Renungan Harian Virtue Notes, 21 Nopember 2010
Memahami Perkataan TUHAN
Bacaan: Yohanes 8: 43; Matius 18: 3
Yohanes 8: 43
8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
Matius 18: 3
18:3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Ibarat radio, kita harus memiliki kemampuan menangkap siaran Tuhan dalam frekuensi yang tepat. Di zaman Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi tidak mampu memahami perkataan Tuhan sebab mereka tidak memiliki frekuensi yang sama (in tune) dengan Tuhan. Demikian pula kita bisa melihat hari ini banyak orang beragama Kristen, tetapi tidak mengenal kebenaran Tuhan sebab frekuensinya berbeda. Menyedihkan sekali, tetapi inilah faktanya.
Dalam Yoh. 8:43, bahasa Tuhan atau ucapan Tuhan (λαλιά, laliá) artinya jiwa atau nafas dari kebenaran yang Tuhan ajarkan; cara berpikir Tuhan. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang tua memarahi anaknya dengan berkata, “Kamu tidak mengerti apa yang orang tua mau. Kamu mendengar nasihat, tetapi tidak mengerti”. Tidak mengerti bukan berarti tidak mendengar. Mereka mendengar, tetapi mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Banyak orang seperti ini: mendengar Firman tetapi tidak mengerti atau tidak mau mengerti.
Tidak sedikit orang yang melayani Tuhan tetapi tidak tahu bahasa Tuhan, dan juga tidak berusaha tahu kebenaran Tuhan. Mereka tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh sehingga ketinggalan jauh. Contohnya, Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya bahwa Rohlah yang memberi hidup, dan daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan Tuhan adalah roh dan hidup. Ini maksudnya pemahaman bahwa perkataan Tuhan itu menekankan hal-hal sorgawi; tidak ada unsur keduniawiannya. Jadi orang yang masih berpikiran duniawi tidak akan dapat mengerti apa yang diajarkan Tuhan. Orang yang mau mengerti bahasa Tuhan harus mau membuka pikirannya selebar-lebarnya dan menanggalkan segala pola pikir yang lama, yaitu pola pikir yang berbasis pada kehidupan dunia hari ini.
Untuk mengerti perkataan Tuhan, kita tidak boleh merasa sudah tahu (Mat. 18:3). Orang yang masih mau mempertahankan konsep-konsep hidupnya yang lama dan tidak bersedia menjadi seperti anak-anak pasti tidak bisa diajar oleh Tuhan. Kita harus menjadi seperti παιδίον (paidíon), yaitu anak kecil yang bisa dididik. Kata “bertobat” dalam teks ini adalah στρέφω (stréfō), artinya berbalik arah.
Maka untuk mengerti perkataan Tuhan, kita harus mau berbalik dan menjadi paidíon, anak kecil yang mau dididik. Kita harus mengalami terobosan sehingga mengerti bahasa Tuhan; dan setelahnya kita pasti tercandui kebenaran, mengagumi kebenaran dan mau terus-menerus mengerti lebih dalam lagi.
Untuk mengerti perkataan Tuhan, kita harus mau berbalik dan menjadi seperti anak kecil yang mau dididik.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar