Renungan Harian Virtue Notes, 16 Nopember 2010
Menanggalkan Warisan Nenek Moyang
Bacaan: 1 Petrus 1: 18-19
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Dua halangan menghadang orang percaya yang belajar menggumuli identitas imannya. Pertama, dirinya sendiri yang sudah terbiasa dengan cara hidup yang diwarisi dari nenek moyangnya yang salah namun telah terekam dengan kuat. Kedua, pengaruh dunia yang jahat dengan kekuatan kuasa kegelapan di baliknya.
Seorang anak Tuhan bukan hanya melihat pertentangan dalan dirinya, tetapi juga cara hidup anak-anak Tuhan yang paradoksal dengan cara hidup anak-anak dunia. Secara lahiriah barangkali tidak tampak; tetapi sikap hati dan pola berpikir anak-anak Tuhan berbeda sekali. Anak-anak Tuhan yang memahami hal ini pasti mengalami beratnya pergumulan tersebut. Yang terberat adalah mengubah sikap hati dan pola berpikir kita, yang ditandai dengan hati yang tertaruh di dalam Kerajaan Bapa di Surga. Tanpa mengubah pola pikir untuk menanggalkan cara hidup warisan nenek moyang, sesungguhnya seseorang tidak pernah diselamatkan.
Yang dimaksud dengan cara hidup warisan nenek moyang kita adalah cara hidup yang dianggap wajar dan layak oleh manusia pada umumnya. Umumnya orang mengagung-agungkan hal-hal fana yaitu kekayaan duniawi dan melakukan segalanya untuk mengejarnya. Tetapi anak Tuhan tidak boleh demikian. Sesungguhnya ini tidak diukur dari apa yang tampak secara lahiriah, tetapi dari sikap hati dan pola berpikirnya. Dari penampilan lahiriah, hampir tak tampak bedanya, sebab kita bertobat dari cara hidup yang salah, bukan perbuatan yang salah.
Pertobatan dari cara hidup yang salah berorientasi pada manusia batiniah. Orang yang bertobat dari cara hidup yang salah tidak perlu beralih profesi—selama profesi tersebut tidak melanggar etika kehidupan—tidak perlu meninggalkan aktivitasnya dalam berkarier, berumah tangga dan lain sebagainya. Tetapi yang diubah adalah motivasi hidupnya, sebab dalam melakukan semua kegiatan hidup ini, telah terpancang tujuan akhir kita: Untuk setia mempertanggungjawabkan iman kita sebagai anak Tuhan, sebagai miliknya Tuhan.
Jadi kita harus mewaspadai ajaran-ajaran yang menyesatkan domba-domba Tuhan ke tujuan duniawi seperti keberhasilan duniawi, fasilitas duniawi, dan kebebasan dari masalah duniawi. Anak-anak Tuhan tetap harus bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik dalam keluarga dan pekerjaannya. Tetapi motivasinya bukan untuk mengejar keberhasilan duniawi, bukan pula agar anak-anak kita mencapai cita-cita duniawi kita dan dapat kita banggakan. Motivasi kita adalah untuk setia mempertanggungjawabkan iman kita sebagai anak Tuhan dan mencapai target yang dicanangkan Roh Kudus yaitu menjadi sempurna sama seperti BAPA sempurna; sebab seorang yang bertanggung jawab dalam kehidupan imannya pasti bertanggung jawab dalam kehidupan umumnya (pekerjaan, keluarga, pendidikan, dsb). Kita setia berjalan dalam pimpinan-Nya menuju tujuan tersebut.
Menanggalkan cara hidup warisan nenek moyang berarti mengubah motivasi hidup kita.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar