RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Kecanduan Rohani

Renungan Harian Virtue Notes, 28 Agustus 2011

Kecanduan Rohani



Bacaan: Mazmur 42: 2-6


42:2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.

42:3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

42:4 Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"

42:5 Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.

42:6 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!



Dalam Mazmur yang sangat terkenal ini, Pemazmur mengungkapkan kecanduan rohaninya. Kecanduan rohani pada dasarnya adalah kehausan rohani pada tingkat yang sangat kuat atau sangat tinggi, sedangkan kehausan rohani pada dasarnya adalah kehausan akan Tuhan. Jadi kecanduan rohani artinya kebutuhan yang sangat kuat untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.


Memang manusia pada dasarnya adalah makhluk rohani. Manusia memiliki kehausan terhadap kegiatan rohani, seperti beragama, mencari sesuatu yang yang bersifat supranatural, pemujaan dan penyembahan kepada satu obyek penyembahan dan berbagai ritual lainnya. Namun sering terjadi kerancuan antara kehausan terhadap kegiatan rohani dan kehausan akan Tuhan. Orang-orang yang haus terhadap kegiatan rohani belum tentu haus akan Tuhan, sebab dengan melakukan hal-hal rohani mereka berharap mendapat perlindungan, baik di dunia ini maupun di akhirat. Jadi tidaklah heran bila banyak orang memiliki kehausan terhadap kegiatan rohani seperti itu, tetapi tidak haus akan Tuhan; termasuk banyak orang Kristen.


Orang yang tidak mengenal kebenaran bisa mengalami kecanduan akan kegiatan rohani seperti itu, tetapi tidak dapat memiliki kecanduan rohani yang benar kepada Tuhan. Ini karena mereka belum terbebas dari belenggu yang mengikat mereka, yang hanya dapat dibebaskan oleh kebenaran (Yoh. 8:31–32). Yang dimaksud belenggu di sini ada tiga jenis (1Yoh. 2:16), yaitu pertama, keinginan daging—hasrat yang berlebihan berkenaan dengan makan minum dan libido; kedua, keinginan mata—bertalian dengan keinginan untuk memiliki fasilitas hidup yang orang lain juga miliki; dan ketiga, keangkuhan hidup—bertalian dengan kehormatan dan kebanggaan atas sesuatu yang membuat dirinya merasa bernilai.


Bagaimana seseorang bisa memiliki kecanduan rohani yang benar? Seseorang baru dapat memiliki kehausan yang sangat tinggi akan Tuhan kalau telah terlepas dari belenggu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup itu. Tanpa kelepasan dari hal-hal itu, orang-orang Kristen yang merasa dirinya haus akan Tuhan sesungguhnya hanya memiliki perasaan sentimentil agamawi, tanpa kehausan yang menggerakkan dirinya mempertaruhkan apapun demi mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya tersebut. Mari kita selidiki hati kita masing-masing. Sudahkah kita memiliki kecanduan rohani yang benar, atau masihkah itu pada tataran kecanduan terhadap kegiatan rohani saja? Jika belum, teruslah belajar kebenaran sehingga kita dibebaskan dari belenggu-belenggu itu.



Kecanduan rohani yang benar adalah kebutuhan yang sangat kuat untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.


Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger