Minggu, 28 Maret 2010
Apabila kita mau membeli rumah atau barang lain, memilih sekolah, mencari jodoh, pekerjaan, dan sebagainya, apa dasarnya? Biasanya itu dari selera, pertimbangan, dan keinginan kita sendiri. Berarti yang kita lakukan itu di bawa pengaturan kita sendiri. Tanpa sadar, jika terus seperti itu, kita bisa disesatkan oleh roh-roh jahat, sehingga tidak mengalami rencana ALLAH yang digenapi dalam hidup kita.
Menyedihkannya, banyak orang tidak mau mendiskusikan rencana-rencana, cita-cita dan keinginan-keinginan hatinya dengan TUHAN. Di lingkungan gereja, masih didapati segudang program yang dirancang tanpa persetujuan ALLAH. Ternyata mendengar suara TUHAN sudah digantikan sistem lain yang dianggap lebih canggih, yaitu pola kerja berdasarkan pikiran manusia. Memang di dunia modern ini, orang sangat mengagungkan pikiran manusia. Mereka mengatakan, apa yang dipikirkan pasti terjadi, dan karena hukum tarik-menarik (law of attraction), alam semesta akan membantu mewujudkannya. TUHAN menentang hal ini, sebab ini menempatkan manusia sebagai pusat -bukan TUHAN- dan sejatinya ini suatu kesombongan.
TUHAN menginginkan kita rendah hati dan mengakui kedaulatan-NYA sebagai TUHAN Semesta Alam yang menentukan segala sesuatu. Ini diukur juga dari sejauh mana kita melibatkan TUHAN dalam perencanaan kita. Yakobus menasihati agar kita tidak melupakan TUHAN dalam perencanaan kita (Yakobus 4 : 13-17).
Kita harus selalu memohon pimpinan TUHAN dalam seluruh hidup kita, agar apa yang kita lakukan sesuai dengan kehendak-NYA. Memang kita tidak perlu selalu bertanya, "TUHAN, bolehkah saya beli barang ini?" Dan karena kita bukan robot, juga tidak perlu menunggu suara TUHAN yang terdengar secara audibel, "Wahai anak-KU, belilah roti yang coklat itu, jangan yang keju." Tetapi dengan mengerti kebenaran Firman TUHAN dan berhasrat dengan sungguh-sungguh mau menyenangkan hati TUHAN, kita akan memiliki kepekaan untuk membedakan apakah suatu yang kita lakukan sesuai kehendak-NYA atau tidak, sebab IA akan menunjukkan jalan-jalan-NYA (Yesaya 2 : 3-4).
Yang menyulitkan kita mengerti kehendak TUHAN adalah kita sendiri, yang telah memplot apa yang kita ingini. Dengan itu pastilah kita makin sulit menangkap atau makin bingung mengerti apa kehendak TUHAN. Sebaliknya, semakin kita memiliki kesediaan berserah kepada kehendak TUHAN dan berkerinduan menyenangkan hati-NYA, semakin kita peka terhadap apa yang TUHAN kehendaki. Oleh sebab itu, mulailah mengawali rencana kita dengan kalimat, "Jika TUHAN menghendakinya."
0 komentar:
Posting Komentar