Renungan Harian Virtue Notes, 4 April 2012
Keturunan Allah
Bacaan: Kisah Para Rasul
17:28-29
17:28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita
bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh
pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.
17:29 Karena kita berasal dari keturunan
Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau
perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
Sadarkah Saudara bahwa kita ini keturunan
Allah? Alkitab sendiri mengatakan demikian. Pengertian bahwa manusia adalah
keturunan Allah memiliki arti yang sangat penting. Manusia disebut anak Allah
bukan secara simbolis atau sebutan semata-mata; sesungguhnya demikianlah
kenyataannya. Sejatinya roh yang ada pada manusia adalah roh yang keluar dari
diri Allah (Kej. 2:7). Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk atau
entitas lainnya. Penjelasan ini sama sekali tidak bermaksud melecehkan Allah
atau merendahkan derajat-Nya; sebaliknya, dengan pemahaman ini justru kita
memuliakan Allah yang menciptakan dan menempatkan manusia sebagai
anak-anak-Nya. Di dalam hal ini manusia harus memperlakukan Allah sebagai Bapa
yang patut dihormati secara pantas, dipatuhi secara mutlak, dan dilayani dengan
segenap hati. Manusia memang diciptakan hanya untuk itu. Dan manusia menerima
dirinya sebagai anggota dari keluarga Allah, bagian dari hidup Allah sebagai
Bapanya. Dengan demikian kita akan selalu berdiri di pihak-Nya.
Dengan kesadaran ini, kita
dipanggil untuk dapat menghargai diri kita sendiri secara pantas. Inilah yang
menjadi langkah awal kita untuk mengasihi diri kita sendiri secara benar,
seperti yang dikehendaki Tuhan. Dengan
mengasihi diri sendiri secara benar, kita pun dapat mengasihi sesama dengan
benar pula. Bagaimana mungkin kita mengasihi diri kita sendiri, kalau kita
tidak menyadari betapa berharga dirinya sendiri tersebut? Keberhargaan diri
manusia terbukti dengan kesediaan Bapa mengorbankan Putra-Nya untuk menyelamatkan
kita. Ia sangat merindukan atau mengingini kita; itulah sebabnya dalam Yak.
4:5 dikatakan, “Bukan tanpa alasan kalau Roh yang ditempatkan Allah di dalam
diri kita, diingini-Nya dengan cemburu.” Kata diingini di sini dalam teks
aslinya berakar kata ἐπιποθέω (epipothéō) yang artinya “hasrat yang sangat kuat” atau “nafsu”.
Sungguh, ini adalah sesuatu
yang sangat luar biasa. Dengan pemahaman ini maka kita akan memiliki dimensi
pandangan hidup yang sangat berbeda dengan sebelum kita mengerti hal ini. Sampai
pada penerimaan dan penghayatan di level tertentu, kita tidak akan terikat
dengan harta dunia dan tidak akan mudah jatuh dalam dosa pelanggaran terhadap
kehendak Allah. Dengan menyadari kondisi manusia yang dahsyat ini—bahwa kita
adalah keturunan Allah—tidak heran bila Allah mengingini manusia untuk mengerti
kehendak Allah: apa yang baik, yang dikenan-Nya dan yang sempurna. Inilah
sebenarnya maksud semula Allah menciptakan manusia. Tuhan Yesus menyelamatkan
kita untuk memulihkan rancangan ini.
Kita benar-benar adalah keturunan Allah,
maka hendaklah kita melayani Bapa kita dengan
benar.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar