Renungan Harian Virtue Notes, 17 Maret 2011
Sikap Hati Yang Benar
Bacaan: Galatia 3: 6-7
3:6. Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
3:7 Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.
Abraham percaya kepada Allah, dan Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Percaya dalam bahasa asli Alkitab adalah πιστεύω (pistévō), yang bisa juga berarti “memercayakan diri kepada” atau “berserah kepada”. Mengapa Abraham bisa berserah kepada Allah? Karena ia mengerti kehendak Allah yang disabdakan-Nya langsung kepada Abraham. Bagaimana kita bisa berserah kepada Allah? Karena kita mengerti kehendak-Nya.
Tanpa mengerti kehendak Tuhan, tidak bisa kita mengatakan percaya kepada-Nya, karena itu berarti kepercayaan kita tanpa dasar. Maka untuk mengerti kehendak Tuhan, kita harus mengenal Tuhan dan mempelajari Firman-Nya. Roh Kudus ingin berbicara kepada kita untuk memberitahukan kehendak Allah, tetapi suara-Nya yang benar akan menggemakan Firman Tuhan. Jangan berharap kita bisa mendengar suara-Nya tanpa mengerti Firman-Nya.
Firman Tuhan yang murni harus dikejar dan dipelajari sebanyak-banyaknya, dimengerti serta dilakukan. Ini sangat penting, sebab Firman Tuhan itulah yang melahirkan baru seseorang (1Ptr. 1:23). Orang yang serius mau berurusan dengan Tuhan demi keselamatan jiwanya akan berusaha mempertaruhkan apa pun yang dimilikinya demi memahami kebenaran Firman Tuhan.
Mengerti kebenaran Firman Tuhan tidak cukup hanya dengan membaca Alkitab saja, tetapi membutuhkan sikap hati yang benar. Pertama, kita harus bersedia merendahkan diri di hadapan Tuhan, selalu merasa miskin di hadapan-Nya (Mat. 5:3). Artinya menyadari bahwa keadaan kita belum seperti yang Tuhan kehendaki.
Kedua, kita harus selalu merasa haus dan lapar akan kebenaran (Mat. 5:6). Kebenaran Allah selalu kita dambakan, dan kita selalu mengejar kesucian hidup. Dengan itu kebutuhan jasmani akan selalu terasa tercukupi.
Ketiga, kita harus meninggalkan dosa mamonisme (Luk. 16:11). Untuk mengerti Firman Tuhan yang dapat memberi kelahiran baru, kita harus meninggalkan percintaan dunia dan materialisme. Kebenaran yang murni tidak dapat dipahami oleh orang yang masih materialistis, sebab semua diarahkannya kepada pemenuhan kebutuhan jasmani sehingga buta terhadap makna sebenarnya yang lebih agung.
Perlu diakui, memiliki sikap hati ini tidak mudah, tetapi kita tahu, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Jika kita mau melepaskan semuanya seperti Paulus (Flp. 3:7–10), maka kita memperoleh Kristus. Inilah respons yang benar untuk menyambut anugerah Allah.
Sikap hati yang benar dibutuhkan untuk mengerti kebenaran Firman Tuhan.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar