Rabu, 21 April 2010
Bacaan : Roma 7 : 14-25
7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. 7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 7:16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. 7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. 7:21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 7:22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 7:25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Manusia yang berdosa adalah manusia yang sakit. Bukan sakit karena virus atau bakteri, tetapi manusia yang sakit sebab tidak bisa diajak menuruti kehendak BAPA. Rohnya menjadi lemah atau sakit, artinya walaupun memiliki penurutan atau kerelaan kehendak BAPA, tetapi karena sakit, maka manusia itu tidak melakukan kehendak BAPA. Rasul Paulus mengatakan ini sebagai "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat 14). Dalam ayat 24, ia menjerit, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" "Tubuh maut" artinya keinginan daging yang mendominasi atau menguasai kehidupan sehingga selalu melanggar kehendak BAPA.
Hanya Yesus Kristuslah yang sanggup melepaskan kita dari tubuh maut itu (ayat 25). Melalui proses keselamatan dalam Yesus Kristus, kita dikembalikan kepada keadaan semula sebelum manusia jatuh dalam dosa, di mana roh dari ALLAH dalam diri manusia mendominasi kehidupan.
Kalau hanya mau menjadi manusia yang baik di mata orang laim, cukuplah budi pekerti memberi tuntunan. Tetapi itu tidak serta merta membuat manusia itu sembuh dari sakitnya. Tanpa Yesus, ia masih dikuasai daging. Sekalipun ia berbudi pekerti baik, ia tetap tidak mungkin menjadi manusia yang berkenan kepada ALLAH (Roma 8 : 8). Orang yang tidak dalam pimpinan Roh ALLAH berarti dalam pimpinan daging. Roh yang ditempatkan ALLAH dalam diri kita menerima bimbingan, pimpinan, perintah dari Roh ALLAH, sehingga jiwa kita (tempat kesadaran) tempat roh dari ALLAH berada, dengan kesadaran penuh mengambil keputusan untuk melakukan kehendak TUHAN. TUHAN Yesus mengatakan bahwa roh yang dari ALLAH yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan TUHAN kepada orang percaya adalah roh dan hidup (Yohanes 6 : 63). Maka jika roh kita ingin dihidupkan dan semakin dewasa, kita harus mengonsumsi Firman-NYA setiap hari (Matius 4 : 4) dan memelihara persekutuan yang erat dan melekat dengan ALLAH.
Jadi sejatinya orang yang sakit itu tidak memiliki pengertian yang benar terhadap kebenaran, sehingga rohnya tidak bisa dihidupkan atau dikuatkan untuk menguasai kehidupannya. Namun orang yang sakit itu bisa menjadi sehat jika orang itu rela menerima TUHAN Yesus dan rela dikuasai-NYA, sehingga IA membangkitkan roh orang tersebut dan melepaskannya dari dominasi daging. Ingat, TUHAN Yesus membebaskan kita dari keinginan daging, bukan malah sebaliknya memuaskan keinginan daging kita. Datanglah kepada-NYA, dan relakan diri disekolahkan menjadi murid Yesus, agar jiwa kita diperbarui terus menerus oleh Firman TUHAN yang benar, sehingga roh kita semakin kuat. Hasilnya, kita akan semakin berkenan di hadapan BAPA, sebab itu diukur dari sejauh mana seseorang mengerti kehendak BAPA sampai tingkat sempurna (Roma 12 : 2).
0 komentar:
Posting Komentar