Renungan Harian Virtue Notes, 9 Nopember 2010
Bukan Dari Daging
Bacaan: Yohanes 1:13
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Adalah fakta bahwa manusia diperanakkan (dilahirkan) dari manusia lain; dan manusia yang dilahirkan itu mewarisi watak dan karakter orang tuanya. Jika orang tuanya pemarah, sang anak akan mewarisi karakter pemarah; dan jika orang tuanya berkarakter lemah lembut, sang anak pun akan mewarisi karakter lemah lembut. Pada zaman penggenapan ini, orang harus memilih, apakah ia hanya akan menjadi orang yang diperanakkan dari darah dan daging orang tuanya saja, atau juga menjadi manusia yang diperanakkan oleh Allah.
Merupakan suatu anugerah yang luar biasa jika kita bisa diperanakkan oleh Allah. Dan ini bukan sesuatu yang otomatis terjadi. Ay. 13 ini menunjukkan kehidupan orang-orang Kristen yang melalui proses diperanakkan oleh Allah. Sebagaimana seorang manusia yang diperanakkan oleh manusia memiliki watak dan karakter orang tuanya, demikian juga kita yang diperanakkan oleh Allah memiliki watak dan karakter Allah—kepribadian Allah. Luar biasa! Bagaimana proses ini terjadi? Karena kenyataannya tidak sedikit orang Kristen yang wataknya lebih buruk daripada orang non-Kristen.
Mari berpikir secara jujur dan menganalisis kenyataan ini. Orang-orang Kristen seperti itu adalah orang-orang yang tidak menerima Yesus dengan benar. Apa maksud menerima Yesus dengan benar itu? Mari kita ambil contoh sepasang manusia yang diberkati di gereja dalam ibadah peneguhan nikah. Ketika mereka mengucapkan janji nikahnya, sang mempelai pria berkata, “Aku menerima engkau sebagai istriku….” Dan sebaliknya. Apakah itu berarti mereka sudah saling menerima dengan benar? Ternyata belum, karena menerima satu sama lain ternyata tidak cukup hanya dengan satu kalimat janji. Tetapi waktulah yang akan membuktikan janji nikah mereka itu, apakah penerimaan mereka satu sama lain benar atau tidak.
Pada saat kita berkata, “Yesus, aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamatku”, apakah ini cukup? Sebagaimana pasangan suami istri di atas, waktulah yang akan membuktikan kesungguhan kita dalam menerima-Nya. Injil akan mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita memperlakukan Tuhan Yesus Kristus. Apakah kita menerima-Nya sebagai Juruselamat jiwa, atau Juruselamat ekonomi? Sebagai Majikan Agung, atau sebagai jongos—pesuruh yang kita panggil hanya pada saat kita memerlukannya? Tentu untuk ini kita harus belajar terus mengenal-Nya dan menerima Dia dalam seluruh keberadaan-Nya.
Waktu akan membuktikan kesungguhan kita dalam menerima Yesus.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar