Renungan Harian Virtue Notes, 7 Maret 2012
Berjaga-jaga Dengan Hati Nurani Yang Murni
Bacaan: Kisah Para Rasul 23:1;
24:16
23:1 Sambil menatap anggota-anggota
Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku,
sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni
di hadapan Allah."
24:16 Sebab itu aku senantiasa berusaha
untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah
dan manusia.
Karena kematian adalah realitas yang tidak
pernah bisa diprediksi kapan terjadinya, maka persiapannya harus sekarang. Ya,
selalu sekarang. Untuk ini pertobatan harus dilakukan sekarang: setiap hari dan
setiap saat ketika kita menyadari telah berbuat salah. Sebenarnya inilah yang
dimaksud dengan berjaga-jaga dan berdoa tiada berkeputusan; suatu relasi yang
terus dibangun dengan Tuhan.
Banyak hal yang bisa
diabaikan dan dianggap tidak penting. Yang
tidak penting harus bisa disingkirkan; tetapi persiapan menyongsong kematian
tidak boleh ditunda. Ini harus dianggap sebagai penting dan darurat. Kita harus
selalu berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir kita hidup. Besok tidak
ada kesempatan lagi. Jadi setiap kali disebut hari ini, berarti kesempatan yang
sangat berharga untuk membenahi diri. Bila kita membiasakan diri memiliki sikap
hidup seperti ini, maka kita barulah memahami dan dapat melakukan apa yang
dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Mat 6:33). Teks
ini muncul berkenaan dengan panggilan Tuhan atas orang percaya untuk hanya
mengumpulkan harta di surga (Mat. 6:19–20), agar hati nurani kita menjadi
benar, yaitu memiliki pengertian-pengertian dari sudut pandang Tuhan (Mat.
6:22–23).
Hati nurani inilah harta
yang tidak pernah bisa diambil oleh siapapun. Harta dunia bisa dirusak oleh
ngengat dan karat, pencuri bisa mencuri serta membongkarnya, tetapi harta berupa hati nurani yang sesuai
dengan Allah inilah yang tidak bisa diambil oleh siapapun.
Dengan hati nurani yang
benar, kita dapat tidak mengabdi kepada dua tuan. Kita hanya mengabdi kepada
Tuhan saja (Mat 6: 24). Tanpa
mengasah hati nurani dengan kebenaran, orang tidak tahu bahwa sebenarnya ia
masih mengabdi kepada dua tuan. Bahkan penulis saja baru
menyadari hal ini setelah lebih diasah oleh kebenaran Firman Tuhan. Dulu saya
merasa bahwa saya sudah benar-benar full
time hidup buat Tuhan; ternyata belum.
Hati nurani kitalah yang
akan menerangi diri kita untuk melihat seberapa murni kita bagi Tuhan. Di
tingkat seperti Paulus ini, kita bisa berkata bahwa kita melayani Tuhan dengan
hati nurani yang murni. Maksudnya, dalam hidup ini—khususnya dalam pelayanan—ia
tidak memiliki agenda sendiri. Yang bisa mengerti ada tidaknya agenda sendiri
hanyalah orang yang hati nuraninya telah diterangi oleh Tuhan. Asahlah hati
nurani kita oleh kebenaran sekarang juga, sebagai tindakan berjaga-jaga.
Hati nurani kitalah yang akan menerangi diri kita
untuk melihat seberapa murni kita bagi Tuhan.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar