Renungan Harian Virtue Notes, 7 Agustus 2011
Menyukakan Hati-Nya
Bacaan: Nehemia 2: 1-3
2:1. Pada bulan Nisan tahun kedua puluh pemerintahan raja Artahsasta, ketika menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menyampaikannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja,
2:2 bertanyalah ia kepadaku: "Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati." Lalu aku menjadi sangat takut.
2:3 Jawabku kepada raja: "Hiduplah raja untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?"
Nehemia adalah juru minuman Raja Artahsasta (Artaxerxes I, 465–424 sM). Pada zaman kerajaan Persia kuno, tidak ada orang yang boleh menghadap raja dengan wajah muram. Raja adalah pemimpin yang mulia, sehingga berada di dekatnya seharusnya membuat orang melupakan segala masalahnya. Saat Nehemia menghadap raja dengan terlihat sedih, itu merupakan kesalahan besar yang bisa membuatnya dihukum. Itulah sebabnya Nehemia sangat takut saat raja ternyata mengetahui kesedihannya.
Bila untuk raja dunia saja kita harus berbuat demikian, mengapa untuk Raja di atas segala raja kita tidak melakukannya? Kalau kita memandang bahwa Tuhan Semesta Alam layak menerima segala hormat, maka kita akan berusaha menyukakan hati Tuhan, walaupun untuk itu kita mengorbankan perasaan kita sendiri.
Betapa indahnya bila kita bisa menyukakan hati Tuhan. Kalau Nehemia seharusnya menyukakan hati raja, penguasa di bumi ini, betapa indahnya kalau bisa menyukakan hati Penguasa alam semesta ini, yaitu Allah Abaham, Ishak dan Yakub. Mari belajar mengatakan, “Saya mau menyukakan hati Tuhan. Apa pun yang terjadi, saya mau melakukan ini dengan segenap kekuatan saya.” Roh Kudus pasti menolong. Betapa beruntungnya kalau kita mengerti hal ini dan bisa melakukannya.
Tidak ada keindahan hidup yang lebih besar dibandingkan dengan bisa menyukakan hati Tuhan. Tentu kalau kita mau menyukakan hati Tuhan dasarnya bukan karena kita menghendaki berkat jasmani atau sesuatu yang bisa diberikan Tuhan kepada kita untuk memuaskan hati kita, tetapi kita melakukan semuanya untuk kepuasan hati Tuhan, karena memang kita diciptakan untuk itu. Bila kita hidup sesuai dengan maksud Tuhan menciptakan kita, itu suatu keberhasilan yang patut membuat kita bahagia.
Bila untuk raja dunia kita akan berusaha melakukannya, tidak boleh kita merasa sulit untuk melakukannya bagi Raja di atas segala raja. Jadikan ini suatu kesukaan, sebab kita sadar bahwa kita diciptakan untuk menyenangkan hati-Nya. Bila kita bisa melakukannya, maka persoalan-persoalan besar dalam hidup kita menjadi kecil. Jadi pergumulan terbesar dalam hidup ini adalah bagaimana kita menyukakan hati Tuhan setiap saat. Dengan demikian kita tidak lagi terfokus kepada keinginan-keinginan kita sendiri. Mari berdoa, “Bukalah mataku Tuhan, untuk mengerti apa pun yang kau inginkan serta memahami hati dan perasaan-Mu.”
Kita harus belajar menyukakan hati Allah dalam segenap hidup kita.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar