Bacaan: Filipi 2:5-11
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai
mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk
lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang
ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku:
"Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Perlu direnungkan, bahwa ketika iblis
memberontak melawan Allah, Allah pun tidak seketika bisa membinasakannya. Ada “rule” atau hukum atau aturan untuk bisa
menunjukkan bahwa iblis bersalah dan pantas untuk dihukum. Dalam Alkitab kita
tidak menemukan ada pemberontak lain selain “Lusifer” tersebut. Bisa dipastikan
inilah pemberontakan pertama dan terakhir dalam Kerajaan Sorga. Rupanya pada
waktu itu belum ada pembuktian bahwa tindakan iblis bersalah dan patut dihukum,
sebab jika pada waktu itu sudah bisa terbukti bersalah, niscaya iblis sudah
dihukum. Bagaimana membuktikan bahwa iblis bersalah? Jawaban yang paling logis
adalah Allah harus menciptakan manusia. Manusia yang diciptakan ini diharapkan
dapat menampilkan suatu kehidupan yang taat dan menghormati Allah Bapa secara
pantas. Hal itu menjadi pembuktian terhadap kesalahan iblis sehingga bisa dihukum.
Inilah rule of the game-nya.
Allah menciptakan manusia bukan sekedar ingin memiliki makhluk yang segambar
dengan diri-Nya, dan ditempatkan dalam sebuah taman untuk mengelolanya. Tentu
tidak sesederhana itu. Ada rancangan yang lebih besar dari hal tersebut.
Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa yaitu menaklukkan
iblis. Itulah sebabnya bahan dasar yang dimiliki manusia pada hakekatnya adalah
dari dalam Allah sendiri, yaitu melalui hembusan nafas-Nya. Manusia diciptakan
segambar dan serupa dengan diri-Nya sendiri. Sangat luar biasa. Hal itu dilakukan
Bapa agar manusia bisa mengalahkan malaikat yang jatuh tersebut. Disini manusia
menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lusifer.
Dalam perjalanan sejarah
kehidupan, ternyata manusia gagal. Manusia malah mengikuti jalan Lusifer, yaitu
ingin menjadi seperti Allah. Ada sebagian jejak iblis yang ditularkan kepada
manusia. Hal inilah yang membuat manusia tidak bisa lagi mencapai kesucian
Allah. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Kegagalan manusia pertama
masih menyisakan persoalan, siapakah yang dapat mengalahkan iblis atau
membuktikan bahwa iblis bersalah dan pantas untuk dihukum. Tidak ada jalan
lain, kecuali Anak Tunggal yang bersama-sama dengan Bapa. Anak Tunggal Bapa
harus turun ke bumi menjadi manusia, dimana dalam segala hal Ia disamakan
dengan manusia (Ibr 2:17). Allah Anak menjadi manusia untuk membuktikan bahwa
ada pribadi yang bisa taat tanpa syarat kepada Bapa dan mengabdi sepenuhnya
(Fil 2:5-11; Yoh 4:34). Hal ini akan membuktikan bahwa tindakan iblis salah dan
patut dihukum.
Seperti Yesus Kristus yang sudah taat tanpa syarat
kepada Bapa, kita pun harus demikian.
0 komentar:
Posting Komentar