Renungan Harian Virtue Notes, 15 Agustus 2011
Froneo
Bacaan: Filipi 2: 5
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
Menyangkal diri adalah melepaskan pola berpikir, filosofi dan cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sebagai gantinya, kita bersedia dan berusaha mengenakan pikiran dan perasaan Kristus. Dalam teks aslinya, kata “menaruh pikiran dan perasaan” sebetulnya hanya satu kata yaitu φρονέω (fronéō), yang artinya “menggunakan pikiran”, “sangat tertarik kepada sesuatu”. Jadi kalau Firman Tuhan menghendaki kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus, artinya kita berpola pikir seperti Tuhan Yesus dan memiliki ketertarikan yang serius terhadap objek tertentu sama seperti Tuhan Yesus.
Apakah sesuatu yang menarik bagi-Nya itu? Jawabannya adalah “melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Jadi kalau Allah menghendaki kita untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maksudnya adalah agar orang percaya memahami dan melakukan apa pun yang dikehendaki Allah Bapa. Tanpa memiliki pikiran dan perasaan Kristus, kita hanya bisa mengerti dan melakukan apa yang baik menurut diri kita sendiri. Padahal kita harus mengerti apa yang baik, yang dikenan dan yang sempurna menurut Bapa, sehingga pada akhirnya tujuan menyangkal diri adalah mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan dan secara konsisten hidup di dalamnya.
Pada umumnya orang sudah terbiasa dengan pola hidup yang diwarisinya dari nenek moyangnya, yaitu mengejar apa yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Anak-anak akan tertarik terhadap apa yang diminati orang tua dan lingkungannya. Kalau orang tuanya buta kebenaran dan lingkungannya fasik, maka gairah hidup fasik akan menyeretnya ke dalam kebinasaan abadi. Setelah mengenal Tuhan Yesus, cara hidup yang salah itu harus ditanggalkan. Itulah maksud penebusan oleh darah Tuhan Yesus (1Ptr. 1:18–19). Hal-hal yang dahulu merupakan kesenangan dan kepuasan kita dan memberi nilai dalam kehidupan kita harus kita anggap sampah (Flp. 3:7–9).
Menganggap hal yang dahulu berharga sebagai sampah harus kita lalui dalam proses penyangkalan diri. Setelah mengenal kekayaan dalam Kristus Yesus, maka semua yang dahulu merupakan keuntungan bagi kita sekarang kita anggap rugi dan tidak bernilai lagi. Dengan demikian barulah kita bisa mengikut Sang Majikan Agung kita. Bila tidak, dengan segala kebanggaan dan kesenangan yang masih melekat di dalam diri kita, kita tidak bisa sejalan dengan Majikan Agung. Untuk bisa berjalan seirama dengan-Nya, mau tidak mau kita harus menyangkal diri.
Memiliki pikiran dan perasaan Kristus artinya berpola pikir seperti Tuhan Yesus, memahami dan melakukan kehendak Bapa sama seperti Tuhan Yesus.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar