RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Menghakimi Dengan Adil

Renungan Harian Virtue Notes, 30 Nopember 2010

Menghakimi Dengan Adil



Bacaan: Matius 7: 1-5


7:1. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."



Mau tidak mau, menyuarakan kebenaran yang murni berarti berbenturan dengan ajaran yang melawan kebenaran Alkitab. Saat itu terjadi, tak jarang kita mendengar orang menentang dengan berkata, “Saudara tidak punya hak menghakimi kami. Dalam Mat. 7:1, Tuhan Yesus juga melarang orang menghakimi. Ia tidak menghakimi siapa pun.” Anehnya, kalau Tuhan Yesus melarang orang menghakimi sama sekali, mengapa masih di pasal yang sama (ay. 22–23) Ia sendiri menghakimi?


Kita harus tahu, bahwa penghakiman yang dilarang Tuhan adalah penghakiman yang tidak adil. Tidak adil berarti dua hal. Pertama, tidak menggunakan ukuran yang benar. Memang manusia pada umumnya menghakimi orang lain dari apa yang tampak, sebab kita tidak tahu apa yang ada di hati orang lain. Dan seperti contoh konkret orang Farisi, tidak jarang orang sengaja mengekspos kesalahan orang lain, sehingga ia terlihat baik (Luk. 18:9–14). Tuhan memperingatkan bahwa itu keliru, dan apa yang kita tabur akan kita tuai (ay. 2).


Kedua, munafik. Maksudnya, kita mengatakan orang lain bersalah, padahal kita sendiri tidak sadar bahwa kesalahan yang sama ada dalam diri kita (ay. 3–5). Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri dulu, agar kita bertobat terlebih dahulu. Setelah bertobat dan memperbaiki diri kita sendiri, maka kita dapat membantu orang lain memperbaiki kesalahan mereka.


Maka menghakimi dengan adil bukanlah sesuatu yang dilarang, sebab Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Janganlah menghakimi menurut apa yang tampak, tetapi hakimilah dengan adil.” (Yoh. 7:24). Seperti apakah menghakimi yang adil itu? Ia menjelaskannya dalam Yoh. 5:30, “Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”


Berarti menghakimi dengan adil hanya dapat dilakukan jika kita menuruti kehendak Allah, yang hanya dapat ditemukan di Alkitab. Jika kita memahami Firman Tuhan, maka kita menghakimi bukan berdasarkan pemahaman akali belaka, selera suka dan tidak suka, atau sekadar apa yang tampak, melainkan seperti dalam pikiran dan perasaan Kristus, standarnya ialah kesesuaian dengan kehendak Allah.


Teruslah berpegang kepada Firman yang murni dan jangan takut menyingkapkan dosa dan kepalsuan, dengan motivasi yang benar agar jiwa-jiwa yang terhilang dapat diselamatkan. Tuhan Yesus telah menunjukkan bahwa jika kita mengikuti jalan-Nya yang benar, maka kita dapat menghakimi dengan adil.



Menghakimi dengan adil adalah yang sesuai dengan kehendak Allah.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger