Renungan Harian Virtue Notes, 6 Maret 2012
Mempersiapkan Kematian
Bacaan: Ibrani 9:27
9:27 Dan sama seperti manusia ditetapkan
untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,
Banyak hal bisa terjadi dalam kehidupan
kita di dunia ini. Kendaraan kita bisa diserempet atau ditabrak orang; rumah
kita bisa terbakar; tubuh kita bisa sakit; barang berharga kita bisa dicuri
orang; anak-anak kita membutuhkan biaya sekolah yang kian mahal di masa depan.
Ketidakpastian, itulah yang dihadapi di dunia. Dengan bijaksana banyak orang
mengasuransikan jiwanya dan harta bendanya kepada perusahaan asuransi, yang
menjamin pemberian bantuan dan santunan bilamana risiko tersebut menjadi
kenyataan. Melalui asuransi itu banyak orang menjadi lebih tenang sebab
asuransi bagai tangan besar yang kuat, yang bisa menopang hidupnya.
Kalau demi hal-hal
yang tidak pasti tersebut kita bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya, mengapa
untuk hal yang pasti akan kita alami, kita tidak mempersiapkan diri kita lebih
serius? Yang
dimaksud dengan hal yang pasti akan terjadi itu adalah kematian. Tidak seorang
pun bisa menghindarkan diri dari realitas ini. Pada kenyataannya setiap manusia
sedang berbaris antri menunggu giliran dipanggil masuk peti mati. Suka atau
tidak suka, bersedia atau tidak bersedia, pada gilirannya kita harus menerima
panggilan itu dan tidak bisa tidak patuh. Karenanya kita perlu selalu mengingat
kalimat Latin, “Memento mori,” artinya, “Ingatlah, kau pasti mati”. Sayangnya
banyak orang melupakan realitas ini, seakan-akan realitas tersebut tidak akan
mereka alami.
Kuasa kegelapan berusaha
membuat manusia melupakan realitas kematian ini. Berbagai filosofi hidup yang
salah disuntikkan kedalam pikiran melalui berbagai media, agar manusia tidak
memedulikan realitas tersebut. Demikianlah kenyataannya, banyak orang kini menggulirkan hari hidupnya tanpa kesadaran sama
sekali bahwa hari hidupnya tersebut bisa berhenti setiap saat. Mereka
bersikap seakan-akan memiliki kehidupan yang tidak ada ujungnya, seakan-akan
perjalanan hidup ini akan berlangsung tiada akhir. Mereka berpikir kematian
bukan bagian hidup mereka. Betapa malangnya. Kenyataan yang bisa dilihat dengan
jelas banyak orang yang hanyut dan tenggelam dengan berbagai kegiatan,
kesibukan, keinginan, masalah dan lain sebagainya, sedang dibawa ke pembantaian
abadi atau dipersiapkan menjadi sampah kekal.
Menyadari hal ini, setiap kita seharusnya sungguh-sungguh
mempersiapkan diri menghadapi realitas kematian yang sudah pasti tersebut.
Ingatlah, kita pasti mati satu kali saja, sesudah itu dihakimi. Sudahkah
kita mempersiapkan diri meraih jaminan kekal dari Tuhan? Ya, itu lebih sulit
daripada kedengarannya.
Kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri
menghadapi realitas kematian yang sudah pasti kita
alami.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar