Renungan Harian Virtue Notes, 13 September 2010
Gambar Diri Untuk Masa Akan Datang
Bacaan : 1 Petrus 1 : 18-19
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Gambar diri juga memiliki aspek akan datang (future), yaitu bagaimana seseorang akan membawa dirinya; dapat menjadi apa atau bagaimana dirinya di kemudian hari. Aspek ini sangat dipengaruhi oleh filosofi orang tersebut, dan filosofi ini dibentuk dari proses meniru, yang berlangsung dari generasi ke generasi secara otomatis. Pola pikir dan gaya hidup seseorang umumnya didapatkan dari meniru apa yang sudah dilakukan orang lain dan yang dilihatnya dari lingkungannya. Inilah yang disebut Petrus sebagai “cara hidup yang diwariskan oleh nenek moyang”; suatu proses membangun gambar diri yang yang salah.
Orang berjuang untuk menjadi seseorang seperti yang diidolakannya. Idola manusia pada umumnya adalah orang yang berlimpah harta, berpendidikan tinggi, berpangkat, berpenampilan menarik, cantik atau ganteng dan lain sebagainya. Pada umumnya orang tua juga mendorong anak-anaknya mengidamkan apa yang mereka idolakan. Kalau orang tua mengidolakan profesi dokter, maka anaknya diusahakan untuk menjadi dokter; kalau orang tua mengidolakan sains, maka anaknya didesain untuk menjadi ilmuwan. Dari kecil, setiap anak manusia sudah dijejali obsesi-obsesi dan cita-cita yang berpusat kepada diri mereka sendiri (antroposentris). Gambar diri yang dibangun secara konkret dalam kehidupan ini pada umumnya adalah menjadi sosok yang dikagumi, dipuja dan dihormati manusia lain.
Banyak orang mati dalam dosa dan kegelapan. Tahun-tahun umur hidupnya digunakan untuk membangun gambar diri yang salah. Fokus yang salah ini akan menyeret seseorang untuk hidup dalam kesia-siaan (Pkh. 1:2). Menjadi pintar, kaya, berkedudukan, terhormat, terkenal sebenarnya tidak salah; tetapi patut kita pertanyakan, untuk apa semua itu? Bila kita mengejar prestasi kehidupan ini supaya dikagumi orang lain dan berharap bisa menikmati kebahagiaan, sejatinya itu suatu penyesatan.
Alkitab menyatakan bahwa apa yang dikagumi manusia dibenci oleh ALLAH (Luk. 16:15) dan orang percaya tidak boleh menjadi sama dengan dunia ini (Rm. 12:2). Kita telah ditebus oleh ALLAH dengan darah Kristus yang mahal, sehingga kita menjadi milik-NYA. Berarti aspek akan datang dalam gambar diri pun harus sesuai dengan kehendak-NYA; apa cita-cita kita, ingin menjadi apa kita di kemudian hari, harus kita serahkan hanya untuk kemuliaan-NYA semata-mata. Tanggalkan segala keinginan untuk dikagumi orang lain, tetapi berjuanglah untuk senantiasa memuliakan TUHAN.
Aspek akan datang untuk gambar diri kita harus berfokus kepada kemuliaan ALLAH.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Gambar Diri Untuk Masa Akan Datang
Bacaan : 1 Petrus 1 : 18-19
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Gambar diri juga memiliki aspek akan datang (future), yaitu bagaimana seseorang akan membawa dirinya; dapat menjadi apa atau bagaimana dirinya di kemudian hari. Aspek ini sangat dipengaruhi oleh filosofi orang tersebut, dan filosofi ini dibentuk dari proses meniru, yang berlangsung dari generasi ke generasi secara otomatis. Pola pikir dan gaya hidup seseorang umumnya didapatkan dari meniru apa yang sudah dilakukan orang lain dan yang dilihatnya dari lingkungannya. Inilah yang disebut Petrus sebagai “cara hidup yang diwariskan oleh nenek moyang”; suatu proses membangun gambar diri yang yang salah.
Orang berjuang untuk menjadi seseorang seperti yang diidolakannya. Idola manusia pada umumnya adalah orang yang berlimpah harta, berpendidikan tinggi, berpangkat, berpenampilan menarik, cantik atau ganteng dan lain sebagainya. Pada umumnya orang tua juga mendorong anak-anaknya mengidamkan apa yang mereka idolakan. Kalau orang tua mengidolakan profesi dokter, maka anaknya diusahakan untuk menjadi dokter; kalau orang tua mengidolakan sains, maka anaknya didesain untuk menjadi ilmuwan. Dari kecil, setiap anak manusia sudah dijejali obsesi-obsesi dan cita-cita yang berpusat kepada diri mereka sendiri (antroposentris). Gambar diri yang dibangun secara konkret dalam kehidupan ini pada umumnya adalah menjadi sosok yang dikagumi, dipuja dan dihormati manusia lain.
Banyak orang mati dalam dosa dan kegelapan. Tahun-tahun umur hidupnya digunakan untuk membangun gambar diri yang salah. Fokus yang salah ini akan menyeret seseorang untuk hidup dalam kesia-siaan (Pkh. 1:2). Menjadi pintar, kaya, berkedudukan, terhormat, terkenal sebenarnya tidak salah; tetapi patut kita pertanyakan, untuk apa semua itu? Bila kita mengejar prestasi kehidupan ini supaya dikagumi orang lain dan berharap bisa menikmati kebahagiaan, sejatinya itu suatu penyesatan.
Alkitab menyatakan bahwa apa yang dikagumi manusia dibenci oleh ALLAH (Luk. 16:15) dan orang percaya tidak boleh menjadi sama dengan dunia ini (Rm. 12:2). Kita telah ditebus oleh ALLAH dengan darah Kristus yang mahal, sehingga kita menjadi milik-NYA. Berarti aspek akan datang dalam gambar diri pun harus sesuai dengan kehendak-NYA; apa cita-cita kita, ingin menjadi apa kita di kemudian hari, harus kita serahkan hanya untuk kemuliaan-NYA semata-mata. Tanggalkan segala keinginan untuk dikagumi orang lain, tetapi berjuanglah untuk senantiasa memuliakan TUHAN.
Aspek akan datang untuk gambar diri kita harus berfokus kepada kemuliaan ALLAH.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar