Renungan Harian Virtue Notes, 8 Agustus 2011
Sikap Hati Yang Benar
Bacaan: Matius 5: 38-48
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
5:40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
Bagaimana caranya menyukakan hati Tuhan? Kita menyukakan hati Tuhan dengan perbuatan nyata, yaitu bagaimana dalam seluruh langkah hidup kita memperoleh perkenanan Tuhan. Maksudnya, melakukan segala sesuatu dengan sikap hati yang benar. Di mana pun dan kapan pun dan melalui segala apa pun juga Tuhan menghendaki kita melakukan segala hal dengan sikap hati yang benar.
Sikap hati yang benar ini sejatinya bukan untuk kepentingan Tuhan, sebab Ia tidak membutuhkan apa-apa dari diri kita. Tetapi Ia menghendaki agar ciptaan-Nya yang juga adalah anak-anak keturunan-Nya memiliki karakter seperti diri-Nya. Bapa di surga adalah sempurna, maka kita pun harus sempurna (ay. 48).
Sebagai ilustrasi, ada orang tua-orang tua yang bijak, yang tidak menuntut anaknya memberi sesuatu apa pun kepadanya. Asal melihat anaknya sudah bisa menjadi dewasa, melakukan segala sesuatu sesuai dengan norma-norma kehidupan dan suatu hari bisa mandiri menyelenggarakan hidupnya, maka itu menjadi kesukaan hatinya. Orang tua yang terkesan cerewet dan mengatur, sesungguhnya hanya ingin anaknya suatu hari tidak salah melangkah dan menderita. Sayangnya sering si anak tidak tahu dan tidak mau tahu. Waktulah yang akan membuktikan, bila si anak tidak menurut nasihat orang tuanya, ia akan celaka dan menyesal. Tetapi sesal kemudian tidak berguna; maka berlaku ungkapan “Nasi sudah menjadi bubur”.
Demikian pula dengan Tuhan. Ia hanya ingin melihat kita bisa menjadi dewasa, melakukan segala sesuatu dengan sikap hati yang benar. Untuk itu Tuhan Yesus telah memberi teladan yang jelas. Dalam rangka membuktikan apakah sikap hati kita sungguh-sungguh benar di hadapan-Nya, Tuhan mengizinkan segala peristiwa terjadi dalam hidup kita. Dalam segala kejadian hidup yang kita alami tersebut Ia ingin menguji apakah kita benar-benar serius mau menyukakan hati Tuhan, artinya memiliki sikap hati seperti sikap hati Yesus.
Seperti apakah sikap hati yang menyenangkan hati-Nya itu? Sebelum berkata “Kamu harus sempurna,” Tuhan Yesus menasihati agar orang percaya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi harus mengasihi musuh. Bila orang menampar pipi kanan, kita memberi pipi kiri; kita harus mendoakan orang yang menganiaya kita. Agar kita mempedulikan sesama kita yang membutuhkan pertolongan tanpa sikap diskriminatif, Ia mengatakan bahwa Bapa juga memberi hujan dan matahari kepada semua orang tanpa memandang muka. Itulah contoh perbuatan nyata yang memperoleh perkenanan Tuhan.
Tuhan ingin melihat kita bisa menjadi dewasa, melakukan segala sesuatu dengan sikap hati yang benar.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar