Renungan Harian Virtue Notes, 20 April 2012
Arena Waktu
Bacaan: Efesus 5:15-17
5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan
saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi
seperti orang arif,
5:16 dan pergunakanlah waktu
yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh,
tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
Kita tidak tahu berapa lama jarak antara
makan buah yang dilarang tersebut sampai matanya terbuka menyadari
ketelanjangan mereka (Kej. 3). Penyesatan pikiran bisa terjadi melalui proses,
demikian pula dengan proses kejatuhan Adam. Seperti yang dikatakan oleh Paulus
dalam suratnya bahwa ia takut kalau-kalau pikiran orang percaya disesatkan dari
kesetiaan yang sejati kepada Kristus sama seperti Hawa diperdaya oleh ular.
Penyesatan dalam pikiran tentu terjadi melalui perjalanan waktu yang tidak
singkat. Hal ini bisa dipahami kalau kita memandang kisah mengenai Adam dan
Hawa dengan kacamata dewasa, artinya memahami bahwa buah pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat serta buah kehidupan sebagai konsumsi bukan bagi fisik
tetapi bagi jiwa.
Implikasinya bagi kita hari ini adalah, bahwa waktu seperti sebuah arena, di
mana kita diperhadapkan kepada lawan yang harus kita kalahkan atau mengalahkan
kita. Peperangan itu merupakan sebuah
kongkurensi dan kompetisi (persaingan), antara Tuhan dan kuasa jahat.
Peperangan itu dimulai dari pikiran. Siapa
yang paling banyak mewarnai pikiran kita dialah pemenangnya. Apakah
seseorang memberi peluang Tuhan sebagai pemenang untuk memiliki kehidupan ini
atau kuasa lain yang memilikinya, tergantung masing-masing individu. Kalau kita
memberi diri untuk dimiliki oleh Tuhan, berarti kita harus mengisi pikiran kita
dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga kita mengerti kehendak Allah. Ini adalah
prestasi yang baik untuk kekekalan. Dalam hal ini waktu adalah anugerah, modal
kehidupan untuk mencapai prestasi rohani yang memiliki nilai kekal.
Allah masuk dalam arena
waktu yang disediakan bersama dengan kita, untuk itu kita juga harus serius
memperhatikan dan menghargai waktu yang diciptakan Tuhan tersebut. Sangat besar
kemungkinan bahwa Adam tidak dengan tertib dan teliti memperhatkan jadwal
Tuhan. Ia bertindak di luar jadwal Allah, ia ingin segera seperti Allah sesuai
dengan jadwalnya sendiri. Padahal, Tuhan menghendaki agar manusia menerima
pengertian mengenai kebenaran dari sumber yang benar yaitu dari Allah sesuai
dengan jadwal-Nya.
Atau kemungkinan kedua,
Adam lebih mengisi pikirannya dengan suara yang bukan berasal dari Bapa. Inilah
yang membawa diri manusia kepada dosa atau kemelesetan, sehingga manusia tidak
mampu mencapai standar kesucian yang Allah kehendaki.
Ingat, Allah masuk ke arena waktu dimana kita
berada, bijaksanalah dalam hidup ini.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar