RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Memperkuda Tuhan


Renungan Harian Virtue Notes, 9 April 2012
Memperkuda Tuhan


Bacaan: Mazmur 73:12-20

73:12 Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
73:13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
73:14 Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
73:15 Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
73:16 Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,
73:17 sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
73:18 Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
73:19 Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
73:20 Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.


Mudah untuk mengatakan bahwa ketenangan hanya diperoleh dalam Tuhan. Tetapi tahukah kita: bagaimana memperoleh ketenangan dalam Tuhan itu. Jangan membayangkan ketenangan dalam Tuhan adalah ketika memperoleh pertolongan dari Tuhan atas segala masalah yang terjadi dalam hidup kita. Kita menyatakan memiliki ketenangan dalam Tuhan, karena Tuhan dijadikan andalan untuk bisa lolos dari segala masalah dan memperoleh pemenuhan dari segala kebutuhan. Ini sikap yang salah terhadap Tuhan. Bahkan ini sikap yang tidak menghormati Tuhan. Sebab sikap ini berarti sikap memanfaatkan Tuhan atau “memperkuda” Tuhan.


Memperoleh ketenangan dalam Tuhan bukan karena Tuhan berkuasa menghindarkan kita dari masalah dan dengan kekuatan-Nya dapat memenuhi segala kebutuhan kita. Memperoleh ketenangan dalam Tuhan artinya bisa menikmati Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan? Pertama, sadari betapa rentannya hidup kita ini. Hari ini kita sehat, besok belum tentu keadaan kita seperti sekarang. Hari ini masih hidup, kita tidak berani memastikan apakah besok masih hidup. Hari ini kita memiliki segala sesuatu, besok kita tidak memiliki segala sesuatu. Hari ini menghirup udara kebebasan, besok sudah di terali besi. Kita hidup di dunia yang serba tidak menentu. Adalah bodoh kalau kita berharap bisa tidak mengalami kesulitan atau sedikit mengalami masalah dalam hidup ini. Segala kesulitan pasti ada, tetapi semua itu diubah Tuhan menjadi sarana untuk membentuk dan mendewasakan kita. Kedua, sadari bahwa manusia hidup berkisar hanya tujuh puluh tahun. Setelah itu, semua yang dimiliki harus ditanggalkan. Bukan hanya itu saja, tetapi setelah itu harus menghadapi tahta pengadilan Allah. Ketiga, sejatinya sukacita di dalam Tuhan adalah sesuatu yang riil, bukan sekedar dipercakapkan dan dirasakan sesaat dengan perasaan dalam liturgi gereja.



Tentu hal ini bukan sesuatu yang otomatis bisa terjadi atau berlangsung mudah dalam hidup kita. Orang yang tidak mengerti kebenaran diatas ini akan semakin jauh dari Kerajaan Allah. Iblis dalam kelicikannya membuat mereka merasa sudah ada di dalam kehidupan Kristen yang benar. Mereka merasa sudah menjadi orang Kristen yang wajar dan normal di mata Allah. Padahal sebenarnya mereka tergiring ke dalam pembuangan abadi, sebab mereka tidak dikenal oleh Tuhan.



Ketenangan sejati bukan karena Tuhan selalu menolong kita ketika dalam kesulitan, tetapi ketika kita hidup bersama Tuhan dalam segala keadaan.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger