Renungan Harian Virtue Notes, 13 Agustus 2011
Hamba Yang Benar
Bacaan: Ibrani 13: 5-6
13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"
Sering Tuhan dipromosikan sebagai sumber perlindungan dan berkat yang sanggup mengatasi segala masalah kesehatan, rezeki, jodoh, keluarga. Tuhan dipandang sebagai supermarket mahabesar yang menyediakan semua perlengkapan. Sebenarnya tidak salah bahwa Tuhan sanggup melakukan semua itu, tetapi kelicikan hati manusia akan timbul jika ia berurusan dengan Tuhan hanya karena ingin memohon perlindungan dan berkat-berkat-Nya, sementara ia tidak mau mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan.
Sikap hati ini menunjukkan bahwa manusia pada umumnya tidak menempatkan diri sebagai hamba yang melayani dan mengabdi kepada Tuhan. Ini juga berarti manusia pada umumnya menempatkan Tuhan sebagai pelayan, atau menempatkan dirinya sebagai tuannya Tuhan. Mulut menyebut-Nya Tuhan (Tuan Besar), tetapi sikap kepada-Nya seolah Dia tidak pantas menerima kehormatan sebagai Majikan.
Sungguh menyedihkan jika di kalangan jemaat umum dan juga orang-orang beragama pada umumnya, mulut orang dengan mudah mengaku dirinya hamba Tuhan, hanya karena menyadari ketidakberdayaannya atau karena merasa dirinya membutuhkan Tuhan. Sementara para hamba Tuhan sepenuh waktu di gereja, mengaku sebagai hamba Tuhan karena tidak mengerjakan pekerjaan sekuler atau karena menjadi aktivis gereja. Orang-orang seperti ini dengan percaya diri yang tinggi berani mengaku di depan umum, supaya banyak orang tahu mereka hamba Tuhan.
Pengakuan itu akan menjadi masalah besar bila disertai dengan promosi diri sebagai agen mukjizat dan kuasa Tuhan. Secara sadar ataupun tidak, jemaatnya berurusan dengan Tuhan hanya karena membutuhkan pemenuhan kebutuhan jasmani. Mereka tidak sungguh-sungguh bergumul untuk mengenal Tuhan, tidak peduli bagaimana menempatkan diri secara benar di hadapan Tuhan, dan tidak menempatkan Tuhan dalam hidupnya secara terhormat.
Bila diteropong dengan jujur, apakah seseorang sungguh-sungguh hamba Tuhan? Ternyata tidak sedikit yang seperti Yudas Iskariot, yang mengikut Tuhan Yesus tetapi mengejar sedikit keuntungan. Dari sedikit keuntungan ini sampai ia tega mengkhianati Majikan Agung-Nya. Ia bukan hamba Tuhan tetapi hamba uang. Semangat yang sama jahatnya dalam diri Yudas juga bisa merasuk kehidupan orang Kristen di zaman kita hari ini. Kita harus sadar akan bahaya hal ini, sehingga jika kita mengaku diri kita hamba Tuhan, seharusnya tidak lagi mempersoalkan kebutuhannya sendiri, tetapi yang dipersoalkan adalah kepentingan-Nya.
Bagi seorang hamba Tuhan, kepentingan Tuhanlah yang diutamakan, sekalipun itu berarti mengorbankan kebutuhannya sendiri.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar