita meniadakan Dia dalam hidup ini. Itulah sebabnya bagi orang yang sungguh-sungguh mau melayani kehendak Tuhan, Tuhan menjadi sangat nyata baginya, tetapi bagi mereka yang tidak mau melayani kehendak-Nya, Tuhan seperti tidak ada. Itulah sebabnya mereka tidak takut akan Dia. Tuhan Yesus pernah dicobai Iblis agar memiliki spirit yang salah atau spirit dunia. Iblis menunjukkan keindahan dunia untuk menjerat Tuhan Yesus. Tuhan Yesus digodanya untuk mengingini keindahan dunia. Tetapi Tuhan Yesus menolak. Penolakan ini berarti Ia tidak mau menyembah Iblis.


Seperti Dia menang kita juga harus menang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus disebut sebagai pokok keselamatan yang menjadi teladan bagi kita (Ibr. 5:7-9). Dalam hal ini kita mengerti mengapa kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Pikiran dan perasaan di sini aslinya ditulis φρονέω (fronéō). Fronéō adalah pikiran dalam roh, bukanlah pikiran dalam jiwa; pikiran dalam jiwa lazim ditulis νοῦς (nús). Inilah yang menjadi inti karakter atau watak seseorang. Watak karakter disini bukan hanya menyangkut perbuatan moral atau etika tetapi seluruh filosofi hidup ini. Seorang yang fronéō nya telah diubah dapat memuaskan hati Bapa. Fronéō inilah pikiran yang sinkron dengan pikiran Bapa. Itulah sebabnya dalam perjalanan hidup Kekristenan, inilah wilayah yang terberat.


Hiduplah menurut teladan Kristus, memiliki pikiran dan perasan (fronéō) Kristus yang selalu sinkron atau selaras dengan Bapa.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Tidak Berhak Memiliki Hidup


Renungan Harian Virtue Notes, 21 Maret 2012
Tidak Berhak Memiliki Hidup


Bacaan: Yehezkiel 28:15

28:15 Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.



Sebenarnya kita tidak boleh merasa berhak memiliki hidup, sebab bukan kita yang menciptakan hidup ini. Keberadaan kita juga bukan karena kita mau, tetapi ada yang menghendakinya. Untuk itu patut kita persoalkan apa yang dikehendaki Dia yang menciptakan dan memberikan kehidupan ini. Ia menghendaki satu hal saja, yaitu agar umat Tuhan menyukakan hati-Nya. Bagaimana menyukakan hati-Nya. Harus belajar mengenal siapa diri-Nya dan apa yang disukai-Nya.



Sebagai orang yang menumpang di dunia ini kita harus bisa menempatkan diri secara benar. Kita harus mengerti apa yang dikehendaki oleh Pemilik kehidupan ini. Hendaknya kita tidak seperti malaikat yang jatuh (Lucifer), ia lupa atau tidak sadar bahwa keberadaannya hanya oleh karena Allah Semesta Alam yang menciptakannya. Tentu ia diadakan hanya untuk Penciptanya. Ia tidak boleh memiliki agendanya sendiri. Ia harus tunduk kepada agenda Tuhan. Rupanya ia mau memuaskan keinginannya sendiri. Dalam Alkitab dikatakan didapati kecurangan dalam dirinya. Kata kecurangan dalam teks aslinya adalah לֶוֶע (`éwél) yang artinya kejahatan, ketidakadilan, keras kepala; ketidakbenaran. Adalah ketidakadilan kalau ciptaan tidak hidup sepenuhnya bagi Penciptanya (Yeh. 28:15).


Orang yang berpikir bahwa Allah tidak berhak atas hidupnya akan tampak dari sikap hidupnya yang mengingini segala sesuatu untuk kepuasan dirinya (Yak. 4:1-4). Orang-orang seperti ini berarti bersahabat dengan dunia. Mereka adalah orang-orang yang berkhianat kepada Tuhan. Dunia adalah umpan yang digunakan Iblis-Iblis untuk menjerat manusia agar tidak berbakti kepada Allah (Luk 4:5-8). Kenyataan hari ini adalah banyak orang merasa berhak memiliki hidupnya dan menaruh berbagai keinginan dalam dirinya tanpa mempedulikan Tuhan yang memiliki hidup ini. Renungkan sejenak, bahwa kita diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Allah mengadakannya dengan menghadirkan seorang pribadi yaitu “aku”. Dalam penciptaan atas kita masing-masing Allah pasti memiliki agenda. Agenda Tuhan itulah yang seharusnya kita perdulikan dengan serius, dan kita tidak boleh memiliki agenda sendiri. Orang yang mengumbar segala keinginan dalam dirinya adalah orang yang merasa berhak memiliki agenda sendiri. Orang seperti ini sebenarnya berstatus pemberontak. Mereka hidup di dunia hanya memenuhi hidup mereka dengan segala kegiatan yang berasal dari agendanya sendiri. Ini salah; Seharusnya hidup kita ini hanya untuk agenda Tuhan semata-mata.


Ingatlah, Anda tidak berhak atas hidup Anda sendiri, tetapi Tuhanlah sang pencipta yang memiliki kita.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Ruangan Pribadi Tuhan


Renungan Harian Virtue Notes, 20 Maret 2012
Ruangan Pribadi Tuhan


Bacaan: Keluaran 20:3-5

20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,



“Carilah dahulu” berarti utamakan. Tempatkan hal menjadi warga Kerajaan-Nya sebagai yang paling penting dan selalu mendesak. Hal ini kita lakukan agar ruangan hidup kita tidak ditempati oleh gairah hidup yang lain, yang membawa kepada kerajaan kegelapan. Seharusnya setiap kita sudah bisa mengenali sejak dini, apakah kita sedang digiring menuju kegelapan abadi atau tidak. Tanpa pengetahuan mengenai standar hidup warga Kerajaan Sorga atau model hidup yang Allah inginkan, seseorang tidak bisa mengenali apakah ia sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Terang atau kerajaan kegelapan.



Pernyataan Tuhan Yesus bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan mengisyaratkan bahwa kita harus menundukkan diri sebagai hamba atau budak di rumah istana seorang Raja. Bukan dua raja atau dua kerajaan. Dunia ini bukan milik kita. Dunia adalah milik Tuhan. Sebenarnya dunia ini dulu hendak dipercayakan kepada manusia. Tetapi manusia menjual dirinya sehingga kuasa kegelapan yang menguasainya. Tuhan Yesus telah merebutnya dari tangan kuasa kegelapan. Setelah Tuhan menyatakan bahwa segala kuasa di Sorga dan di Bumi di dalam tangan-Nya, maka Ia berhak menjadikan semua bangsa murid-Nya. Tuhan berhak mengajarkan model atau gaya hidup warga-Nya. Kalau kita menyatakan diri percaya kepada Tuhan Yesus, mau tidak mau kita harus belajar mengenakan gaya hidup-Nya. Hal ini dimaksudkan agar Ia mempersiapkan orang-orang yang akan tinggal di Kerajaan-Nya. Ia merebut dunia ini bukan untuk menikmatinya, tetapi menjadi tempat menumpang sementara guna mempersiapkan warga-Nya.


Gereja yang mengajarkan seakan-akan kekayaan dunia ini adalah tujuan hidup dan Tuhan merebutnya untuk kita, adalah ajaran yang berasal dari kerajaan kegelapan. Ajaran Tuhan Yesus adalah “kumpulkan harta di Sorga bukan di bumi” (Mat 6:19-21). Dunia ini tempat di mana kita menumpang sementara (1Pet 1:17). Model hidup seperti ini tidak dikenal oleh nenek moyang kita. Mereka tidak mengenal kebenaran. Mereka merasa bahwa dunia yang mereka miliki adalah dunia mereka. Mereka merasa berhak menjalani hidup ini dengan cara yang mereka pandang menyenangkan. Tuhan Yesus datang untuk menebus kita dari cara hidup yang sia-sia ini (1Pet 1:18-19). Itulah sebabnya kita bergereja, kita belajar bagaimana mengerti model hidup seperti itu. Untuk itu kita harus belajar Injil yaitu apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan yang dilakukan-Nya selama mengenakan tubuh jasmani seperti kita di bumi


Kenalilah diri kita, apakah kita benar-benar sudah mengutamakan Tuhan?


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Hanya Satu Model


Renungan Harian Virtue Notes, 19 Maret 2012
Hanya Satu Model


Bacaan: Filipi 2:5-7; 12

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,



Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa orang percaya tidak bisa mengabdi kepada dua tuan (Mat 6:24), sejatinya Tuhan mengajak orang percaya untuk menemukan suatu model hidup yang harus dikenakan sebagai umat pilihan. Itulah model hidup warga Kerajaan Sorga. Model hidup seperti itu bukan sesuatu yang mudah dikenakan, Oleh karena itu, maka hal menjadi warga Kerajaan Sorga harus menjadi prioritas utama (Mat 6:33). Ketika seseorang menunda belajar mengenakan model hidup itu, maka ia akan semakin terbelit oleh model hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, akhirnya sampai menutup mata tidak pernah mengenal model hidup tersebut.



Seperti seseorang yang mempersiapkan diri mengikuti test dan memenuhi semua persyaratan untuk menjadi warga negara suatu negara. Ia berusaha untuk dapat memenuhi semua persyaratannya dan belajar dengan serius, agar ia bisa lulus test. Ia belajar bahasa negara tersebut, ia belajar sejarah bangsa itu, dan lain sebagainya. Demikian pula kalau kita mau menjadi warga Kerajaan Surga. Kita harus mengusahakannya dengan serius. Kiranya kata anugerah yang sering kita ucapkan dan dengar tidaklah menutup mata kita terhadap tanggung jawab yang harus dipenuhi untuk berusaha mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, artinya tetap mengusahakan bagaimana memiliki model hidup yang diteladankan oleh Tuhan Yesus (Fil 2:5-7,12). Itulah panggilan mengikut Tuhan Yesus. Orang Kristen yang tidak mengerti model hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus, bukanlah orang Kristen yang benar. Mereka adalah orang Kristen palsu yang akhirnya tidak akan diterima di dalam Kerajaan Bapa di Surga.


Kesempatan untuk menjadi warga Kerajaan Surga adalah anugerah yang tidak bisa kita usahakan sendiri, semua itu diusahakan oleh Tuhan Yesus. Kita bisa memiliki hal itu bukan karena kebaikan kita tetapi anugerah Tuhan semata-mata. Agar anugerah itu tidak sia-sia, kita harus meresponinya dengan benar. Respon ini bukan jasa sama sekali. Itu adalah tanggung jawab. Oleh sebab itu anugerah Tuhan harus dipahami sebagai anugerah yang dipertanggung jawabkan. Hidup kekristenan kita haruslah menjadi anugerah yang bertanggung jawab. Banyak orang Kristen yang tidak bertanggung jawab atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Mereka merasa bahwa mereka telah terpilih sehingga tidak mengusahakan keselamatannya tersebut. Mereka menjadi Kristen hanya karena mengingini berkat jasmani.


Jangan sia-siakan kesempatan untuk menjadi warga Kerajaan Sorga, tidak akan ada kesempatan kedua.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Satu Tahta


Renungan Harian Virtue Notes, 18 Maret 2012
Satu Tahta


Bacaan: Matius 6:24

6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."



Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa seseorang tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, Tuhan Yesus menegaskan bahwa hanya ada satu tahta dalam kehidupan setiap insan. Tahta disini maksudnya adalah penguasa yang diakui sebagai majikan yang berdaulat, yang kepada-Nya segenap hidup dipersembahkan untuk mengabdi. Ingat hanya satu tahta bukan dua, apalagi lebih. Ini merupakan hukum kehidupan yang tidak bisa diubah. Hukum ini sama dengan terang tidak bisa bersatu dengan gelap. Jangan coba menggabungkannya, tidak akan pernah bisa. Seseorang harus menentukan siapakah yang duduk di tahta kehidupannya. Apakah tahta tersebut diserahkan kepada Tuhan atau diserahkan kepada musuhNya, tergantung masing-masing individu.



Dalam hal ini masing-masing individu memiliki kebebasan untuk menentukan. Kuasa kegelapan berusaha untuk mengaburkan fakta ini, sehingga banyak orang tidak mengambil sikap dengan segera. Mereka merasa masih aman walau tidak menentukan sikap dengan tegas. Kalau seseorang menunda mengambil sikap, itu berarti si jahat berhasil menggiringnya menuju kegelapan abadi. Memang belum sampai pada kegelapan abadi, tetapi itu adalah gejala menuju kegelapan tersebut.



Demikianlah kenyataannya, banyak orang yang menunda untuk menentukan siapakah yang bertahta di tahta kehidupannya. Keadaan berlarut-larut dimana seseorang tidak menentukan siapakah yang bertahta di tahta kehidupannya berarti ia memilih untuk memberikan tempat kepada si jahat untuk menjadi majikan dalam hidupnya. Kalau si jahat menjadi majikan dalam hidupnya berarti orang itu memperoleh kemerdekaan untuk berbuat apa saja yang sesuai dengan keinginan hatinya. Itulah bonus kehidupan orang yang memilih si jahat menjadi majikan dalam hidupnya. Bahkan dia sendiri juga boleh bertahta di tahta kehidupannya.


Berbeda kalau seseorang memberikan tahta kehidupannya bagi Tuhan, maka ia harus bersedia terbelenggu. Ia tidak bisa lagi merdeka melakukan segala sesuatu yang diingininya. Hidupnya akan mulai dikontrol secara ketat. Ia tidak bisa suka-suka melangkah setiap saat. Setiap kali melangkah harus dimulai dengan pernyataan “jika Tuhan menghendaki”. Jika Tuhan tidak menghendaki berarti ia tidak boleh bergerak, walau desakan hatinya kuat. Orang yang memberikan tahta hidupnya bagi Tuhan akan berusaha mengenal Dia, mengerti isi hati-Nya untuk dilakukan. Ia akan berhenti memanfaatkan Tuhan, tetapi akan mulai melakukan segala hal untuk kepentingan-Nya.


Jangan pernah menunda menentukan siapa yang bertahta dalam kehidupan kita


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Standar Hidup Yang Salah



Renungan Harian Virtue Notes, 17 Maret 2012
Standar Hidup Yang Salah


Bacaan: Filipi 3:17-21

3:17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
3:21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.



Banyak orang Kristen sudah merasa memiliki standar hidup yang baik sebagai orang Kristen, pada hal mereka belum memiliki standar hidup sebagai anak-anak Allah. Standar hidup mereka belum berubah sama sekali, walaupun status mereka di mata manusia mereka adalah orang Kristen, anak-anak Allah. Kondisi yang sangat membahayakan adalah ketika seseorang tidak mengenali dirinya dengan benar. Inilah yang sebenarnya diupayakan oleh kuasa kegelapan. Mereka tidak mengenali standar kehidupan yang harus dikenakan sebagai anak-anak Allah.



Betapa sukarnya menyadarkan mereka dari kebodohan itu. Banyak orang hidup hanya untuk hidup. Hidup mereka adalah makan dan minum agar mengalami pertumbuhan fisik. Hidup bagi mereka adalah persiapan untuk memiliki bekal menghadapi hari tua. Hidup adalah karir sebagai pijakan untuk menemukan nafkah, guna membangun rumah tangga. Hidup adalah memiliki pasangan hidup dan menikah. Hidup adalah memiliki keturunan. Hidup adalah menemukan menantu. Hidup adalah mendapatkan cucu untuk meneruskan generasi. Hidup adalah memiliki rumah, mobil dan berbagai fasilitas yang bisa mengangkat harkat dan prestise. Jika kita hidup hanya untuk hidup, tujuan kita salah. Tujuan kita bukanlah hidup (di dunia). Hidup adalah sarana. Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan untuk memperoleh hidup yang sesungguhnya (Kerajaan Surga). Hidup yang kita miliki sekarang ini sebenarnya bukanlah hidup yang Tuhan kehendaki untuk kita nikmati.


Betapa tragisnya kalau suatu waktu nanti apa yang dipahami sebagai hidup ternyata berujung pada kematian. Semua yang dianggap sebagai kehidupan akan terkubur dan dilupakan selamanya. Setelah kehidupan hari ini, mereka berpulang ke kekekalan tanpa bekal apapun. Hal tersebut selama ini telah dilupakan dan hampir tidak pernah ada yang mengingatkannya. Siapa bertanggung jawab untuk mem-beri tahu atau mengingatkan manusia terhadap hal ini? Seharusnya gereja Tuhan. Tetapi banyak gereja hari ini yang hanya menjadi tempat dimana jemaat mencari solusi bagaimana melestarikan model hidup yang mereka warisi dari nenek moyang, sementara gereja-gereja itu dipimpin oleh orang-orang yang tidak memahami bagaimana model hidup yang Allah kehendaki. Sehingga tanpa mereka sadari mereka melayani hanya untuk melestarikan model hidup yang mereka juga warisi dari nenek moyang. Mereka mencari nafkah dengan memperdaya orang-orang tulus yang seharusnya diajar untuk mengenal kebenaran yang tertulis dalam Injil.


Berhati hatilah dengan banyak ajaran yang salah, yang mengajarkan standar hidup yang salah.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger