Renungan Harian Virtue Notes, 9 Maret 2012
Keberanian Dari Diri Sendiri
Bacaan: 2 Timotius 4:6-8
4:6 Mengenai diriku, darahku sudah
mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat.
4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan
yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman.
4:8 Sekarang telah tersedia bagiku
mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh
Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku,
melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
“Ah, saya kan bukan orang sekelas Maria
ibu Yesus,” mungkin itu yang ada di benak Anda. Jangan berpikir demikian.
Memang setiap kita memiliki porsi yang berbeda-beda, namun setiap kita dapat
berada di kelas VIP di mata
Allah—yaitu memperoleh mahkota kebenaran—apabila kita mau mengembangkan
kapasitas kita seperti Maria.
Maria
dapat menerima kehamilannya bukan sebagai bencana, kecelakaan, ataupun aib,
tetapi ia dapat menerimanya sebagai kehormatan dan kesempatan yang diberikan
Allah untuk memuliakan-Nya.
Dengan demikian Maria dapat menjadi seseorang yang dapat kita teladani, wanita
yang menginspirasi kita.
Jangan memandang Tuhan
diskriminatif. Ia memberi kesempatan setiap kita untuk menjadi warga VIP-Nya.
Jangan memandang-Nya memberikan sesuka hati tanpa melihat kapasitas seseorang;
sesungguhnya ini sangatlah tergantung dari diri kita masing-masing. Apabila kita mau meneladani apa yang
telah Maria lakukan terhadap Allah, maka Allah pun akan mulai memercayai kita
untuk melakukan perkara-perkara yang besar demi kemuliaan-Nya.
Keberanian seperti itulah yang seharusnya kita kobarkan di dalam diri kita.
Juga janganlah kita
berpikir bahwa keberanian yang kita miliki pun harus dikobarkan oleh Tuhan.
Jangan kita menjadikan diri kita sebagai robot yang dikendalikan oleh Tuhan
dengan sebuah remote control. Ia
menjadikan kita makhluk yang memiliki kemampuan untuk memilih dengan kehendak
bebas, sehingga dapat mengobarkan keberanian dari diri kita sendiri.
Tidak hanya Maria, dalam
Alkitab kita juga melihat bahwa Paulus memiliki keberanian yang sama. Sampai di
akhir hidupnya, dengan berani ia tetap serius membela Tuhan, sehingga ia
berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis
akhir dan aku telah memelihara iman.” Itulah sebabnya Paulus juga dipercayai
Allah untuk memenuhi rencana-rencana-Nya yang besar.
Mari kita mengobarkan
keberanian bahwa kita dapat mengembangkan kapasitas diri kita agar dapat
dipercayai Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kita serius membela Tuhan, walaupun
sebenarnya Ia tidak butuh pembelaan kita. Kesediaan
untuk membela Tuhan tanpa batas akan menjadikan kita umat pilihan yang istimewa
di mata Allah, sehingga seperti Paulus, kita akan dapat meraih mahkota
kebenaran yang dikaruniakan Allah.
Keberanian untuk dapat dipercayai Tuhan harus kita
kobarkan dari diri kita sendiri.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar