Renungan Harian Virtue Notes, 15 April 2012
Proses Bertahap Menjadi Dewasa
Bacaan: Matius 16:21-23
16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai
menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem
dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan
pada hari ketiga.
16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal
itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata
kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu
batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Proses bertahap kehidupan dan pelayanan
Tuhan Yesus tercatat dalam Injil dengan jelas sekali. Tuhan Yesus harus
mengajar selama tiga setengah tahun, Ia harus mati di kayu salib pada waktu
yang ditentukan oleh Allah Bapa. Ia harus naik ke Sorga dan orang percaya harus
meneruskan karya keselamatan-Nya sampai ke ujung bumi. Injil harus sampai ke
ujung bumi barulah Tuhan menyudahi sejarah dunia ini. Karena adanya proses
bertahap ini, maka urut-urutan tindakan yang akan dilakukan oleh Tuhan menjadi
penting. Tuhan Yesus menyatakan kepada Maria, ibu-Nya, ketika Maria menghendaki
agar Tuhan Yesus menolong keluarga pengantin yang mengadakan pesta saat air
anggurnya habis: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”
(Yoh. 2:4). Dari pernyataan ini diisyaratkan bahwa semua harus berjalan sesuai
dengan urutan jadwal dalam bingkai proses yang bertahap.
Dalam mengajar dan mendewasakan murid-murid-Nya pun Tuhan Yesus pun juga
dilelahkan oleh murid-murid-Nya sendiri yang tidak kunjung menjadi dewasa.
Pernyataan yang cukup keras dilontarkan Tuhan ketika Ia turun dari gunung
tempat Ia dipermuliakan. Ia menjumpai seorang anak yang sakit ayan tetapi murid-murid-Nya
tidak bisa menyelesaikannya. Tuhan berkata, “Hai kamu angkatan yang tidak
percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?
Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”
(Mat. 17:17). Kebodohan murid-murid juga nampak dalam berbagai peristiwa,
seperti misalnya: ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai ragi orang Farisi.
Murid-murid-Nya beranggapan bahwa Tuhan Yesus mempersoalkan roti. Padahal Tuhan
berbicara mengenai pengaruh buruk orang-orang Farisi. Rupanya pikiran
murid-murid-Nya adalah roti semata-mata (Mat. 16:1-12). Juga ketika Petrus
menghalangi kepergian Tuhan Yesus ke Yerusalem, mereka masih tidak mengerti
bahwa kedatangan Tuhan Yesus untuk membangun Kerajaan Allah bukan Kerajaan Israel
Raya (Mat. 16:21-23; Kis. 1:4-6). Walaupun mereka sudah diajar langsung oleh
Tuhan Yesus, tetapi mereka pun tidak sekejap menjadi dewasa. Bahkan di antara
mereka ada yang menjadi pengkhianat. Banyak lagi tindakan murid-murid yang
menunjukkan bahwa mereka belum dewasa, walaupun mereka selalu bersama-sama
dengan Tuhan Yesus setiap hari. Tuhan Yesus tidak dapat membuat murid-murid-Nya
dewasa dalam waktu sekejap. Dalam hal ini tidak
ada proses instant untuk menjadi dewasa. Semua harus melalui proses bertahap
yang sangat ketat.
Kedewasaan hanya bisa didapat melalui proses
bertahap yang ketat.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar