RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Merimnao

Renungan Harian Virtue Notes, 21 Desember 2010

Merimnao



Bacaan: Matius 6: 25-34


6:25. "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,

6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?

6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."



Apakah kekhawatiran itu? Menurut kamus bahasa Indonesia, khawatir adalah “takut, gelisah, cemas, terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti”. Dalam teks asli Mat. 6:25, khawatir diterjemahkan dari kata μεριμνάω (merimnaō) yang artinya “cemas, waswas terhadap sesuatu”, “menaruh sesuatu dalam pikiran”, tetapi ternyata juga berarti “berhati-hati” atau “peduli terhadap sesuatu”.


Dalam hal ini dapat dipahami bahwa kekhawatiran tidak selalu bermakna negatif. Orang yang sama sekali tidak memiliki kekhawatiran cenderung menjadi ceroboh dan tidak bersikap berjaga-jaga. Maka kita perlu dapat membedakan antara kekhawatiran yang negatif dan kekhawatiran yang positif. Sebenarnya kekhawatiran yang positif seharusnya disebut “berjaga-jaga” dan tidak bisa disebut sebagai kekhawatiran; tetapi untuk mempertajam penjelasan, terpaksalah disebut khawatir juga.


Kekhawatiran yang negatif adalah kecemasan atau ketakutan yang membangun kegelisahan dalam jiwa dan kecurigaan kepada Tuhan, bahkan sampai tingkat pelecehan terhadap pribadi Allah. Dengan kecemasan tersebut, orang bisa menuduh Allah sebagai Bapa yang tidak bertanggung jawab. Kekhawatiran negatif ini ditandai dengan selalu menaruh masalah yang dicemaskan dalam pikirannya. Beban ini membangun pikiran negatif yang merusak tidak saja jiwa tetapi juga fisik.


Kekhawatiran yang positif adalah sikap berhati-hati terhadap sesuatu, khususnya terhadap hal-hal yang akan datang. Ini membangkitkan sikap bertanggung jawab dengan cara berjaga-jaga menghadapi apa yang akan terjadi. Dengan kekhawatiran seperti ini, kita tidak akan menjadi sembrono. Kekhawatiran yang positif ditandai dengan tidak selalu meletakkan masalah dalam pikirannya, sebagai gantinya lebih bersikap antisipatif. Masalah tidaklah menjadi beban baginya.

Sering orang tidak dapat membedakan antara sikap berjaga-jaga dan kekhawatiran. Sikap berjaga-jaga terlahir dari kecemasan yang membangun tanggung jawab dan ketergantungan kepada Tuhan. Tanggung jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya—kalau terjadi apa-apa yang tidak sesuai boleh dituntut, dipersalahkan atau diperkarakan. Ketergantungan kepada Tuhan berarti bahwa Tuhan adalah segalanya. Dalam hal ini, yang penting adalah sikap hati, dan sikap hati memuliakan Tuhan pasti terekspresi dalam tindakan konkret—dalam hal ini tindakan berantisipatif terhadap segala sesuatu yang bisa terjadi dilakukan karena ingin memuliakan Tuhan. Tindakan antisipatif bukan dibangun dari ketakutan, tetapi menghargai potensi yang Tuhan berikan untuk dikembangkan guna menghadapi segala kemungkinan ke depan dengan tujuan memuliakan Tuhan.



Salah satu ciri orang yang bertanggung jawab adalah kita selalu mengembangkan sikap berjaga-jaga.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Allah Memenuhi Segala Keperluan

Renungan Harian Virtue Notes, 20 Desember 2010

Allah Memenuhi Segala Keperluan



Bacaan: Filipi 4: 19; Yohanes 10: 1-10


Filipi 4: 19


4:19 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.


Yohanes 10: 1-10


10:1. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

10:2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.

10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

10:6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

10:7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.

10:8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.



Saat Tuhan Yesus berkata, “Aku datang untuk memberi hidup dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10), tentu konteksnya meliputi segala aspek hidup. Karena manusia adalah personalitas totalitas, kelimpahan yang dimaksud tidak hanya dalam berkat rohani, tetapi juga berkat jasmani.


Dalam Injil, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa harta dunia harus diturunkan takhtanya. Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus menujukan perhatian hanya kepada Kerajaan Allah, dan mata kita harus senantiasa memandang hal-hal rohani. Tetapi semasa kita masih hidup di dunia, Allah tidak akan mengabaikan masalah jasmani kita. Bapa kita yang di Surga tahu dan setuju bahwa kita juga membutuhkan hal-hal jasmani seperti sandang, pangan dan papan kita Tetapi Ia ingin agar kita tidak khawatir mengenai masalah-masalah itu, sebab apabila kita mendahulukan kerajaan Allah, semuanya akan ditambahkan kepada kita (Mat. 6:32–33).


Kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus menulis, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Jemaat Filipi bukanlah jemaat yang berkecukupan secara ekonomi, tetapi mereka membantu mencukupi kebutuhan Paulus dan para rasul lain. Pemberian itu merupakan pengorbanan bagi mereka. Tentu mereka tidak mengharapkan pengembalian dari Tuhan yang berlimpah-limpah, karena yang mereka inginkan hanyalah berpartisipasi mendukung pelayanan para rasul; dan mereka memandangnya sebagai anugerah, atau suatu kehormatan.


Tetapi Paulus berkata bahwa Tuhan tidak akan melupakan mereka. Ia akan memenuhi keperluan jemaat di Filipi. Perhatikan bahwa di sini ditulis “segala keperluan”, berarti mencakup kebutuhan jasmani pula. Tetapi ini juga berarti yang dipenuhi adalah yang diperlukan, bukan yang diinginkan.


Maka kita harus percaya bahwa sesungguhnya Tuhan tidak menginginkan kita hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Ia tidak pernah mengajarkan bahwa kita harus hidup dalam kemiskinan supaya kita lebih menyenangkan Tuhan, lebih suci, atau lebih rohani. Kalau terjadi kemiskinan berkepanjangan dalam hidup kita, biasanya itu merupakan cara-Nya mendisiplin kita agar cacat karakter kita ditanggulangi. Tetapi setelah kita bertobat, Ia juga ingin kita menikmati berkat-berkat-Nya, sebab berkat jasmani-Nya akan mengefektifkan kita dalam melayani-Nya. Kepercayaan ini akan mendatangkan damai sejahtera dan kemudian menjadi kesaksian bagi orang lain, bahwa Tuhan membela anak-anak-Nya dan Firman-Nya.



Tuhan ingin kita menikmati berkat rohani dan jasmani dari-Nya, agar kita efektif melayani-Nya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Juruselamat Ekonomi?

Renungan Harian Virtue Notes, 19 Desember 2010

Juruselamat Ekonomi



Bacaan: Galatia 3: 13-14


3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

3:14 Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.



Kalau harus jujur, kita memang mengakui, masalah ekonomi adalah masalah yang termasuk pokok dan penting dalam hidup. Selain masalah keluarga dan sakit penyakit, masalah ekonomilah ternyata yang banyak menyita perhatian hidup sehingga juga menentukan suasana jiwa manusia. Di satu pihak, ada orang yang ke gereja karena masalah ekonomi yang tidak terselesaikan; di lain pihak, ada orang yang tidak sanggup atau tidak mau ke gereja karena masalah ekonomi. Kita semua menghendaki memiliki kehidupan ekonomi yang baik, tetapi ternyata hampir semua orang memiliki masalah ekonomi dalam kehidupannya. Bagaimana kita dapat dimerdekakan darinya?


Kita tidak boleh terjebak oleh cara-cara tidak dewasa dalam menangani masalah ekonomi, yang marak diajarkan oleh banyak pembicara Kristen melalui mimbar gereja. Misalnya, hanya dengan didoakan oleh pendeta, katanya semua masalah ekonomi otomatis akan selesai dengan sendirinya. Juga kita lihat dan dengar ada hamba Tuhan yang mengklaim bahwa dirinya dapat membebaskan umat Tuhan dari kutuk-kutuk resesi ekonomi. Memang ada kutuk yang dapat membuat seseorang tidak menikmati berkat Tuhan, tetapi bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, semua kutuk telah dipakukan di atas kayu salib (ay. 13), maka kita meyakini bahwa kita telah dibebaskan dari segala kutuk.


Kita sedih melihat jemaat diiming-imingi berkat jasmani melalui kebaktian khusus untuk menerima pemulihan ekonomi. Kebaktian dengan model seperti itu biasanya diminati banyak orang, sebab memang pada umumnya manusia modern adalah manusia yang materialistis, sehingga segala cara yang menjanjikan pemulihan ekonomi tentu sangat digemari. Dalam kebaktian seperti itu, pemberitaan Firman dipaksakan sedemikian rupa untuk menekankan berkat jasmani, sehingga menampilkan Yesus sebagai juruselamat ekonomi. Ajaran seperti ini sangat berbahaya sebab ini menyimpangkan maksud utama kedatangan Tuhan di dunia ini.


Orientasi dan pemahaman yang tidak dewasa tersebut tidak akan membawa kita kepada kemenangan yang sesungguhnya. Doa tidak menggantikan tanggung jawab; bekerja rajin dan jujur merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi untuk dapat menikmati berkat pemeliharaan jasmani dari Tuhan. Tuhan Yesus mengorbankan diri-Nya agar kita memperoleh berkat Abraham—yaitu pembenaran, pendamaian dan diterimanya kita sebagai anak-anak Allah. Juga oleh-Nya kita menerima Roh Kudus (ay. 14). Yesus ialah Juruselamat yang sejati, bukan sekadar juruselamat ekonomi.



Jangan terjebak dengan penyesatan yang menampilkan Yesus sebagai juruselamat ekonomi.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment dengan ijin penerbit.

Read more
0

Di Bawah Otoritas Kedaulatan-Nya

Renungan Harian Virtue Notes, 18 Desember 2010

Di Bawah Otoritas Kedaulatan-Nya



Bacaan: Yohanes 21: 18-19


21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."

21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."



Kalau kita menjadi orang percaya, berarti kita menjadi milik Tuhan. Kalau kita menjadi milik Tuhan, kita harus mau menerima perlakuan apa pun juga dari-Nya. Bukankah kalau seseorang menjadi orang percaya oleh pengorbanan dan penebusan-Nya, itu berarti Tuhan memiliki penuh diri anak tebusan-Nya? Berarti kedewasaan seseorang ditandai dengan pengakuan hidup, “Janganlah kehendakku yang jadi, tetapi kehendak-Mu” (Mat. 26:39). Inilah sebenarnya inti penyerahan diri yang benar.


Maka setelah kita menjadi milik-Nya, timbul pergumulan baru dalam diri kita, bagaimana Allah dapat berdaulat penuh atas hidup kita, mengontrol dan mengambil alih kemudi hidup kita ini. Dengan kata lain, bagaimana kita memberi diri dan merelakan diri untuk dikuasai Allah sepenuhnya. Ini berarti sebagai milik Tuhan kita tidak akan pernah menanyakan hak-hak kita, apalagi mempersoalkan upah. Sebab dengan menjadi milik Tuhan, justru kitalah yang dipanggil untuk mengupayakan kepentingan-Nya.


Berkaitan dengan ini, Tuhan Yesus mengatakan kepada Petrus, bahwa ketika ia sudah mengerti kedaulatan Allah, ia tidak lagi seperti masih muda yang mengikat pinggangnya sendiri dan pergi ke mana saja ia suka. Tetapi setelah dewasa, tangannya diikat dan ia dibawa ke tempat yang tidak disukainya. Bahkan ia juga dinyatakan akan mati sebagai martir (ay. 19). Kita patut meneladani Petrus, karena sampai mati pun ia tetap setia mengikut Yesus. Ia patuh terhadap otoritas kedaulatan Tuhan.


Demikian pula kita patut meneladani sikap Maria, Ibu Yesus. Saat Malaikat Gabriel mengabarkan kehamilannya, ia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk. 1:38) Ia sadar dirinya hamba atau budak (δολος, dúlos) yang tidak berhak apa-apa atas dirinya.


Maka satu hal yang harus kita pahami, bahwa percaya kepada Tuhan Yesus sama sekali tidak berarti kita dapat mempergunakan-Nya untuk manfaat atau keuntungan diri sendiri. Percaya kepada Yesus berarti mengupayakan kepentingan Tuhan semata-mata, bahkan ketika Tuhan memperlakukan kita sepahit-pahitnya atau berada dalam keadaan menderita sekalipun. Kita tidak boleh membantah-Nya, apalagi bersungut-sungut bila kita mengerti kebenaran tersebut. Di balik semua perlakuan-Nya itu ada rencana yang indah bagi Yang Mulia, Majikan kita. Hidup kita bagai tanah liat yang ada di dalam tangan Tuhan. Terserah bagaimana Ia mau menjadikan kita, yang penting kita menjadi sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya dan direncanakan bagi kepentingan-Nya.



Sebagai milik Tuhan, kita harus mengupayakan kepentingan Tuhan dan menerima apa saja perlakuan-Nya terhadap kita.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Roh Ahli Taurat

Renungan Harian Virtue Notes, 17 Desember 2010

Roh Ahli Taurat



Bacaan: Lukas 20: 45-47


20:45 Ketika semua orang banyak mendengarkan, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:

20:46 "Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan,

20:47 yang menelan rumah janda-janda dan yang mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat."



Hari ini ahli Taurat seperti yang dijumpai pada zaman Yesus mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi jabatan semacam itu dengan fungsi yang serupa masih ada pada zaman kita. Bila dicermati, ternyata fungsi mereka sejajar dengan fungsi pendeta, pengkhotbah atau guru Injil hari ini, sebab mereka mungkin telah mengikuti pendidikan tertentu, sehingga dianggap pantas mengajarkan isi Kitab Suci. Fungsi pengajaran itu baik, asalkan rohnya tidak sama dengan roh ahli Taurat di zaman Yesus. Sayangnya di antara para pengajar Firman Tuhan hari ini, ada juga yang memiliki roh yang sama seperti rohnya ahli-ahli Taurat di zaman Yesus.


Tuhan Yesus mengungkapkan tanda-tandanya. Pertama, ahli Taurat suka berjalan memakai jubah panjang dan berdoa panjang-panjang. Jubah panjang dan doa yang panjang merupakan atribut seseorang yang beribadah kepada Tuhan. Tuhan Yesus mengecam orang-orang yang suka menunjukkan atribut lahiriahnya sebagai orang yang beribadah. Di balik ungkapan ini Tuhan menghendaki agar seorang hamba Tuhan bukan hanya menunjukkan atribut lahiriahnya saja yang kelihatannya rohani, tetapi dirinya harus benar-benar rohani. Seorang yang rohani pasti menyadari dirinya hanya sebagai musafir atau perantau di muka bumi ini, karenanya tidak terikat dengan harta dunia dan keinginan daging, hidup suci tanpa cela. Kalau seorang hamba Tuhan rohani maka jemaatnya pun menjadi rohani tanpa paksaan.


Kedua, ahli Taurat adalah orang-orang yang haus pujian dan sanjungan. Mereka suka menerima penghormatan di pasar, suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat—supaya dilihat orang—dan di tempat terhormat dalam perjamuan. Hari ini orang yang punya roh ahli Taurat senang disanjung sebagai manusia rohani, ajarannya bagus, bimbingannya mantap, terhormat sebagai orang istimewanya Tuhan dan lain sebagainya. Semestinya penghormatan akan diberikan secara otomatis bagi orang yang memang terhormat (Rm. 14:18) sebab penghormatan yang benar beralas dari pengakuan Tuhan bahwa ia adalah seseorang yang dipercayai-Nya (2Kor. 10:18). Ingatlah, Tuhan menetang orang yang congkak.


Ketiga, ahli Taurat rakus. Mereka menelan rumah janda-janda, berarti tidak peduli siapa jemaatnya, mereka memanipulasi jemaat untuk memperoleh harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Padahal, ketamakan dibenci oleh Tuhan. Mari kita uji diri kita sendiri, apakah ada “roh ahli Taurat” dalam diri kita? Jika kita menyadari salah satu atau lebih ciri-ciri ini, bertobatlah sekarang juga, dan mohon pembaruan dari Tuhan.



Waspadalah terhadap roh ahli Taurat bukan hanya pada diri orang lain, tetapi juga pada diri kita sendiri.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Ketamakan Dunia

Renungan Harian Virtue Notes, 16 Desember 2010

Ketamakan Dunia



Bacaan: Amsal 11: 28; Markus 10: 17-27


Amsal 11: 28


11:28. Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda.


Markus 10: 17-27


10:17. Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

10:18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.

10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"

10:20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."

10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."

10:22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

10:23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

10:24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

10:25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

10:26 Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"

10:27 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."



Ketamakan atau keserakahan mengenai hal-hal duniawi adalah bagian karakter yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang berdosa. Ini berbahaya sekali, sebab inilah yang membuat Yudas Iskariot—salah satu murid Tuhan Yesus— mengkhianati Yesus. Ketamakan inilah yang membuat ibadah seseorang kepada Tuhan tidak berarti (1Tim. 6:6).


Untuk apakah Tuhan Yesus datang ke bumi ini? Untuk menyelamatkan umat manusia, agar mereka memperoleh harta surgawi, mewarisi langit dan bumi baru. Tetapi hari ini ketamakan dunia ternyata telah masuk ke dalam gereja, sebab melalui pengajaran-pengajaran yang salah, di gereja diberitakanlah harapan duniawi seperti agama-agama lain. Tuhan Yesus digambarkan sebagai Juruselamat ekonomi atau Mesias ekonomi, yang menyelamatkan orang dari kemiskinan, memberikan berkat yang berlimpah-limpah di bumi, memberikan hidup yang nyaman di bumi, sehingga orang betah tinggal di bumi, dan dampaknya jadi tidak ingin ke surga.


Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus dapat membuang atau mengkikis karakter dosa ini secara sungguh-sungguh. Kita harus merdeka dari materialisme ini, sebab orang percaya dipanggil untuk mewarisi langit baru dan bumi baru saja. Kita tidak dipanggil untuk memburu harta dunia. Rasul Paulus mengatakan, “Asal ada makanan dan pakaian cukuplah” (1Tim. 6:8). Oleh sebab itu, kalau seseorang mengatakan mau mengikut Yesus tetapi tidak mengingini harta sorgawi saja, sia-sialah ia menjadi Kristen. Kalau kita mengerti apa yang tersedia bagi kita yang setia, maka pandangan kita akan dunia ini pasti berubah.


Bila seseorang lebih mengutamakan materi daripada Tuhan, maka itu berarti ia telah jatuh ke dalam dosa mamonisme (μαμμωνς, mamōnas berarti “kekayaan”). Ini sangat mungkin terjadi atas orang-orang yang tidak memiliki tujuan hidup yang benar. Bila Tuhan Yesus sudah menggariskan hal ini, maka mau tidak mau kita harus mematuhi-Nya. Kita tidak boleh bergantung pada kekuatan di luar Tuhan, tidak boleh memercayakan diri kepada harta kekayaan. Ini adalah perzinaan rohani yang mendatangkan dan membangkitkan murka Tuhan.


Jadi janganlah kita tertipu seolah-olah kita tidak dapat hidup tanpa kekayaan. Ajaran “Uang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya butuh uang” terdengar sepertinya benar, tetapi prinsip itu membangun keinginan untuk mengejar uang. Inilah yang disebut percintaan dunia (Luk. 21:34), dan membutakan mata rohani manusia sehingga tidak peduli mengenai keselamatan.



Berjaga-jagalah, sebab ketamakan dunia membutakan mata rohani manusia.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Penyebab Kebutaan

Renungan Harian Virtue Notes, 15 Desember 2010

Penyebab Kebutaan



Bacaan: 2 Korintus 4: 3-4; Kolose 3: 1-4


2 Korintus 4: 3-4


4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,

4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.


Kolose 3: 1-4


3:1. Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.

3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.



Kekayaan kita dalam Kristus tidak terduga dan sangat luar biasa (Ef. 3:8). Tetapi kita melihat, sulit sekali bagi banyak orang memahami betapa bernilainya kekayaan tersebut. Tanpa menyadarinya, mereka buta. Ada empat penyebab kebutaan orang terhadap nilai kekayaan dalam Kristus.


Pertama, konsep yang keliru tentang harta. Manusia menganggap harta hanyalah hal-hal materi, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh tangan dan dinikmati oleh tubuh jasmani. Pandangan ini membutakan orang sehingga tidak dapat menghargai keselamatan. Itulah sebabnya ayat-ayat Alkitab yang menyangkut harta surgawi tidak dapat dimengerti (Mat. 6:19–20). Mereka menganggapnya sekadar memberikan persembahan ke gereja, yang akan dibalas Tuhan dengan berkat jasmani yang berlimpah-limpah. Kalau berkonsep begini, mana bisa kita menjadi manusia surgawi yang mengenakan kodrat ilahi? Sia-sialah Kekristenan kita.


Kedua, dibutakan oleh ilah zaman ini. Ilah zaman ini mengacu kepada segala sesuatu yang ada dalam dunia ini, yang menyingkirkan Allah dari perhatian manusia: dari hiburan sampai teknologi. Kita mengakui, dunia semakin cantik dan membuat manusia mabuk dan kecanduan olehnya. Tetapi akibatnya manusia tidak mampu mengenali Allah yang benar. Banyak orang Kristen yang ikut terseret, sehingga buta terhadap nilai Kristus. Sebaliknya, seorang yang mata rohaninya terbuka dapat melihat nilai Allah dalam hidupnya sehingga dapat berkata, “Yang kuingini Engkau saja” (Mzm. 73:25).


Ketiga, tidak menikmati Kristus. Allah adalah adalah pribadi yang nyata, yang dapat dikecap dan dinikmati dalam segala hal (Mzm. 34:9). Orang Kristen yang tidak menyadari kebaikan Tuhan adalah orang Kristen yang rapuh. Kristus adalah pribadi yang sangat nyata, sampai dengan menikmati-Nya terdapat ketergantungan sedemikian rupa terhadap-Nya. Ketergantungan ini semakin menambahkan kehausan kita terhadap-Nya, sehingga ilah zaman ini tidak berkuasa membutakan kita. Oleh sebab itu kenali Dia dengan mempelajari dan mengenakan kebenaran-Nya terus-menerus.


Keempat, tidak berani barter. Seseorang yang mau memiliki Kristus harus berani barter, artinya berani menukar kecintaannya kepada dunia & segala hal yang bukan Tuhan dengan kecintaan kepada Tuhan Yesus (Flp. 3:7–9). Barter ini merupakan syarat yang tidak dapat ditawar dan ditunda. Bila kita tidak menerima prinsip ini, kita tidak memiliki Kristus. Jangan menunda, sebab orang yang menunda barter tidak pernah diselamatkan.



Waspadalah agar kita tidak dibutakan oleh ilah zaman ini, dan pandanglah kekayaan yang luar biasa di dalam Kristus.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger