Renungan Harian Virtue Notes, 19 Nopember 2010
Mengubah Cara Pandang
Bacaan: Matius 6: 22-23
6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
6:23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Seseorang yang mau mengikut Tuhan Yesus harus melepaskan dirinya dari segala miliknya, artinya tidak terikat dengan percintaan dunia. Dunia harus dianggap tidak berarti dibanding dengan keselamatan yang Tuhan berikan. Orang yang hanyut dalam kenikmatan dunia adalah orang-orang yang matanya tertutup oleh keindahan dunia sehingga tidak dapat mengenali kebenaran. Kebenaran hanya dipahami oleh orang yang matanya bersih, tidak tertutupi oleh keinginannya memiliki dunia ini; tidak ada orang yang materialistis bisa mengenal kebenaran.
Tuhan Yesus bersabda bahwa mata adalah pelita tubuh. Kalau mata jahat,maka gelaplah seluruh tubuh. Kata “jahat” di sini aslinya ditulis πονηρός (ponērós) yang juga berarti “sakit” atau “berdosa”. Kalau mata sakit, yang dilihatnya salah. Kalau cara memandang hidup sudah salah, maka tidak mungkin orang itu bisa diperbaiki. Bila mata hati seseorang tertutup, memang beberapa perbuatan yang salah dalam hidupnya masih dapat diperbaiki, tetapi cara hidupnya secara keseluruhan tidak bisa diubah, sebab hidupnya masih gelap. Tetapi kalau mata hati terbuka, maka seluruh filosofi dan cara hidupnya bisa diubah.
Dalam kesempatan lain, Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa mutiara tidak bisa diberikan kepada babi dan barang kudus kepada anjing (Mat. 7:6). Ini merupakan kelanjutan dari seruan-Nya kepada orang-orang munafik yang melihat selumbar (serpihan kayu) di mata orang lain tetapi tidak menyadari bahwa di matanya sendiri ada balok (Mat. 7:3–5). Perkataan Tuhan Yesus dalam kedua kesempatan ini bukanlah mata secara fisik, tetapi berbicara mengenai cara pandang dan pengertian. Balok harus dibuang, barulah seseorang mengenal kebenaran. Bila tidak, ia dibutakan oleh balok itu; mata hatinya tertutup, sehingga menjadi seperti hewan—babi atau anjing—yang cara pandangnya berbeda dengan
manusia.
Jadi yang dimaksud Tuhan Yesus ini sesungguhnya adalah bahwa yang patut menerima kebenaran adalah mereka yang bisa diajak menjadi manusia yang berkualitas manusia seperti yang dikehendaki Tuhan, bukan manusia yang masih mempunyai cara pandang bagaikan hewan, yang hanya mengejar hal-hal duniawi. Kalau kita masih menjadikan harta dunia sebagai tujuan, niscaya kita tak bisa mengenal kebenaran dan akibatnya kita tidak akan pernah menjadi manusia seperti yang Tuhan kehendaki. Ubahlah cara pandang kita sekarang juga; menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya tujuan dan pujaan hidup, segala-galanya dalam hidup ini. Kita harus bertobat dari cara hidup yang salah dengan menanggalkan beban dan dosa, bukan sekadar bertobat dari perbuatan yang salah.
Perubahan cara pandang adalah syarat mutlak untuk pertobatan dari cara hidup yang salah.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar