Jum'at, 2 April 2010
Bacaan : Yohanes 4 : 10-14; Yohanes 6 : 35
Orang yang menyadari bahwa segenap hidupnya milik TUHAN dan bersedia dipakai oleh TUHAN akan memiliki hati yang merasa puas dengan apa yang ada padanya. Sebab yang penting bukan berapa banyak yang dimiliki, tetapi seberapa efektif yang ada padanya dipergunakan bagi TUHAN.
TUHAN Yesus menyatakan bahwa diri-NYA adalah Roti Hidup dan Air Hidup. Siapa yang datang kepada-NYA dan percaya kepada-NYA tidak akan lapar dan haus lagi. Jadi inilah jawaban terhadap sifat manusia yang tidak pernah puas atas apa pun yang ada padanya. Sesungguhnya kepuasan itu kita peroleh setelah kita mereguk Air Hidup itu. Jadi kalau kita mengaku Kristen tetapi masih serakah, pertanyakanlah diri kita sendiri, sudahkah kita mereguk Air Hidup itu?
Untuk menghayati kecapan manisnya Air Hidup itu, kita harus terus belajar kebenaran dan melatih diri kita. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam hal ini. Pertama, kita tidak perlu membanding-bandingkan apa yang ada pada kita dengan orang lain. Toh semua yang ada pada kita adalah milik TUHAN dan harus kita pergunakan untuk kepentingan-NYA. Orang yang suka membanding-bandingkan miliknya dengan orang lain adalah orang yang tidak bersyukur dengan yang telah TUHAN percayakan kepadanya. Paling konyol adalah ketika ia menganggap TUHAN tidak adil atas pembagian yang dilakukan-NYA.
Kedua, kita tidak boleh mengingini milik orang lain. Kita menyadari bahwa yang TUHAN percayakan kepada kita berbeda dengan yang TUHAN percayakan kepada orang lain, dan semuanya pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada-NYA. Karena itu bertanggungjawablah atas apa yang ada pada kita sendiri.
Ketiga, kita tidak perlu membanggakan apa yang ada pada kita demi kehormatan dan kemuliaan kita sendiri. Jika kita mengorbankan harta kita untuk pekerjaan TUHAN, menggunakan waktu kita atau hal-hal lain untuk pelayanan, tidak layak kita merasa berjasa, dan tidak perlu kita menuntut penghargaan atau pengakuan, sebab melakukan sesuatu bagi pekerjaan TUHAN bukan merupakan suatu pemberian kepada-NYA, melainkan pengembalian.
Terakhir, kita pasti bersedia menerima pengendalian TUHAN dalam pengelolaan apa yang ada pada kita. Untuk apa harta kita atau waktu kita, terserah TUHAN. Dengan melatih diri melakukan hal-hal ini, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak puas dengan apa yang ada pada kita, sebab aliran air hidup akan mengalir dari dalam hati kita sehingga kita tidak akan haus lagi.
0 komentar:
Posting Komentar