Renungan Harian Virtue Notes, 1 Agustus 2011
Bukan Pecundang
Bacaan: 1 Petrus 1: 7
1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Adalah kenyataan bahwa dalam kehidupan umat beragama sering terjadi suatu kompetisi dalam bentuk usaha menunjukkan bahwa Allahnyalah yang paling kuat, paling dahsyat dan paling memuaskan mereka. Tentu yang dimaksud dengan “memuaskan” adalah hasrat manusiawi. Ini bisa kita saksikan di berbagai media, apalagi ada kesempatan yang lebih besar bagi agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk untuk mempromosikan agama dan allahnya melalui media.
Jika ukuran kebenaran allah diukur dengan kekuatan fisik, maka orang bisa memandang Allahnya orang Kristen sebagai Allah yang keok. Mengapa? Di sepanjang sejarah gereja, kita melihat banyak orang Kristen dianiaya. Tidak sedikit orang yang terlahir Kristen menjadi manusia yang tidak pernah melihat hari baik. Yang mereka alami hanyalah aniaya dan sengsara. Gedung gereja mereka ditutup dan dibakar; mereka tidak bisa sekolah, tidak bisa bekerja, dihina, disiksa dan dibunuh sebab Kekristenannya. Namun Allah seakan-akan tidak berdaya melindungi umat-Nya; seakan-akan umat Kristen adalah umat pecundang.
Sesungguhnya Allah kita bukanlah Allah yang tidak berdaya, dan kita bukanlah umat pecundang. Allah sengaja mengizinkan dukacita dari berbagai pencobaan tersebut untuk menguji kemurnian iman kita. Di satu sisi memang keadaan itu menyakitkan, tetapi di sisi lain itu adalah anugerah. Kondisi sulit itu merupakan kesempatan yang diberikan-Nya agar orang Kristen mengalami pemurnian yang efektif.
Kalau hari ini Kekristenan tidak punah walau dihadapkan dengan tantangan yang hebat di sepanjang sejarah, itu bukti nyata bahwa Allahnya orang Kristen adalah Allah yang hidup; Allah yang menang; Allah yang tidak perlu dibela oleh manusia melalui organisasi tertentu. Menggunakan kekuatan fisik manusia untuk membela Allah sebetulnya merupakan penghinaan kepada Allah, sebab memandang-Nya sedemikian rendah sehingga tidak mampu membela diri-Nya sendiri.
Jika untuk sementara waktu kita dianggap sebagai umat pecundang yang lemah, itu tidak masalah sama sekali. Jika kita tidak membalas kekerasan dengan pedang, bukan berarti kita tidak menang. Walau kita memberikan pipi kiri saat ditampar pipi kanan, bukan berarti kita tidak berdaya. Kesetiaan kepada Tuhan Yesus merupakan kesaksian kemenangan yang indah. Suatu hari nanti akan terbukti, siapakah Allah yang benar, yang menyediakan kerajaan-Nya bagi manusia. Iman Kristen yang murni tidak perlu dinyatakan dalam kompetisi agama, apalagi kompetisi secara tidak adil melalui kekerasan, kekuatan sosial ekonomi dan politik.
Kita bukan umat pecundang, sebab kesetiaan kita kepada Kristus sekalipun dalam pencobaan merupakan kesaksian kemenangan yang indah
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit
0 komentar:
Posting Komentar