Renungan Harian Virtue Notes, 27 September 2010
Alkitab Harus Menjadi Primadona
Bacaan : 2 Timotius 3 : 1-9
3:1. Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
3:2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3:3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
3:4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
3:5 Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
3:6 Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu,
3:7 yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran.
3:8 Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.
3:9 Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang.
Kehidupan iman orang percaya menghadapi tantangan yang semakin berat pada abad ini. Tantangan itu adalah kehidupan dunia yang semakin fasik, filosofi yang memancarkan spirit tidak takut TUHAN dan tidak memedulikan hukum-NYA. Filosofi itu antara lain materialisme (materi sebagai nilai tertinggi kehidupan), humanisme (menganggap manusia lebih penting daripada segalanya), antroposentrisme (kehidupan yang berpusat kepada diri sendiri), serta berbagai pemikiran modern lainnya yang menggiring orang Kristen semakin jauh dari pola berpikir yang Alkitabiah.
Dunia seperti ini telah menenggelamkan kehidupan iman banyak orang percaya. Banyak perilaku pasangan hidup yang merusak hakikat perkawinan, sehingga angka perceraian dan ketidaksetiaan semakin meningkat tajam. Kondisi ini membuat keluarga-keluarga Kristen tidak memberi perhatian kepada pendidikan rohani karena disibukkan oleh hal-hal tesebut. Nilai-nilai spiritual menjadi terabaikan. Jikalau nilai-nilai spiritual tidak dihargai lagi maka praktik hidup yang tidak sesuai dengan kebenaran TUHAN mewarnai kehidupan, yang pada akhirnya justru dianggap normal dan wajar. Menyedihkan hal yang jahat dan merusak justru dianggap wajar.
Tidak bisa dibantah, dewasa ini banyak orang lebih tertarik kepada layar lebar, tayangan olah raga, sinetron, gaya hidup konsumtif, chatting, hiburan di Internet dan sebagainya, daripada memburu pengenalan akan TUHAN yang tertulis di dalam Alkitab. Orang yang giat menggali kebenaran Firman TUHAN dianggap aneh, ekstrem, kuno, korban indoktrinasi dan sebagainya. Ini terjadi sebab banyak orang Kristen akhir-akhir ini tidak memperlakukan Firman TUHAN secara proporsional. Mereka tidak mengasihi TUHAN, terbukti dengan tidak mengasihi Firman-NYA.
Jadi sekalipun kita anggota jemaat biasa, kita tidak boleh mengabaikan pelajaran Alkitab. Alkitab harus menjadi primadona bacaan bagi kita. Dengan pemahaman mengenai kebenaran TUHAN yang mendalam, kita akan senantiasa waspada sehingga tidak akan menjadi mangsa empuk bagi para pengajar palsu yang sebenarnya sedang menipu jemaat dengan mengatasnamakan “Firman TUHAN” atau “suara TUHAN”. Sebagai orang Kristen, kita harus terus mempelajari kebenaran yang murni dan bertumbuh dewasa di dalam TUHAN. Intelektualitas bukan hanya dikembangkan dalam ilmu-ilmu sekuler, tetapi juga dalam kerohanian kita. Belajar Firman TUHAN harus dilakukan terus-menerus sampai kita menutup mata. Untuk itu kita tidak boleh berpuas diri dengan pemahaman kita saat ini, tetapi kita harus berkembang terus dalam kebenaran.
Jadikan Alkitab primadona bacaan bagi kita agar kita menjadi cerdas.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Alkitab Harus Menjadi Primadona
Bacaan : 2 Timotius 3 : 1-9
3:1. Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
3:2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3:3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
3:4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
3:5 Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
3:6 Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu,
3:7 yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran.
3:8 Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.
3:9 Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang.
Kehidupan iman orang percaya menghadapi tantangan yang semakin berat pada abad ini. Tantangan itu adalah kehidupan dunia yang semakin fasik, filosofi yang memancarkan spirit tidak takut TUHAN dan tidak memedulikan hukum-NYA. Filosofi itu antara lain materialisme (materi sebagai nilai tertinggi kehidupan), humanisme (menganggap manusia lebih penting daripada segalanya), antroposentrisme (kehidupan yang berpusat kepada diri sendiri), serta berbagai pemikiran modern lainnya yang menggiring orang Kristen semakin jauh dari pola berpikir yang Alkitabiah.
Dunia seperti ini telah menenggelamkan kehidupan iman banyak orang percaya. Banyak perilaku pasangan hidup yang merusak hakikat perkawinan, sehingga angka perceraian dan ketidaksetiaan semakin meningkat tajam. Kondisi ini membuat keluarga-keluarga Kristen tidak memberi perhatian kepada pendidikan rohani karena disibukkan oleh hal-hal tesebut. Nilai-nilai spiritual menjadi terabaikan. Jikalau nilai-nilai spiritual tidak dihargai lagi maka praktik hidup yang tidak sesuai dengan kebenaran TUHAN mewarnai kehidupan, yang pada akhirnya justru dianggap normal dan wajar. Menyedihkan hal yang jahat dan merusak justru dianggap wajar.
Tidak bisa dibantah, dewasa ini banyak orang lebih tertarik kepada layar lebar, tayangan olah raga, sinetron, gaya hidup konsumtif, chatting, hiburan di Internet dan sebagainya, daripada memburu pengenalan akan TUHAN yang tertulis di dalam Alkitab. Orang yang giat menggali kebenaran Firman TUHAN dianggap aneh, ekstrem, kuno, korban indoktrinasi dan sebagainya. Ini terjadi sebab banyak orang Kristen akhir-akhir ini tidak memperlakukan Firman TUHAN secara proporsional. Mereka tidak mengasihi TUHAN, terbukti dengan tidak mengasihi Firman-NYA.
Jadi sekalipun kita anggota jemaat biasa, kita tidak boleh mengabaikan pelajaran Alkitab. Alkitab harus menjadi primadona bacaan bagi kita. Dengan pemahaman mengenai kebenaran TUHAN yang mendalam, kita akan senantiasa waspada sehingga tidak akan menjadi mangsa empuk bagi para pengajar palsu yang sebenarnya sedang menipu jemaat dengan mengatasnamakan “Firman TUHAN” atau “suara TUHAN”. Sebagai orang Kristen, kita harus terus mempelajari kebenaran yang murni dan bertumbuh dewasa di dalam TUHAN. Intelektualitas bukan hanya dikembangkan dalam ilmu-ilmu sekuler, tetapi juga dalam kerohanian kita. Belajar Firman TUHAN harus dilakukan terus-menerus sampai kita menutup mata. Untuk itu kita tidak boleh berpuas diri dengan pemahaman kita saat ini, tetapi kita harus berkembang terus dalam kebenaran.
Jadikan Alkitab primadona bacaan bagi kita agar kita menjadi cerdas.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar