RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Kuberikan Hatiku

Renungan Harian Virtue Notes, 9 Desember 2010

Kuberikan Hatiku



Bacaan: Matius 6: 9-13


6:9. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,

6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;

6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)



“Kub’rikan hatiku dan jiwaku, semuanya bagi-Mu”, demikian kata-kata dalam sebuah lagu rohani. Memang kita sering mengucapkan kata “hati”, tetapi mungkin kita tidak memahami apa yang dimaksud dengan kata tersebut. Secara harfiah, dalam bahasa Indonesia “hati” menunjuk organ vital di dalam tubuh manusia yang terletak di bagian kanan atas rongga perut yang berfungsi sebagai penyerap sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Namun dalam bahasa asing, yang dimaksud bukan hati yang itu, melainkan jantung (Inggris: heart; Yunani: καρδία, kardía; Ibrani: לֵב , lêb) yang memompa darah ke seluruh tubuh.


Tetapi dalam pembicaraan Kristen, umumnya kalau seseorang menyebut kata “hati”, tidak bermaksud hendak menunjuk organ tubuh, melainkan secara figuratif hendak menggambarkan keadaan manusia batiniah atau rohaniahnya, yaitu bagian hidup manusia yang tidak kelihatan. Seperti kita ketahui, setiap kita terdiri atas manusia lahiriah atau fisik yang kelihatan, dan manusia batiniah yang tidak kelihatan.


Hati juga sering dipahami sebagai inti dari pribadi seseorang. Kalau berbicara mengenai hati seseorang, maka itulah diri orang itu, wataknya, sifat dan karakternya. Itulah sebabnya bila orang berkata seseorang hatinya jahat atau hatinya baik, maksudnya adalah orang tersebut sifatnya baik, atau sifatnya jahat. Dengan demikian hati adalah representasi dari diri dan kehidupan seseorang, perwakilan dari kehidupan seseorang.


Dalam Alkitab, hati sering digunakan untuk mewakili jiwa manusia. Dalam bahasa Ibrani, kata “jiwa” adalah נֶפֶשׁ (néfésh), yang sejajar dengan ψυχή (psykhé) dalam bahasa Yunani. Dalam jiwa, bukan hanya ada perasaan dan pikiran, tetapi juga kehendak atau keinginan. Jadi hati bisa mewakili bagian diri seseorang yang memuat keinginan atau tempat dimana kehendak seseorang berada atau berasal.


Maka kalau seseorang berkata “Kuberikan hatiku,” memang itu berarti “Kuserahkan hidupku,” tetapi jangan lupa, di dalam hidup, nyawa atau jiwa kita ada kehendak atau keinginan yang merupakan motor penggerak tindakan kita. Sebagai makhluk berkehendak bebas, inilah yang paling sulit kita serahkan kepada Tuhan.


Pahamilah “Kuberikan hatiku” sebagai “Kuserahkan kehendakku,” dan kita pun dapat menghayati kalimat dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga.” Kita harus belajar menyerahkan hati kita, artinya menyerahkan kehendak kita kepada Bapa di Surga, dan mengenakan kehendak-Nya sebagai gantinya.



Dengan mengatakan “Kuberikan hatiku”, kita harus belajar mengatakan “Kuserahkan kehendakku”.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger