Renungan Harian Virtue Notes, 16 September 2010
Tidak Statis
Bacaan : Kejadian 1 : 26–27
1:26. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Seandainya Adam tidak berbuat dosa, maka melalui perjalanan waktu yang tidak terbatas, manusia akan mengenal dirinya dengan benar. Manusia bisa mencapai keserupaan dengan BAPA dan memahami apa yang baik dan buruk tanpa harus berbuat dosa terlebih dahulu. Tetapi rancangan ini tertunda karena kejatuhannya sehingga ada umat manusia yang mengenal TUHAN dan ada yang tidak; ada yang mengenal TUHAN namun tidak taat kepada TUHAN dan ada juga yang mengenal serta taat pada TUHAN. Sekarang, di dalam dan melalui kehidupan anak-anak ALLAH, BAPA hendak menggenapkan rancangan-NYA kembali, yaitu menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-NYA, dan terus bertumbuh sampai menemukan gambar dirinya dengan benar dan sempurna.
Kata-kata yang digunakan untuk “gambar dan rupa” di dalam teks asli Alkitab yaitu dalam bahasa Ibrani adalah צֶּלֶם (tsélém) dan דְּמוּת (demûth). Tsélém mengacu gambar, dalam arti unsur-unsur dasar yang dimiliki ALLAH juga dimiliki manusia—yaitu pikiran, perasaan, kehendak, kekekalan dan hakikat kerja. Demûth adalah keserupaan yang menunjuk kepada kualitas atas unsur-unsur tersebut.
Dari begitu banyak pandangan mengenai gambar dan rupa ALLAH, terdapat pendapat bahwa pengertian “gambar” adalah keserupaan yang diperoleh sejak penciptaan atau sejak lahir, sedangkan “rupa” menunjuk keserupaan yang diperoleh belakangan. Jadi keserupaan dengan ALLAH yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang statis, melainkan dinamis dan progresif.
Faktanya sudah jelas, yaitu bahwa manusia pertama yang diciptakan memiliki peluang untuk berkembang secara progresif. Manusia tidak diciptakan secara statis, sebab dengan kondisi statis berarti intelektualitas manusia tidak berkembang; tak akan ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun nyatanya intelektual manusia bisa berkembang,
Apabila manusia diciptakan dengan kondisi statis, manusia juga tidak akan mampu mengembangkan dirinya untuk menaklukkan bumi dan mengungguli iblis. Kalau saja manusia memilih taat kepada BAPA, maka proses penyempurnaan akan terus berlangsung, sampai tingkat di mana iblis tidak akan bisa mengunggulinya atau menjatuhkannya. Dalam hal ini jelas sekali, bahwa manusia seharusnya dapat mengalahkan iblis. Jadi mari kita memahami bahwa TUHAN ingin kita kembali ke rancangan BAPA semula, agar manusia mengembangkan diri dan menemukan gambar diri yang luar biasa yaitu segambar dan serupa dengan ALLAH, sampai tidak bisa jatuh ke dalam dosa.
Perkembangan keserupaan manusia dengan ALLAH itu progresif, menuju kesempurnaan yang memampukan manusia mengalahkan iblis.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Tidak Statis
Bacaan : Kejadian 1 : 26–27
1:26. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Seandainya Adam tidak berbuat dosa, maka melalui perjalanan waktu yang tidak terbatas, manusia akan mengenal dirinya dengan benar. Manusia bisa mencapai keserupaan dengan BAPA dan memahami apa yang baik dan buruk tanpa harus berbuat dosa terlebih dahulu. Tetapi rancangan ini tertunda karena kejatuhannya sehingga ada umat manusia yang mengenal TUHAN dan ada yang tidak; ada yang mengenal TUHAN namun tidak taat kepada TUHAN dan ada juga yang mengenal serta taat pada TUHAN. Sekarang, di dalam dan melalui kehidupan anak-anak ALLAH, BAPA hendak menggenapkan rancangan-NYA kembali, yaitu menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-NYA, dan terus bertumbuh sampai menemukan gambar dirinya dengan benar dan sempurna.
Kata-kata yang digunakan untuk “gambar dan rupa” di dalam teks asli Alkitab yaitu dalam bahasa Ibrani adalah צֶּלֶם (tsélém) dan דְּמוּת (demûth). Tsélém mengacu gambar, dalam arti unsur-unsur dasar yang dimiliki ALLAH juga dimiliki manusia—yaitu pikiran, perasaan, kehendak, kekekalan dan hakikat kerja. Demûth adalah keserupaan yang menunjuk kepada kualitas atas unsur-unsur tersebut.
Dari begitu banyak pandangan mengenai gambar dan rupa ALLAH, terdapat pendapat bahwa pengertian “gambar” adalah keserupaan yang diperoleh sejak penciptaan atau sejak lahir, sedangkan “rupa” menunjuk keserupaan yang diperoleh belakangan. Jadi keserupaan dengan ALLAH yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang statis, melainkan dinamis dan progresif.
Faktanya sudah jelas, yaitu bahwa manusia pertama yang diciptakan memiliki peluang untuk berkembang secara progresif. Manusia tidak diciptakan secara statis, sebab dengan kondisi statis berarti intelektualitas manusia tidak berkembang; tak akan ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun nyatanya intelektual manusia bisa berkembang,
Apabila manusia diciptakan dengan kondisi statis, manusia juga tidak akan mampu mengembangkan dirinya untuk menaklukkan bumi dan mengungguli iblis. Kalau saja manusia memilih taat kepada BAPA, maka proses penyempurnaan akan terus berlangsung, sampai tingkat di mana iblis tidak akan bisa mengunggulinya atau menjatuhkannya. Dalam hal ini jelas sekali, bahwa manusia seharusnya dapat mengalahkan iblis. Jadi mari kita memahami bahwa TUHAN ingin kita kembali ke rancangan BAPA semula, agar manusia mengembangkan diri dan menemukan gambar diri yang luar biasa yaitu segambar dan serupa dengan ALLAH, sampai tidak bisa jatuh ke dalam dosa.
Perkembangan keserupaan manusia dengan ALLAH itu progresif, menuju kesempurnaan yang memampukan manusia mengalahkan iblis.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar