Renungan Harian Virtue Notes, 1 Desember 2010
Kebaikan Karena Kasih
Bacaan: 1 Korintus 13: 1-13
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih , aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Apakah kebaikan itu? Ternyata kebaikan itu bisa relatif, sebab apa yang baik menurut seseorang belum tentu baik menurut orang lain dan apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Tuhan. Dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus menuliskan tentang kasih. Apa pun yang kita lakukan, jika tanpa kasih, adalah sia-sia (ay. 1–3).
Kita mungkin heran, jika dituliskan bahwa orang yang sudah berkorban begitu banyak seperti membagi-bagikan segala yang ada padanya, bahkan menyerahkan tubuhnya untuk dibakar (ay. 3), atau dikhianati tetapi tidak membalas, bahkan terus melakukan kebaikan, tanpa kasih itu sia-sia. Jadi mungkin orang itu tidak memiliki kasih, padahal dengan mudah orang pasti mengatakan bahwa orang yang berkorban seperti itu memiliki kasih. Jika demikian, apa itu kasih?
Dalam 1Yoh. 4:16 ditulis bahwa Allah itu kasih. Berarti kasih adalah semua perbuatan atau tindakan, termasuk sikap batin yang selaras dengan kehendak Allah. Jika di luar standar ini, berarti bukan kasih. Maka perbuatan baik yang sangat menakjubkan belum tentu bisa dikatakan kasih, sebab hanya perbuatan baik yang berangkat dari hati Tuhan yang bisa disebut kasih.
Tidak perlu heran jika ada orang non-Kristen yang bisa melakukan kebaikan yang luar biasa, sebab kebaikan bukan hanya dimiliki orang Kristen. Tuhan menaruh taurat-Nya dalam hati setiap orang (Rm. 2:14–15), termasuk orang non- Kristen. Itulah sebabnya banyak orang non Kristen dapat berbuat baik tanpa jemu, bahkan tampaknya melebihi orang Kristen rata-rata. Mereka berusaha merumuskan kebaikan dan melakukannya, sehingga menjadi irama yang menyatu dalam hidup mereka. Tetapi bagaimanapun, kebaikan mereka bukanlah kebaikan standar Allah.
Kebaikan standar Allah adalah sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Sempurna seperti Bapa berarti segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan keinginan Bapa. Letak perbedaan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya bukan pada bentuk perbuatan, tetapi siapa yang mengomandoi melakukan kebaikan itu. Maka kita harus mengerti benar kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2). Kita harus terus-menerus melatih kepekaaan untuk mengerti kehendak Tuhan dengan akurat. Sebenarnya inilah tujuan dari keselamatan yang Tuhan kerjakan, agar kita menjadi umat yang hidup dalam penurutan terhadap kehendak dan rencana-Nya sepenuhnya. Hidup ini hanya untuk memuaskan hati Tuhan dan menggenapi rencana-Nya.
Hanya perbuatan baik yang berangkat dari hati Tuhan yang bisa disebut kasih.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar