RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Kualifikasi Untuk Dimuliakan

Renungan Harian Virtue Notes, 11 September 2011

Kualifikasi Untuk Dimuliakan



Bacaan: Kolose 3: 1-2; Roma 8: 17


Kolose 3: 1-2

3:1. Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.

3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

Roma 8: 17

8:17. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.



TIDAK semua orang yang mengklaim dirinya anak Allah sungguh-sungguh akan dinyatakan sebagai anak-anak Allah. Ada syarat atau kualifikasi tertentu untuk itu. Dalam Kol. 3:1–2, kualifikasinya adalah memikirkan dan mencari perkara-perkara yang di atas. Itulah orang-orang yang benar-benar rohani menurut ukuran Ilahi. Mereka tidak mengingini dunia ini, artinya melakukan segala sesuatu bukan karena ingin memiliki apa yang orang lain miliki, tetapi hendak memaksimalkan diri agar semakin efektif bagi Tuhan.


Jika kita mencari perkara-perkara yang di atas dan tidak lagi mengingini dunia ini, tidak berarti kita berhenti bekerja dan berkarier. Sebaliknya kita akan semakin giat mencari nafkah dan membangun karier, sebab kita hendak mempersembahkan segala sesuatu yang kita lakukan untuk kemuliaan-Nya semata-mata. Namun yang paling menonjol adalah usaha untuk mengenal kebenaran Tuhan dan mengenakannya dalam kehidupan sehari-hari. Memang ini adalah perjuangan yang sangat berat, tetapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ia akan memberi kemampuan bagi kita.


Dalam Rm. 8:17, kualifikasi orang-orang yang dimuliakan bersama dengan Kristus adalah menderita bersama-sama dengan Kristus. Orang-orang yang menderita bersama-sama dengan Kristus adalah “yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami” (Luk. 22:28). Kepada mereka Tuhan Yesus menetapkan bagian dalam Kerajaan-Nya. Mereka akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan makan semeja dengan Tuhan (Luk. 22:29–30). Inilah keluarga Kerajaan yang sangat terhormat untuk selama-lamanya di kekekalan.


Kenyataan yang kita temukan dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini adalah lebih menghayati penderitaan Kristus bagi mereka, tetapi tidak mengerti bagaimana menderita bagi Kristus. Di masa sekarang, kita sukar membayangkan penderitaan orang-orang kudus di zaman gereja mula-mula. Mereka dicemooh, dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh. Bahkan banyak orang menganggap, karena Kristus sudah menderita bagi kita, kita sudah bebas dari penderitaan, dan tinggal menikmati berkat-berkat jasmani yang berkelimpahan. Itu suatu kebodohan yang harus ditinggalkan jika kita mau dimuliakan kelak. Begitu kita menjadi Kristen, artinya kita siap menderita. Tidak selalu kita harus dibunuh karena Kristus, tetapi kita harus meninggalkan hak kita untuk menikmati hidup seperti anak-anak dunia, dan juga harus membagikan hidup kita demi keselamatan hidup orang lain. Itulah penderitaan yang harus dialami setiap orang yang menyebut dirinya Kristen.



Kita akan dimuliakan bersama-sama Kristus jika kita berkualifikasi sebagai anak-anak Allah.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kemegahan Pelantikan Anak-anak Allah

Renungan Harian Virtue Notes, 10 September 2011

Kemegahan Pelantikan Anak-anak Allah



Bacaan: Roma 8: 19


8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.



SAAT menyaksikan kemegahan pesta pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton di Inggris tanggal 29 April 2011, timbul renungan dalam hati banyak orang: betapa beruntungnya menjadi putra raja atau keturunan raja. Namun kita harus sadar, sehebat apa pun seorang anak raja di dunia ini, suatu hari kehebatannya akan berakhir, manakala ia harus menutup mata selamanya. Pada waktu itu bisa dirasakan betapa tragisnya ketika harus meninggalkan kemegahan hidup yang selama di dunia diimpikan oleh banyak orang. Ternyata semua yang telah diperjuangkan dalam hidup yang singkat ini lenyap sekejap seperti uap (Yak. 4:14).


Sedih sekali melihat kenyataan banyak orang yang jiwanya hanya diwarnai dengan perkara-perkara di bumi yang sementara ini. Bagi orang yang memiliki semakin banyak, akan semakin tragis pula tatkala harus meninggalkannya. Semua ini fakta kehidupan yang tidak bisa dibantah. Semestinya jiwa kita diwarnai dengan kesadaran ini, agar kita tergiring kepada penghayatan hidup yang benar, yaitu mengarahkan diri kita kepada yang bernilai abadi.


Berkenaan dengan hal ini, tersedia kabar baik bagi orang yang merindukan perkara-perkara abadi, yakni kemuliaan abadi yang tidak pernah bisa direbut oleh siapa pun. Itu disediakan bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan benar, yaitu yang akan dinyatakan sebagai anak-anak Allah.


Kata “dinyatakan” dalam teks ini adalah apokalýpto yang artinya “disingkapkan”, “ditampilkan” atau “diperlihatkan”. Ini akan menjadi peristiwa terbesar dalam kehidupan umat manusia, yaitu pelantikan atau penahbisan orang-orang percaya yang disahkan sebagai pangeran dan putri dalam Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Dalam Kol. 3:4, Paulus mengatakan hal yang paralel, “Apabila Kristus… menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Kata “menyatakan diri” dalam teks ini asilnya adalah faneró’o yang juga berarti “mengumumkan secara resmi” atau “mendeklarasikan”. Pada waktu itulah akan terbukti siapakah orang Kristen yang sungguh-sungguh diakui sebagai mempelai Kristus. Terbukti siapa yang dikategorikan sebagai lima gadis bijaksana dan yang bodoh. Betapa berbahagianya orang-orang yang sudah berlelah di dalam sekolah kehidupan, yaitu bertumbuh meneladani Putra Tunggal Bapa dan yang bersedia sepenanggungan dengan Tuhan Yesus dalam pekerjaan-Nya. Kemegahan pelantikan anak-anak Allah tidak tertandingi oleh pernikahan anak raja mana pun di dunia ini.



Berjuanglah menuju kesempurnaan agar kita termasuk dalam pelantikan anak-anak Allah.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Mewarisi Watak Dan Karakter Bapa

Renungan Harian Virtue Notes, 9 September 2011

Mewarisi Watak Dan Karater Bapa



Bacaan: 1 Petrus 1: 16-19


1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.

1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,

1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.



BAGAIMANAKAH seorang anak manusia bisa dinyatakan telah dilahirkan? Tentu jika dia sudah keluar dari kandungan ibu dalam keadaan sehat sebagai anak manusia seutuhnya. Demikianlah pula bila seseorang mengaku sebagai anak tebusan yang mengalami kelahiran baru, ia harus memiliki alasan untuk mengatakannya. Pengakuan itu harus dibuktikan dengan buah-buah kehidupan sebagai orang yang telah mengalami kelahiran baru.


Alkitab juga menggambarkan kelahiran baru sebagai “Ditebus dari cara hidup yang sia-sia” (ay. 18) Berarti kalau seseorang sungguh-sungguh telah mengalami kelahiran baru, buktinya adalah sikap hati dan seluruh !loso! hidup yang telah berubah total. Orang yang telah dilahirkan kembali tidak lagi memiliki cara hidup yang diwariskan orang tua kepadanya. Inilah ciri-ciri yang tidak bisa digantikan.


Paulus juga mengungkapkan ciri-ciri ini sebagai tidak serupa dengan dunia ini (Rm. 12:2). Kita baru dapat dikatakan tidak seperti anak-anak dunia apabila sikap hati dan !loso! hidup kita tidak sama dengan anak-anak dunia. Dengan itu kita dapat mengerti kehendak Allah: yang baik, dikenan-Nya dan sempurna. Kalau tidak seperti anak-anak dunia diartikan sekadar rajin beribadah di gereja, itu terlalu dangkal; itu standar yang terlalu rendah, sebab standar kesucian Allah adalah kekudusan seperti Diri-Nya. Itulah watak dan karakter-Nya (ay. 16).


Memang sebelum mengenal Injil yang benar, kita mewarisi watak dan karakter dari orang tua dan leluhur kita. Tetapi setelah menjadi anak Tuhan, kita diperkenankan mewarisi watak dan karakter Bapa melalui proses kelahiran baru. Namun harus diingat bahwa warisan orang tua tidak otomatis bisa dinikmati oleh anaknya. Orang tua biasanya mensyaratkan anaknya harus memiliki kapasitas mental seperti dirinya; jika tidak, maka kekayaan sebanyak apapun yang diwariskan orang tua kepadanya akan habis, bahkan warisan tersebut bisa merusak mental dan watak anak.


Oleh sebab itu kita harus mau belajar dan dididik Allah untuk mengembangkan diri kita dalam segala potensinya. Kesempatan untuk mewarisi cara hidup yang baru telah kita miliki, yaitu cara hidup anak-anak Allah yang diteladankan oleh Tuhan Yesus. Mari kita kembangkan diri kita dengan sungguh-sungguh, agar waktu yang tersedia tidak terbuang dengan sia-sia. Dengan memberikan keselamatan kepada kita, Tuhan Yesus hendak mengembalikan manusia kepada gambar-Nya, yaitu mewarisi watak dan karakter Bapa.



Jangan sia-siakan kesempatan yang masih ada untuk mewarisi watak dan karakter Bapa.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
2

Memanfaatkan Fasilitas

Renungan Harian Virtue Notes, 8 September 2011

Memanfaatkan Fasilitas



Bacaan: 1 Petrus 1: 5


1:5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.



Tidak semua bayi yang dikandung pasti dilahirkan. Tidak sedikit bayi yang mengalami keguguran. Mereka tidak pernah sungguh-sungguh menjadi manusia; mereka hanya menjadi seonggok daging yang tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.


Ini sejajar dengan kehidupan orang Kristen, yang sudah memiliki kesempatan dan fasilitas untuk dilahirkan kembali, namun tidak memanfaatkan kesempatan dan berbagai fasilitas tersebut dengan baik. Tuhan memberi pemeliharaan-Nya dengan kekuatan-Nya oleh iman kita. Kekuatan dari pemeliharaan Tuhan akan dialami oleh kita yang meraihnya dengan iman. Pemeliharaan Tuhan di sini adalah pemeliharaan iman, bukan masalah kebutuhan jasmani. Pemeliharaan iman inilah potensi bagi kita untuk bisa mengalami kelahiran baru.


Tuhan menyediakan kesempatan atau waktu, Injil atau kebenaran Firman dan tuntunan-Nya melalui segala peristiwa kehidupan. Tetapi kalau seorang Kristen tidak memanfaatkan fasilitas pemeliharaan-Nya ini, maka ia tidak akan selamat. Sama seperti orang tua menyediakan semua fasilitas bagi anak-anaknya, tetapi kalau ada salah satu anaknya tidak memanfaatkan semua fasilitas yang disediakan, maka ia tidak akan menjadi seorang yang berhasil. Orang tua yang luar biasa tidak otomatis membuat anaknya menjadi luar biasa.


Jadi jika kita tidak mau memanfaatkan fasilitas yang disedikan Tuhan, maka kita tidak akan pernah menjadi orang yang dibebaskan dari maut. Celakanya, hari ini banyak orang yang menyebut dirinya Kristen yakin dirinya sudah pasti bebas dari maut, sebab mereka berpikir bahwa kebebasan itu terjadi secara otomatis ketika mereka percaya kepada Tuhan Yesus di dalam pikirannya. Sejatinya tidaklah demikian. Percaya kepada Tuhan Yesus bukan sekadar aktivitas mental semata, melainkan tindakan konkret. Tindakan konkret tersebut membutuhkan usaha sungguh-sungguh untuk mengubah pola berpikirnya (Rm. 12:2).


Dengan demikian pertumbuhan rohani yang benar berarti akan ada perubahan yang signi!kan, yang memampukan seseorang keluar dari pola berpikir anak dunia. Ini sama artinya dengan memiliki iman yang murni, sebab standar kemurnian iman itu mengacu pada kehidupan Tuhan Yesus (Ibr. 12:2–3), yaitu kesucian Bapa. Jadi, kalau Tuhan Yesus berkata “Haruslah kamu sempurna seperti Bapa” (Mat. 5:48), itu juga berarti “Kamu harus menjadi seperti Aku.” Karena ini tidak otomatis, kita harus memperjuangkannya dengan segenap hidup.



Semua fasilitas untuk mengalami kelahiran baru sudah disediakan Tuhan; maukah kita memanfaatkannya?



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Tidak Otomatis Dilahirkan Kembali

Renungan Harian Virtue Notes, 7 September 2011

Tidak Otomatis Dilahirkan Kembali



Bacaan: 1 Petrus 1: 3-4


1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,

1:4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.



Betapa menakutkan kalimat ini: “Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:17). Kalimat ini diucapkan Allah sebagai usaha pencegahan, agar manusia tidak melanggar larangan-Nya. Tetapi manusia mengabaikan peringatan itu, sehingga manusia mengalami kematian. Sebagai akibatnya, tidak ada hal yang lebih dahsyat daripada kematian. Di dalamnya manusia terkubur di dalam kegelapan abadi dan terpisah dari Allah selama-lamanya.


Syukur kepada Allah, oleh pengorbanan Tuhan Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya, Ia menyediakan solusinya. Kesempatan untuk bebas dari maut disediakan, manusia bisa dipindahkan dari keadaan tanpa pengharapan menuju kehidupan yang penuh pengharapan. Inilah Injil itu. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi dalam hidup kita secara otomatis ketika kita menjadi orang Kristen. Kita harus mengalami apa yang disebut Alkitab sebagai kelahiran kembali (ay. 3). Tanpa kelahiran tersebut tidak mungkin kita mendapatkan hidup yang penuh pengharapan.


Dalam teks ini, “dilahirkan kembali” aslinya ditulis άυαγεννάώ (anagenáo) yang sama artinya dengan dilahirkan dari atas. Kalau dalam kelahiran manusia pada umumnya, sang janin harus mengonsumsi nutrisi yang diterimanya dari ibunya; tidak perlu berbuat apa-apa lagi, ia hanya menerima proses pertumbuhan dalam rahim itu, dan pada saatnya akan lahir. Sebagai warga Kerajaan Surga yang dibebaskan dari maut, kita juga harus mengonsumsi nutrisi yang cukup, yaitu Firman Allah yang murni; oleh Firman itulah kita dilahirkan kembali (1Ptr. 1:23). Tetapi nutrisi itu—Firman itu—harus dengan sengaja kita cari; tidak bisa kita pasif dan menerima apa saja yang dicekoki, karena belum tentu itu nutrisi; bisa jadi itu racun. Bukannya lahir baru, malah mati sebelum lahir.


Berarti kelahiran baru tidak terjadi secara mistis atau ajaib, seakan-akan cukup dengan mengalimatkan syahadat “Aku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan,” seseorang sudah mengalami kelahiran baru. Percaya itu bukan sekadar aktivitas mental atau pengakuan akali, melainkan tindakan konkret yang mengantar seseorang kepada kebangkitan. Percaya ditunjukkan dengan terus-menerus mendengar Firman dan mengenakannya dalam kehidupan secara konkret. Proses ini akan membuat seseorang mengalami kelahiran baru. Kelahiran baru itu adalah dibangkitkan bersama dengan Kristus, memiliki paradigma berpikir yang berbeda sekali dengan dunia. Itu menyangkut tujuan hidup dan sikap terhadap segala hal dalam hidup ini. Dalam hal ini seseorang barulah menjadi manusia lain, sebab ia sudah dilahirkan kembali.



Kelahiran baru tidak otomatis terjadi saat seseorang mengaku percaya, tetapi terjadi setelah paradigma diubahkan melalui Firman yang murni.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Manuver Roh Kudus

Renungan Harian Virtue Notes, 6 September 2011

Manuver Roh Kudus



Bacaan: Yohanes 5: 17


5:17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."



Kehidupan orang Kristen yang benar adalah kehidupan yang dinamis, tidak terikat bahkan oleh tradisi dan pola Kekristenan yang ada. Orang percaya seperti ini akan terus menggeliat dan terus berusaha keras untuk menemukan manuver Allah melalui Roh-Nya, yang bekerja aktif guna menyelamatkan sebanyak mungkin jiwa-jiwa masuk ke dalam kerajaan-Nya.


Jika kita orang Kristen yang dinamis seperti itu, bagi kita yang penting bukanlah bagaimana kehidupan yang telah kita jalani, melainkan apa yang akan dikerjakan Allah di waktu mendatang. Kita akan berusaha untuk menemukan rahasia-rahasia kebenaran Tuhan melalui Firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab. Kebenaran-kebenaran ini akan membangun kecerdasan rohani yang memampukan kita mengenali tipu muslihat Iblis di dunia modern yang sangat cerdik.


Sebagai orang Kristen yang menemukan manuver Roh Kudus, kita akan memiliki terobosan-terobosan yang kadang-kadang sukar dimengerti oleh orang Kristen yang kurang bertumbuh. Terobosan-terobosan ini kadang-kadang membuat kita dicap sesat dan keluar dari jalur Kekristenan yang benar. Padahal, merekalah yang tidak mengerti kebenaran sama sekali, sebab tidak bertumbuh. Yang kurang bertumbuh melangkah selangkah, tetapi yang bertumbuh dengan benar sudah melangkah sepuluh langkah ke depan. Bahkan yang tidak bertumbuh jalan di tempat.


Mari mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita yang sedang kita jalani sekarang. Untuk setiap masa, ada rencana-rencana Tuhan yang khas, yang hendak digelarnya bagi manusia pada masa itu. Oleh sebab itu pola Kekristenan dan pola pelayanan gerejawi yang sudah usang tidak bisa dipakai lagi untuk dunia hari ini yang lebih kompleks. Tuhan memiliki banyak cara untuk menyelamatkan generasi ini dan generasi masa depan. Ia memiliki terapi yang sempurna untuk manusia pada zamannya.


Kita harus belajar menangkap manuver-manuver baru Roh Kudus di generasi kita hari ini. Ini sejajar dengan fenomena berbagai penyakit yang muncul dewasa ini. Banyak penyakit yang tidak bisa diobati dengan obat yang biasa digunakan bertahun-tahun lampau. Kalau penyakit mengalami perkembangan, maka terapi atau antisipasi medisnya pun juga harus mengalami perkembangan. Kalau tipu muslihat Iblis mengalami perkembangan, maka cara kita menghadapinya juga harus mengalami perkembangan. Roh Kudus masih bekerja. Ia ingin mengajar kita sesuai dengan cara-Nya di zaman ini, asalkan kita mau diajar.



Rencana Tuhan hari ini membutuhkan manuver hari ini, bukan manuver zaman dulu.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

(Merasa) Tidak Merugikan Orang Lain

Renungan Harian Virtue Notes, 5 September 2011

(Merasa) Tidak Merugikan Orang Lain



Bacaan: Matius 20: 28


20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."



Ciri-ciri lainnya dari kehidupan orang Kristen yang merasa dirinya benar, padahal kenyataannya belum, adalah merasa tidak merugikan orang lain. Misalnya, mengejar kepentingan dan kesenangan diri sendiri dipandang wajar. Memang perbuatan-perbuatan tersebut tidak merugikan siapa-siapa; tetapi orang yang pusat hidupnya adalah dirinya sendiri, segala perbuatannya hanya ditujukan untuk kepentingan dan kesenangan dirinya sendiri, bahkan beribadah supaya Tuhan memberikan apa yang diinginkannya tak ubahnya menempatkan dirinya sebagai Tuhan.


Banyak orang Kristen tampaknya sudah mencapai standar normal sebagai anak Tuhan yang baik, padahal mereka terkunci di tingkatan ini. Mereka dipandang baik, sebab melakukan pelayanan di gereja, bahkan ada yang memberikan banyak dana untuk mendukung pekerjaan gereja atau kegiatan sosial. Sebagai orang Kristen, memang kita harus mendukung itu semua, tetapi kalau penggeraknya adalah keinginan untuk beroleh prestise istimewa di kalangan umat demi kepentingannya dan kesenangannya sendiri, itu cara berpikir yang sesat, tidak sesuai dengan cara berpikir Tuhan.


Sebaliknya, cara berpikir yang sesuai dengan cara berpikir Tuhan adalah “menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah”. Inilah kehidupan orang yang meninggalkan kenyamanan hidup duniawi. Sejatinya inilah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan meninggalkan tahta kemuliaan-Nya, datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Kalau kita meneladani Yesus dan mengenakan cara berpikir-Nya tersebut, berarti kita menderita bersama-sama dengan-Nya (Luk. 22:28).


Jadi jangan puas menjadi Kristen yang tidak merugikan orang lain. Jangan mau menjadi Kristen untuk menyelamatkan nyawa kita: hidup kaya raya, mati masuk surga. Itu salah besar, sebab sebagaimana Kristus memberikan nyawa-Nya, pada dasarnya Kekristenan justru membuat kita kehilangan nyawa kita untuk atau karena Kristus, sepenanggungan dengan-Nya (Yoh. 12:25).


Kehilangan nyawa artinya kehilangan hak kita untuk menikmati hidup seperti anak-anak dunia menikmati hidup mereka; kehilangan nyawa artinya membagi hidup kita untuk keselamatan orang lain. Memang kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang aneh dan tidak normal di mata manusia lain. Tetapi inilah kehidupan yang normal di hadapan Allah. Ingat, di mata-Nya, standar kehidupan yang normal adalah Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita



Kekristenan justru membuat kita kehilangan nyawa kita untuk atau karena Kristus.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger