RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Model Manusia Keluarga Allah


Renungan Harian Virtue Notes, 23 Maret 2012
Model Manusia Keluarga Allah


Bacaan: 2 Korintus 5:14-15

5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.

5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.


Kalau Tuhan mengadakan seseorang atau menciptakan seorang individu, sejatinya Tuhan ingin memiliki anak. Anak yang dengan rela mengabdi kepada Bapa dan bersekutu dengan Bapa dalam kerelaan. Bisa saja Tuhan menciptakan makhluk yang diprogram untuk taat saja tanpa bisa berbuat dosa. Tetapi bukan ini yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Bisa dipertimbangkan bahwa malaikat yang jatuh itu dulu juga diprogram untuk menjadi anak-anak Allah yang dengan kerelaan mengabdi kepada Bapa. Tetapi ada malaikat yang memberontak.



Sangat besar kemungkinan malaikat juga diciptakan segambaran dengan Allah. Malaikat juga memiliki roh dari Allah (Ibr 12:9). Yehezkiel 28:12, “Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.” Malaikat juga memiliki kemungkinan untuk memberontak kepada Allah. Kenyataannya kemudian manusia memberontak kepada Bapa di Surga. Bapa bisa saja menciptakan manusia dalam sekejap seperti robot yang otomatis taat tanpa bisa memberontak. Tetapi Tuhan tidak berbuat demikian. Tuhan menciptakan makhluk baru sebagai anak melalui proses. Seharusnya Adam pertama yang menjadi prototipe manusia yang pantas disebut sebagai anak-anak Allah, tetapi Adam gagal, seluruh keturunannya pun juga menjadi gagal. Seandainya manusia pertama berhasil menjadi anak-anak Allah sesuai dengan pola Tuhan, maka Lusifer terbukti bersalah dan semua keturunannya pun menjadi anak-anak Allah.




Tuhan Yesuslah yang menjadi model anak Allah yang dikehendaki oleh Bapa. Dialah yang sulung diantara banyak saudara. Keselamatan yang disediakan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yaitu “supaya kita menjadi anak-anak Allah” (Yoh 1:11-12). Untuk ini kalau kita mau menerima keselamatan dari Tuhan Yesus, maka kita memberi diri digarap untuk menjadi anak-anak Allah. Kita sebagai umat pilihan dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah. Melalui proses mengukir dalam nurani kita, menimbulkan kesadaran bahwa kita adalah makhluk ciptaan yang diciptakan untuk melayani kehendak-Nya. Kita bukan dipanggil sekedar menjadi orang beragama yang mengerti hukum dan melakukan hukum-hukum itu. Tetapi kita dipanggil sebagai makhluk yang dalam kesadaran tinggi bahwa kita hidup dalam semesta dimana ada Sang Penguasa yang aktif memerintah, dimana kita harus menundukkan diri sepenuh hati tanpa syarat kepada-Nya. Inilah gairah hidup Tuhan Yesus: “Makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”



Gunakanlah kehendak bebas kita untuk memilih yang Tuhan kehendaki, karena sebenarnya kita tidak memiliki hak hidup.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Tidak Berhak Ada


Renungan Harian Virtue Notes, 22 Maret 2012
Tidak Berhak Ada


Bacaan: 2 Korintus 5:14-15

5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.
5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.



Kita harus sadar bahwa kita sebenarnya tidak berhak ada. Kalau kita bisa mengadakan diri kita sendiri, maka kita berhak memiliki keinginan sesuka kita sendiri tetapi ternyata kita tidak bisa membuat diri kita ada. Tuhan yang mengadakannya, maka Tuhanlah yang harus berhak sepenuhnya atas diri kita. Maka kita harus berani berkata dengan tegas, “Bukan Tuhan yang ada bagiku; akulah yang ada bagi-Nya.” Orang percaya yang benar akan berusaha untuk belajar tidak berhak memiliki suatu keinginan. Segala keinginannya haruslah sesuai dengan kehendak Bapa. Orang percaya yang benar akan berkata kepada Bapa: “Bukan kehendakku yang jadi tetapi kehendak-Mu lah yang jadi. Bukan kerajaanku yang datang tetapi Kerajaan-Mu. Kehendak-Mu yang jadi di bumi seperti di Surga.”



Manusia yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus tidak berhak memiliki spirit atau gairah kecuali spirit atau gairah yang dimiliki oleh Tuhan Yesus Kristus. Tubuh yang kita hidupi ini haruslah tubuh yang digerakkan oleh gairah atau spirit yang dimiliki oleh Tuhan Yesus (Gal. 2:19-20). Jika kita menghadirkan gairah Anak Allah dalam diri kita yaitu menyerap semangat hidup-Nya, maka berarti kita menghadirkan Dia dalam hidup kita, tetapi sebaliknya jika tidak, maka berarti kita tidak menganggap Dia ada. Kita meniadakan Dia dalam hidup ini. Itulah sebabnya bagi orang yang sungguh-sungguh mau melayani kehendak Tuhan, Tuhan menjadi sangat nyata baginya, tetapi bagi mereka yang tidak mau melayani kehendak-Nya, Tuhan seperti tidak ada. Itulah sebabnya mereka tidak takut akan Dia. Tuhan Yesus pernah dicobai Iblis agar memiliki spirit yang salah atau spirit dunia. Iblis menunjukkan keindahan dunia untuk menjerat Tuhan Yesus. Tuhan Yesus digodanya untuk mengingini keindahan dunia. Tetapi Tuhan Yesus menolak. Penolakan ini berarti Ia tidak mau menyembah Iblis.


Seperti Dia menang kita juga harus menang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus disebut sebagai pokok keselamatan yang menjadi teladan bagi kita (Ibr. 5:7-9). Dalam hal ini kita mengerti mengapa kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Pikiran dan perasaan di sini aslinya ditulis φρονέω (fronéō). Fronéō adalah pikiran dalam roh, bukanlah pikiran dalam jiwa; pikiran dalam jiwa lazim ditulis νοῦς (nús). Inilah yang menjadi inti karakter atau watak seseorang. Watak karakter disini bukan hanya menyangkut perbuatan moral atau etika tetapi seluruh filosofi hidup ini. Seorang yang fronéō nya telah diubah dapat memuaskan hati Bapa. Fronéō inilah pikiran yang sinkron dengan pikiran Bapa. Itulah sebabnya dalam perjalanan hidup Kekristenan, inilah wilayah yang terberat.


Hiduplah menurut teladan Kristus, memiliki pikiran dan perasan (fronéō) Kristus yang selalu sinkron atau selaras dengan Bapa.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Tidak Berhak Memiliki Hidup


Renungan Harian Virtue Notes, 21 Maret 2012
Tidak Berhak Memiliki Hidup


Bacaan: Yehezkiel 28:15

28:15 Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.



Sebenarnya kita tidak boleh merasa berhak memiliki hidup, sebab bukan kita yang menciptakan hidup ini. Keberadaan kita juga bukan karena kita mau, tetapi ada yang menghendakinya. Untuk itu patut kita persoalkan apa yang dikehendaki Dia yang menciptakan dan memberikan kehidupan ini. Ia menghendaki satu hal saja, yaitu agar umat Tuhan menyukakan hati-Nya. Bagaimana menyukakan hati-Nya. Harus belajar mengenal siapa diri-Nya dan apa yang disukai-Nya.



Sebagai orang yang menumpang di dunia ini kita harus bisa menempatkan diri secara benar. Kita harus mengerti apa yang dikehendaki oleh Pemilik kehidupan ini. Hendaknya kita tidak seperti malaikat yang jatuh (Lucifer), ia lupa atau tidak sadar bahwa keberadaannya hanya oleh karena Allah Semesta Alam yang menciptakannya. Tentu ia diadakan hanya untuk Penciptanya. Ia tidak boleh memiliki agendanya sendiri. Ia harus tunduk kepada agenda Tuhan. Rupanya ia mau memuaskan keinginannya sendiri. Dalam Alkitab dikatakan didapati kecurangan dalam dirinya. Kata kecurangan dalam teks aslinya adalah לֶוֶע (`éwél) yang artinya kejahatan, ketidakadilan, keras kepala; ketidakbenaran. Adalah ketidakadilan kalau ciptaan tidak hidup sepenuhnya bagi Penciptanya (Yeh. 28:15).


Orang yang berpikir bahwa Allah tidak berhak atas hidupnya akan tampak dari sikap hidupnya yang mengingini segala sesuatu untuk kepuasan dirinya (Yak. 4:1-4). Orang-orang seperti ini berarti bersahabat dengan dunia. Mereka adalah orang-orang yang berkhianat kepada Tuhan. Dunia adalah umpan yang digunakan Iblis-Iblis untuk menjerat manusia agar tidak berbakti kepada Allah (Luk 4:5-8). Kenyataan hari ini adalah banyak orang merasa berhak memiliki hidupnya dan menaruh berbagai keinginan dalam dirinya tanpa mempedulikan Tuhan yang memiliki hidup ini. Renungkan sejenak, bahwa kita diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Allah mengadakannya dengan menghadirkan seorang pribadi yaitu “aku”. Dalam penciptaan atas kita masing-masing Allah pasti memiliki agenda. Agenda Tuhan itulah yang seharusnya kita perdulikan dengan serius, dan kita tidak boleh memiliki agenda sendiri. Orang yang mengumbar segala keinginan dalam dirinya adalah orang yang merasa berhak memiliki agenda sendiri. Orang seperti ini sebenarnya berstatus pemberontak. Mereka hidup di dunia hanya memenuhi hidup mereka dengan segala kegiatan yang berasal dari agendanya sendiri. Ini salah; Seharusnya hidup kita ini hanya untuk agenda Tuhan semata-mata.


Ingatlah, Anda tidak berhak atas hidup Anda sendiri, tetapi Tuhanlah sang pencipta yang memiliki kita.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Ruangan Pribadi Tuhan


Renungan Harian Virtue Notes, 20 Maret 2012
Ruangan Pribadi Tuhan


Bacaan: Keluaran 20:3-5

20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,



“Carilah dahulu” berarti utamakan. Tempatkan hal menjadi warga Kerajaan-Nya sebagai yang paling penting dan selalu mendesak. Hal ini kita lakukan agar ruangan hidup kita tidak ditempati oleh gairah hidup yang lain, yang membawa kepada kerajaan kegelapan. Seharusnya setiap kita sudah bisa mengenali sejak dini, apakah kita sedang digiring menuju kegelapan abadi atau tidak. Tanpa pengetahuan mengenai standar hidup warga Kerajaan Sorga atau model hidup yang Allah inginkan, seseorang tidak bisa mengenali apakah ia sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Terang atau kerajaan kegelapan.



Pernyataan Tuhan Yesus bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan mengisyaratkan bahwa kita harus menundukkan diri sebagai hamba atau budak di rumah istana seorang Raja. Bukan dua raja atau dua kerajaan. Dunia ini bukan milik kita. Dunia adalah milik Tuhan. Sebenarnya dunia ini dulu hendak dipercayakan kepada manusia. Tetapi manusia menjual dirinya sehingga kuasa kegelapan yang menguasainya. Tuhan Yesus telah merebutnya dari tangan kuasa kegelapan. Setelah Tuhan menyatakan bahwa segala kuasa di Sorga dan di Bumi di dalam tangan-Nya, maka Ia berhak menjadikan semua bangsa murid-Nya. Tuhan berhak mengajarkan model atau gaya hidup warga-Nya. Kalau kita menyatakan diri percaya kepada Tuhan Yesus, mau tidak mau kita harus belajar mengenakan gaya hidup-Nya. Hal ini dimaksudkan agar Ia mempersiapkan orang-orang yang akan tinggal di Kerajaan-Nya. Ia merebut dunia ini bukan untuk menikmatinya, tetapi menjadi tempat menumpang sementara guna mempersiapkan warga-Nya.


Gereja yang mengajarkan seakan-akan kekayaan dunia ini adalah tujuan hidup dan Tuhan merebutnya untuk kita, adalah ajaran yang berasal dari kerajaan kegelapan. Ajaran Tuhan Yesus adalah “kumpulkan harta di Sorga bukan di bumi” (Mat 6:19-21). Dunia ini tempat di mana kita menumpang sementara (1Pet 1:17). Model hidup seperti ini tidak dikenal oleh nenek moyang kita. Mereka tidak mengenal kebenaran. Mereka merasa bahwa dunia yang mereka miliki adalah dunia mereka. Mereka merasa berhak menjalani hidup ini dengan cara yang mereka pandang menyenangkan. Tuhan Yesus datang untuk menebus kita dari cara hidup yang sia-sia ini (1Pet 1:18-19). Itulah sebabnya kita bergereja, kita belajar bagaimana mengerti model hidup seperti itu. Untuk itu kita harus belajar Injil yaitu apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan yang dilakukan-Nya selama mengenakan tubuh jasmani seperti kita di bumi


Kenalilah diri kita, apakah kita benar-benar sudah mengutamakan Tuhan?


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Hanya Satu Model


Renungan Harian Virtue Notes, 19 Maret 2012
Hanya Satu Model


Bacaan: Filipi 2:5-7; 12

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,



Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa orang percaya tidak bisa mengabdi kepada dua tuan (Mat 6:24), sejatinya Tuhan mengajak orang percaya untuk menemukan suatu model hidup yang harus dikenakan sebagai umat pilihan. Itulah model hidup warga Kerajaan Sorga. Model hidup seperti itu bukan sesuatu yang mudah dikenakan, Oleh karena itu, maka hal menjadi warga Kerajaan Sorga harus menjadi prioritas utama (Mat 6:33). Ketika seseorang menunda belajar mengenakan model hidup itu, maka ia akan semakin terbelit oleh model hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, akhirnya sampai menutup mata tidak pernah mengenal model hidup tersebut.



Seperti seseorang yang mempersiapkan diri mengikuti test dan memenuhi semua persyaratan untuk menjadi warga negara suatu negara. Ia berusaha untuk dapat memenuhi semua persyaratannya dan belajar dengan serius, agar ia bisa lulus test. Ia belajar bahasa negara tersebut, ia belajar sejarah bangsa itu, dan lain sebagainya. Demikian pula kalau kita mau menjadi warga Kerajaan Surga. Kita harus mengusahakannya dengan serius. Kiranya kata anugerah yang sering kita ucapkan dan dengar tidaklah menutup mata kita terhadap tanggung jawab yang harus dipenuhi untuk berusaha mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, artinya tetap mengusahakan bagaimana memiliki model hidup yang diteladankan oleh Tuhan Yesus (Fil 2:5-7,12). Itulah panggilan mengikut Tuhan Yesus. Orang Kristen yang tidak mengerti model hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus, bukanlah orang Kristen yang benar. Mereka adalah orang Kristen palsu yang akhirnya tidak akan diterima di dalam Kerajaan Bapa di Surga.


Kesempatan untuk menjadi warga Kerajaan Surga adalah anugerah yang tidak bisa kita usahakan sendiri, semua itu diusahakan oleh Tuhan Yesus. Kita bisa memiliki hal itu bukan karena kebaikan kita tetapi anugerah Tuhan semata-mata. Agar anugerah itu tidak sia-sia, kita harus meresponinya dengan benar. Respon ini bukan jasa sama sekali. Itu adalah tanggung jawab. Oleh sebab itu anugerah Tuhan harus dipahami sebagai anugerah yang dipertanggung jawabkan. Hidup kekristenan kita haruslah menjadi anugerah yang bertanggung jawab. Banyak orang Kristen yang tidak bertanggung jawab atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Mereka merasa bahwa mereka telah terpilih sehingga tidak mengusahakan keselamatannya tersebut. Mereka menjadi Kristen hanya karena mengingini berkat jasmani.


Jangan sia-siakan kesempatan untuk menjadi warga Kerajaan Sorga, tidak akan ada kesempatan kedua.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Satu Tahta


Renungan Harian Virtue Notes, 18 Maret 2012
Satu Tahta


Bacaan: Matius 6:24

6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."



Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa seseorang tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, Tuhan Yesus menegaskan bahwa hanya ada satu tahta dalam kehidupan setiap insan. Tahta disini maksudnya adalah penguasa yang diakui sebagai majikan yang berdaulat, yang kepada-Nya segenap hidup dipersembahkan untuk mengabdi. Ingat hanya satu tahta bukan dua, apalagi lebih. Ini merupakan hukum kehidupan yang tidak bisa diubah. Hukum ini sama dengan terang tidak bisa bersatu dengan gelap. Jangan coba menggabungkannya, tidak akan pernah bisa. Seseorang harus menentukan siapakah yang duduk di tahta kehidupannya. Apakah tahta tersebut diserahkan kepada Tuhan atau diserahkan kepada musuhNya, tergantung masing-masing individu.



Dalam hal ini masing-masing individu memiliki kebebasan untuk menentukan. Kuasa kegelapan berusaha untuk mengaburkan fakta ini, sehingga banyak orang tidak mengambil sikap dengan segera. Mereka merasa masih aman walau tidak menentukan sikap dengan tegas. Kalau seseorang menunda mengambil sikap, itu berarti si jahat berhasil menggiringnya menuju kegelapan abadi. Memang belum sampai pada kegelapan abadi, tetapi itu adalah gejala menuju kegelapan tersebut.



Demikianlah kenyataannya, banyak orang yang menunda untuk menentukan siapakah yang bertahta di tahta kehidupannya. Keadaan berlarut-larut dimana seseorang tidak menentukan siapakah yang bertahta di tahta kehidupannya berarti ia memilih untuk memberikan tempat kepada si jahat untuk menjadi majikan dalam hidupnya. Kalau si jahat menjadi majikan dalam hidupnya berarti orang itu memperoleh kemerdekaan untuk berbuat apa saja yang sesuai dengan keinginan hatinya. Itulah bonus kehidupan orang yang memilih si jahat menjadi majikan dalam hidupnya. Bahkan dia sendiri juga boleh bertahta di tahta kehidupannya.


Berbeda kalau seseorang memberikan tahta kehidupannya bagi Tuhan, maka ia harus bersedia terbelenggu. Ia tidak bisa lagi merdeka melakukan segala sesuatu yang diingininya. Hidupnya akan mulai dikontrol secara ketat. Ia tidak bisa suka-suka melangkah setiap saat. Setiap kali melangkah harus dimulai dengan pernyataan “jika Tuhan menghendaki”. Jika Tuhan tidak menghendaki berarti ia tidak boleh bergerak, walau desakan hatinya kuat. Orang yang memberikan tahta hidupnya bagi Tuhan akan berusaha mengenal Dia, mengerti isi hati-Nya untuk dilakukan. Ia akan berhenti memanfaatkan Tuhan, tetapi akan mulai melakukan segala hal untuk kepentingan-Nya.


Jangan pernah menunda menentukan siapa yang bertahta dalam kehidupan kita


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Standar Hidup Yang Salah



Renungan Harian Virtue Notes, 17 Maret 2012
Standar Hidup Yang Salah


Bacaan: Filipi 3:17-21

3:17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
3:21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.



Banyak orang Kristen sudah merasa memiliki standar hidup yang baik sebagai orang Kristen, pada hal mereka belum memiliki standar hidup sebagai anak-anak Allah. Standar hidup mereka belum berubah sama sekali, walaupun status mereka di mata manusia mereka adalah orang Kristen, anak-anak Allah. Kondisi yang sangat membahayakan adalah ketika seseorang tidak mengenali dirinya dengan benar. Inilah yang sebenarnya diupayakan oleh kuasa kegelapan. Mereka tidak mengenali standar kehidupan yang harus dikenakan sebagai anak-anak Allah.



Betapa sukarnya menyadarkan mereka dari kebodohan itu. Banyak orang hidup hanya untuk hidup. Hidup mereka adalah makan dan minum agar mengalami pertumbuhan fisik. Hidup bagi mereka adalah persiapan untuk memiliki bekal menghadapi hari tua. Hidup adalah karir sebagai pijakan untuk menemukan nafkah, guna membangun rumah tangga. Hidup adalah memiliki pasangan hidup dan menikah. Hidup adalah memiliki keturunan. Hidup adalah menemukan menantu. Hidup adalah mendapatkan cucu untuk meneruskan generasi. Hidup adalah memiliki rumah, mobil dan berbagai fasilitas yang bisa mengangkat harkat dan prestise. Jika kita hidup hanya untuk hidup, tujuan kita salah. Tujuan kita bukanlah hidup (di dunia). Hidup adalah sarana. Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan untuk memperoleh hidup yang sesungguhnya (Kerajaan Surga). Hidup yang kita miliki sekarang ini sebenarnya bukanlah hidup yang Tuhan kehendaki untuk kita nikmati.


Betapa tragisnya kalau suatu waktu nanti apa yang dipahami sebagai hidup ternyata berujung pada kematian. Semua yang dianggap sebagai kehidupan akan terkubur dan dilupakan selamanya. Setelah kehidupan hari ini, mereka berpulang ke kekekalan tanpa bekal apapun. Hal tersebut selama ini telah dilupakan dan hampir tidak pernah ada yang mengingatkannya. Siapa bertanggung jawab untuk mem-beri tahu atau mengingatkan manusia terhadap hal ini? Seharusnya gereja Tuhan. Tetapi banyak gereja hari ini yang hanya menjadi tempat dimana jemaat mencari solusi bagaimana melestarikan model hidup yang mereka warisi dari nenek moyang, sementara gereja-gereja itu dipimpin oleh orang-orang yang tidak memahami bagaimana model hidup yang Allah kehendaki. Sehingga tanpa mereka sadari mereka melayani hanya untuk melestarikan model hidup yang mereka juga warisi dari nenek moyang. Mereka mencari nafkah dengan memperdaya orang-orang tulus yang seharusnya diajar untuk mengenal kebenaran yang tertulis dalam Injil.


Berhati hatilah dengan banyak ajaran yang salah, yang mengajarkan standar hidup yang salah.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger